BULELENG | TATKALA.CO — Sampah oraganik diolah menjadi pupuk kompos. Itu sudah sukses di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Kini masih dilakukan berbagai inovasi untuk mengolah sampah plastik, sehingga suatu saat bisa sukses disukap jadi campuran aspal.
Sampah organic dan sampah plastik di Desa boindalem dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) tentu dengan dukungan pemerintah desa (pemdes). Bumdes membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).
“Pemdes sangat mendukung penuh TPST ini, antara lain dengan menggelontorkannya penyertaan modal dari Pemdes melalui alokasi dana desa (ADD) untuk TPST dengan total sebesar 720 juta rupiah. Dana itu untuk biaya operasional dan pemberdayaan sumber daya manusianya,” kata Perbekel Desa Bondalem Gede Arya Odantara, Senin, 5 Desember 2022.
Kegiatan TPST Bondalem adalah memberi pelayanan jasa angkut sampah dan melakukan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos. Untuk pembuatan kompos, TPST mampu menghasilkan 1 ton pupuk. Pupuk itu dijual Rp. 800 per kilonya.
Perbekel Gede Arya Odantara mengatakan, ke depan pengelolaan pupuk di Bondalem akan disinergikan dengan Desa Les dan Desa Tembok terkait bahan baku pupuk, seperti kotoran sapi. Bahkan sebagai sample awal, Pemdes Bondalem membeli langsung pupuk kompos itu sebanyak 40 ton untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat di Bondalem.
Dengan pemberian sampel pupuk secara gratis kepada masyarakat, diharapkan warga terketuk untuk membeli pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman di kebun milik warga. Selain itu, dengan adanya usaha jual-beli pupuk kompos itu, kesejahteraan pekerja pengolah sampah akan meningkat.
Perbekel Desa Bondalem Gede Arya Odantara
Proses pembuatan kompos terbilang mudah. Perbekel Gede Arya menjelaskan, sampah yang diangkut itu akan dipilah dahulu, dipisahkan antara sampah organik dan non organik. Sampah organik itu akan diproses ke mesin penyacah terlebih dahulu sebelum dipermentasikan minimal selama seminggu dengan campuran kotoran sapi dan cairan C4, kemudian baru diayak sebelum dikemas menjadi pupuk.
“Minimal seminggu dipermentasikan ya. Kalau mau pupuk lebih bagus kwalitasnya bisa lebih dari seminggu. Namun hal itu tergantung kondisi cuaca juga, karena dalam proses permentasi itu dibutuhkan kelembaban dalam prosesnya agar lebih maksimal,” ujar Perbekel.
Terkait pengelolaan sampah plastik, Perbekel Gede Arya bertekad akan membuat terobosan baru, misalnya bersinergi dengan dinas agar sampah plastik bisa dimanfaatkan untuk campuran aspal.
Untuk itu Perbekel yang juga merupakan mantan dari Kabid di Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil ini akan mencoba menambah SDM lagi untuk dipekerjakan dalam memilah sampah plastik dan organik. “Saya rasa itu kebijakan yang akan kami lakukan untuk tahun 2023,” tegasnya.
Bagaimana dengan warga Desa Bondalem?
Antusias masyarakat, kata Perbekel Gede Arya, sangat tinggi terhadap keberadaa TPST ini. Terbukti sudah 400 lebih pelanggan yang terdaftar di dalam TPST ini. Masyarakat akan diberi kemudahan dalam proses pembuangan sampah karena petugas TPST akan mendatangi rumah-rumah masyarakat yang menjadi pelanggan untuk diangkut sampahnya oleh petugas sebanyak dua hari sekali.
“Saya harapkan ke depan akan lebih banyak lagi masyarakat akan menjadi pelanggan TPST, sehingga sampah bisa terkumpul di satu tampat untuk dapat dipilah sesuai peruntukannya,” kata Perbekel Gede Arya.
Manager Bumdes Bondalem Ketut Partayasa mengatakan Bumdes Desa Bondalem dibangun tahun 2014. Bumdes membidangai beberapa program di antaranya simpan pinjam, unit pengelola sarana (UPS) air minum, pelayanan listrik online, perdagangan, wisata bahari diving dan penangan sampah melalui TPST.
Fokus Bumdes kini lebih banyak pada TPST untuk menciptakan lingkungan yang sehat, bersih serta untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Apalagi TPST ini sudah berdiri sebelum adanya Bumdes dan mulai diakusisi pada tahun 2014.
“Karena keterbatasan sarana dan prasarana TPST yang dulunya dikelola oleh perseorangan itu baru dimerger Bumdes pada saat terbentuknya Bumdes. Pihak Bumdes memfalisitasinya dengan mesin pencacah serta kendaraan roda empat hasil bantuan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Lingkungan Hidup,” jelasnya.
Selain bantuan langsung dari Pemkab Buleleng, TPST Bondalem juga mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) berupa masing-masing 1 unit sepeda motor roda 3 dari Krisna dan sumbangsih dari pengelola penginapan setempat. Sedangkan dari pihak desa memfalisitasi berupa lahan serta penyertaan modal dari tahun 2018 sampai sekarang ini.
Melalui bantuan dari beberapa stakeholder tersebut, TPST Bondalem dapat memperkerjakan masyarakat lokal di sana, bahkan sampai saat ini sudah menyerap 9 warga untuk ikut bekerja. Mengingat volume sampah yang dihasilkan masyarakat mencapai 3 ton perharinya.
“Hampir 3 ton perhari kami angkut sampah dari masyarakat Bondalem. Bahkan saat hari raya besar keagamaan bisa mengangkut sampah sampai 7 ton lebih,” kata Partayasa.
Partayasa menerangkan skema yang dipakai dalam mobilisasi pengangkutan sampah itu dengan cara masyarakat berlangganan langsung kepada TPST. Di mana setiap bulannya dikenai biaya Rp. 20.000. Petugas TPST akan menjemput langsung sampah itu ke rumah pelanggan setiap 2 hari sekali. [T][Ado/*]