MASIH DALAM SUASANA HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN), saya ingin berbagi dan membuka bagian tulisan yang lalu. Semoga menambah referensi teman-teman guru. Saat ini Mendikbudristek sangat bersemangat mengajak dan membuka diklat guru penggerak. Belum tuntas angkatan sebelumnya, bahkan sekarang sudah dibuka angkatan ke-9 dan ke-10.
Gerakan ini tentu sangat bagus, dengan catatan ada niat dan semangat para guru benar-benar menerapakannya dalam ruang-ruang kelas.
Bapak, ibu guru yang professional, ketika Anda berdiri di depan kelas Anda akan memberikan sebuah tujuan kepada komunitas yaitu pelajar yang sama untuk mengembangkan dalam setiap mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi dengan lingkungan serta mengembangkan keterampilan hidup.
Prinsip-prinsip yang dianut oleh komunitas inilah yang harus dijangkau oleh seorang guru guna memberikan gambaran kepada siswa untuk menjalani kehidupannya. Menanamkan prinsip kepada siswa, sebenarnya guru telah mengajarkan akhlak, sebagai salah satu bagian terpenting dalam pendidikan anak. Guna menanamkan prinsip tersebut kepada peserta didik, maka ada delapan keunggulan sebagai kunci. Kedelapan kunci keunggulan tersebut meliputi :
1. Integritas atau Kejujuran
Karena menjadi guru sudah merupakan pilihan Anda , maka integritas atau kejujuran Anda harus dipertaruhkan. Alangkah naifnya apabila kita telah menjatuhkan pilihan menjadi guru bahwa kita adalah bagian dari komunitas manusia, menyandang predikat profesional “GURU”, yang menanamkan kejujuran kepada anak didik kita.
Kesadaran atas pilihan tersebut semestinya menjadi pegangan, sehingga kita bisa menekan sekecil mungkin ketika ada niat untuk keluar dari nilai integritas dan kejujuran itu.
2. Kegagalan Awal Kesuksesan
Ikon semacam ini merupakan ungkapan klasik yang penuh makna. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Maka pahamilah bahwa kegagalan hanyalah bagian dari sumber informasi yang Anda butuhkan untuk meraih kesuksesan.
Orang bijak mengatakan kegagalan hakekatnya tidak ada, yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Sejelek apapun hasil usaha yang Anda lakukan akan memberikan makna dan manfaat, jika Anda tahu mengambil hikmah dari usaha yang telah kita lakukan.
3. Bicaralah dengan Niat Baik
Keterampilan berbicara bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak. Tapi berbicara yang baik dan benar itu, kiranya kita semua masih perlu banyak belajar. Berbicara dengan pengertian positif dan bertanggungjawab untuk komunikasi yang jujur dan lurus memerlukan latihan dan kesadaran yang tinggi.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebagai orang yang dituakan kita terkadang lebih banyak mengeluarkan kata-kata yang berbau ejekan, dibandingkan dengan ungkapan yang bermakna pujian. karena membicarakan hal yang berbau gosip dan bentuk komunikasi yang berbahaya lainnya, terkadang tidak disadari akan menjadi model pembicaraan yang meracuni dunia anak. Padahal pada diri anak masih tertanam dan penuh dengan nilai, dan kebenaran.
Maka hati-hatilah berbicara, apalagi dihadapan siswa.
4 . Hidup di Saat Ini
Ungkapan ini bertujuan untuk mengingatkan kita semua bahwa hidup saat ini adalah realitas, maka raihlah. Banyak di antara kita terbelenggu oleh harapan akan datang sebelum harapan saat ini. Untuk itu manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya. Laksanakan tugas dengan sebaik mungkin.
5. Komitmen
Komitmen hakekatnya adalah tekad yang muncul dari dalam diri untuk melakukan sesuatu tanpa harus menyertainya dengan pertanyaan “AMBAK”, (Apa Manfaatnya Bagiku).
Komitmen itu muncul semata-mata karena ada rasa tanggung jawab dan kewajiban untuk mengerjakan tugas yang diberikan sebaik-baiknya. Visi hidup yang lebih hakiki menjadi landasan dalam memunculkan komitmen.
6. Tanggungjawab
Apapun, tindakan, dan ucapan yang sudah kita lakukan harus disertai dengan rasa dan sikap tanggungjawab, karena semua itu merupakan bagian dari bunga-bunga kehidupan. Melepaskan atau melimpahkan tanggungjawab diri kepada orang lain merupakan bentuk kehidupan di bawah garis.
Artinya ada upaya mencari pembenar, dengan meraih kebenaran orang lain atau berusaha untuk menutupi kesalahan yang kita lakukan.
7. Sikap Luwes
Sikap luwes atau fleksibel untuk membangun diri kita sebagai guru tidak dapat lepas dari pergaulan dalam arti luas, untuk menghadapi segala perubahan di bidang pendidikan. Pendekatan baru yang dapat membantu untuk memperoleh hasil yang diinginkan harus digali dari sikap dan cara bergaul kita kepada orang-orang sukses di bidang pendidikan.
8. Keseimbangan.
Siapapun telah memahami bahwa kehidupan ini merupakan perpaduan antara jasmani dan rokhani, maka padukanlah kedua bagian ini sehingga merupakan satu kesatuan yang dapat harmonis.
Jadi sisihkanlah waktu anda untuk memelihara keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa anda.
RAHASIA MEMBUKA KUNCI ANDA
Setelah kita memahami keunggulan utama pembelajaran tersebut dan menerapkannya ke dalam setiap aspek di kelas Anda. Ada tiga langkah yang bisa anda lakukan yaitu:
1. Mengajarkan kunci-kunci tersebut dengan memberikan keteladanan. Senyaring dan sekeras apapun kata-kata yang Anda teriakkan terkait dengan kunci tersebut tidak akan bermanfaat manakala Anda tidak mampu memberikan teladan maupun peragaan langsung kepada anak didik.
2. Ceritakan kunci-kunci keunggulan terrsebut melalui kisah orang-orang sukses, maupun orang-orang yang gagal, karena hakekatnya apapun yang diraih dalam kehidupan ini adalah bermakna. Kita juga berhak untuk mengetahui perjalanan hidup kita, karena kita adalah bagian dari komunitas manusia yang telah mencapai kesuksesan tersebut.
3. Menggunakan kunci-kunci sukses tersebut kepada peserta didik melalui setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Keterbukaan dari kita sangatlah menentukan. Berikan hak kepada anak untuk memberikan kunci-kunci positif maupun negatif dari keseluruhan kunci-yang kita tanamkan. Selamat mengerjakan.
Dari tulisan ini, saya yakin guru-guru hebat, guru-guru penggerak yang sangat berperan untuk mengadakan perubahan, transpormasi pendidikan, digitalisasi pendidikan, sebagai garda menumbuhkan Pelajar Pancasila, sangat siap menggantikan guru-guru bamby bombers (guru 55 tahun ke atas) yang sudah tidak perlu dilatih lagi karena gagap teknologi. [T]
#Disarikan dari Quantum Teaching