Tidak seperti biasa, pohon beringin di sekitar lapangan olahraga SMP Negeri 2 Sawan, Jumat pagi, 9 Desember 2022, ramai dikerumuni siswa. Usai melantunkan Tri Sandya, siswa bergegas merubung ibu guru, Putu Ayu Intan Kristina, bersama sejumlah siswa lain di bawah pohon besar itu.
Di bawah pohon itu ternyata ada bazar. Para siswa ingin melihat lebih dekat aneka makanan dan minuman yang dijual oleh anak-anak kreatif kelas VIII A, VIII B, IX A, dan IX B.
Ide membuat bazar memang datang dari Putu Ayu Intan Kristina, guru PPPK Prakarya dan Kewirausahaan di sekolah itu.
Ibu Intan, begitu biasa guru itu disapa oleh anak-anak, memang punya cara sendiri untuk memamerkan hasil belajar prakarya anak-anak anak yang diajarnya. Ibu Intan mengajarkan materi ajar pengolahan kuliner dari daging, ikan, susu dan keju.
Bazar sekolah di SMPN 2 Sawan, Buleleng, Bali
Pelajaran itu mampu dipraktikan oleh anak-anak kelas IX A dan IX B menjadi makanan siap dikonsumsi. Nah, makan siap dikonsumsi itulah yang dipamerkan dan dijual pada bazar itu.
Di areal bazar ada nasi bakar ayam dan sosis, sate lilit, pisang jamur, salad jeli, batagor, sostel, telur asin, pisnut (pisang nugget), shake ice jelly. Semua itu adalah hasil dari proses merdeka belajar di sekolah itu.
Sementara itu anak-anak kelas VIII A dan VIII B mampu mengolah bahan pangan setengah jadi dari bahan serealia, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah dan sayur. Produk yang berhasil dibuat oleh anak-anak adalah Jasuke (jagung susu keju), roti goreng, dan es cincau, donat, godoh nangka, kentang goreng, kepongpong (kentang ompong).
Terobosan Baru
Jadi tidak berlebihan jika dikatakan Ibu Intan telah membuat terobosan baru di sekolah. Ia telah memberikan pengalaman berharga bagi murid bahwa pengetahuan yang diperoleh di kelas dapat menghasilkan karya dan berguna di masa depan.
Melalui bazar, Ibu Intan telah mempraktikkan pendidikan yang holistis. Pendidikan yang tidak hanya berkutat pada aspek kognitif tetapi menyentuh aspek afektif dan psikomotor. Juga tidak hanya fokus pada tataran ontologi tetapi pada aspek aksiologi.
Ibu Intan tidak hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi telah mengantarkan anak-anak merasakan kebermanfaatan ilmu pengetahuan tersebut bagi kehidupan.
Ibu Intan (baju hijau, tengah) dan Kepala SMPN 2 Sawan Ni Nyoman Kartikawati (baju merah nomor dua dari kanan) bersama guru lain dan siswa
Ki Hadjar Dewantara pernah mengatakan, anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Melalui bazar ini Ibu Intan telah membantu menuntun tumbuh kodrat anak sehingga tujuan dari pendidikan menumbuhkan anak yang mandiri dalam belajar.
Ibu Intan memfasilitasi murid belajar pengetahuan tentang cara mengolah bahan pangan menjadi makanan siap saji di kelas. Pengetahuan yang diperoleh kemudian dipraktikkan untuk membuat produk atau karya yang bisa dipasarkan kepada teman-teman dan guru.
Pada tahap ini mereka juga belajar untuk terampil memasarkan produk agar mau dibeli. Pengalaman inilah yang lebih penting bagi perjalanan proses belajar mereka ke depan dibandingkan dari untung yang diperoleh. Inilah merdeka belajar yang sesungguhnya.
Produk yang dijual laris manis. Semuanya habis. Anak-anak guru, dan pegawai menikmati aneka makan dan minuman sambil menyaksikan lomba dance antarkelas.
Ini membuat mereka senang karena karyanya diapresiasi sekaligus mendapatkan pengalaman belajar menjadi wirausaha.
“Saya senang banget. Saya dapat menambah wawasan tentang wirausaha dan berdagang”, kata Luh Lita Sumiadi siswa IX A.
Hal yang sama dirasakan oleh Luh Dewi Suparini siswa kelas VIII B. Menurutnya bazar ini memberikan pengalaman bagaimana cara menjual makanan dengan benar. Ia bahkan ingin kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan setiap hari Jumat.
Melihat antusiasme anak-anak dalam kegiatan bazar ini, Ibu Intan berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan dan diikuti oleh seluruh kelas.
Menginspirasi Guru untuk Berkreasi
Najelaa Shihab dalam buku Merayakan Asesmen Merdeka Belajar menyatakan bahwa pameran karya adalah langkah ‘kecil’ penting yang akan memantik strategi dan inovasi berkelanjutan di pendidikan.
Pendapat Najelaa itu benar. Bazar yang diinisiasi oleh Ibu Intan menarik perhatian, merangsang, dan menantang saya untuk melakukan pameran karya pada mapel bahasa Bali. Saya mulai membayangkan pada semester genap nanti bisa melakukan pameran karya hasil belajar siswa, seperti pameran karya puisi Bali modern siswa, pantun-pantun berbahasa Bali siswa (peparikan), demonstrasi mengetik aksara Bali di komputer, dan lain sebagainya.
Tidak hanya menginspirasi saya, bazar yang dilakukan Ibu Intan juga memantik inovasi Ni Nyoman Kartikawati, Kepala SMP Negeri 2 Sawan. Menurutnya bazar ini sebagai bentuk kreativitas dari guru mapel dan anak-anak. Dampaknya anak-anak akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Kegiatan bazar juga menurutnya mengajarkan anak-anak mulai belajar berwirausaha sejak dini.
“Jadi, ke depannya harus diterapkan pada mapel-mapel lainnya. Masing-masing guru membuat perencanaan yang matang agar ada hasil karya yang bisa dipamerkan di setiap akhir semester,” katanya.
Wah jadi tidak sabar untuk menunggu akhir semester genap tahun depan. Pameran karya nanti pasti akan lebih ramai dan meriah. [T]