PADA PENYAJIAN GENDING-GENDING Lelambatan klasik Bali dikenal beberapa jenis tabuh /gending berdasarkan struktur tabuh yang mengikatnya, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu, Tabuh Pat, Tabuh Nem, dan Tabuh Kutus. Perbedaan nama-nama tabuh/gending tersebut dibedakan berdasarkan jumlah baris, jumlah pukulan kempur, dan kempli dalam satu gongan (pukulan Gong). Semua itu terdapat dan dapat dicermati pada bagian pengawak tabuh yang dimainkan.
Pengawak adalah salah satu bagian terpenting dalam struktur gending Lelambatan Bali. Kata pengawak diambil dari kata awak yang berarti tubuh atau badan. Lelambatan merupakan salah satu repertoar pagongan dalam Karawitan Bali yang kerap dimainkan sebagai musik instrumental pada upacara Dewa Yadnya atau tabuh pembukaan event. Repertoar Lelambatan dilihat dari bentuk, struktur komposisi yang dimiliki memiliki kekhasan tersendiri.
Bagaimana menuangkan ide, konsep dalam garapan memerlukan kemampuan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Penuangan karya tergantung dari rasa.
Menurut I Ketut Gede Asnawa, bahwa Prof. Mantle Hood memulai suatu proses dengan pertanyaan. Sedangkan pengalaman berkarya dari I Ketut Gede Asnawa, ia hanya menuangkan karya dengan konsep air, mengalir begitu saja. Setelah terbentuk barulah kemudian karyanya dikaji kembali dan diperbaiki (Disajikan dalam pemaparan materi workshop Pagongan, 27 November 2022).
Selanjutnya, apa itu pengawak, bagaimana bentuknya pengawak Pagongan Bali?
Menurut I Ketut Gede Asnawa, pengawak adalah barang lentur. Sudut pandang pengawak adalah konvensional. Pagegongan menurut Colin Mc. Phee adalah gamelan gong (Gong Kebyar).
Menurut sejarahnya, gamelan gong muncul pada era madya, jaman madya abad ke-18. Sebagaian besar munculnya pada masa kerajaan di Bali. Perjalanannya dari Puri ke Pura lalu ke masyarakat.
Kenapa disebut gamelan gong? Oleh Mc. Phee, di dalam gamelan itu terdapat instrumen Gong yang mewakili indentitas barungannya, contohnya Gong Kebyar, Gong Luang, Gong Gede, dan gamelan lainnya. Kalau tidak ada sebutan gong dalam menyebutkan identitas barungan gamelan lainnya, diwakili oleh instrumen sejenis yang berfungsi sebagai gong. Contohnya gamelan Semar Pagulingan, Pegambuhan, Gandrung, dan lainnya.
Tabuh Lelalambatan mempunyai bentuk “statik form”. Form yang tidak berubah-berubah. Sebuah bentuk yang luar biasa yang diwarisi oleh para luluhur. Dalam tabuh Lelambatan, Mc. Phee menyebutkan ada dua istilah gending,yakni gending ageng (great gending) dan gending gangsaran (quick gending).
Gending ageng mempunyai kekuatan dalam bentuk melodi yang panjang dan mempunyai sistem dalam bentuknya. Stuktur sistem yang membakui komposisi.
Senada dengan apa yang dijelaskan tentang arti kata pengawak, I Ketut Gede Asnawa juga menjelaskan kata pengawak berasal dari kata awak. Awak berawal dari bentuk. Bentuk pengawak paling panjang dan formal.
Pengawak.adalah bagian dari sebuah bentuk/struktur. Pengawak tidak bisa berdiri sendiri diikat oleh kepala dan kaki. Konsep ini adalah diambil dari filosofi bentuk tubuh manusia. Jadi, pengawak tabuh Lelambatan terlahir dari ikatan kepala dan ditunjang oleh kaki sebagai bentuk/struktur tabuh dalam penyajiannya.
Pengawak dalam struktur tabuh Lelambatan, tidak bisa berdiri sendiri. Di dalamnya ada sistem yang mengikat. Sistem sub-sub struktural, abstrak, realitas dan reel. Di dalam penyajiannya pengawak dimainkan secara pelan, maka menjadi identitas penyebutan tabuh Lelambatan.
Pengawak oleh Colin Mc. Phee disebut “The clear compotition of music in Bali”. Mc. Phee membagi pengawak menjadi beberapa bagian yang ditulis pada bukunya tahun 1930 dan publish tahun 1960-an.
Secara struktur, dalam tabuh dua ada 8 baris yang disebut dengan istilah a pada; jumlah baris dalam satu frase lagu. Apabila berbentuk tabuh Pat, pola ini tinggal ditambahkan sesuai dengan form yang ada.
Dalam gending ada sistim pertanyaan dan jawaban. Baris pertama adalah opening dalam 16 ketukan diakhiri oleh pukulan jegogan. Dalam struktur tabuh Lelambatan, menjadi suatu pertanyaan, kenapa dibaris pertama dimulai dengan pukulan kempur? Kenapa tidak kempli?
Menurut analisis penulis, hal tersebut mengacu pada tata letak instrument kempur, kempli, dan gong saat penyajiannya. Hal tersebut juga berkaitan dengan estetika musikal dari keseimbangan suara dari instrument tersebut. Jalannya format struktur pengawak tabuh Lelambatan mengacu pada jumlah jatuhnya pukulan kempur, kempli, jegogan sampai pada gong. Pola melodi 2 baris terakhir adalah pemilpil untuk menuju gong.
Dalam permainan tabuh Lelambatan, pola kekendangan sebagai penanda. Pukulan kendang menuju kempur dimainkan pola kendang cedugan, menuju jatuhnya pukulan kempli dimainkan pola kaplak tangan kiri.
Pengawak adalah sebuah identitas yang melekat pada penyajiannya. Bagiannya dikenal dengan istilah palet dan pada/paragraf. I Ketut Gede Asnawa menghimbau, jangan membawakan tabuh lelambatan seperti memainkan tabuh kreasi. Lelambatan bersifat ke dalam, kreasi baru lebih ke arah keluar.
Penciptaan berawal dari pengalaman dan analisis. Menurut I Ketut Gede Asnawa, saran membuat pengawak teridiri dari 3 syarat, diantaranya:
1. Keterampilan.
Pencipta harus pernah memainkan, mampu menganalisa, dan mempunyai pengalaman.
Praktek melakoni akan memberikan banyak pelajaran. Wicaksana dan wiraga.
2. Sensitif/kepekaan
Ditunjang oleh rasa.
3. Imajinasi
Perjalanan nada-nada untuk menuju nada yang dituju. Sistim melodi pada lelambatan diawal dari nada rendah ke tinggi, di tengah ngubeng (berpusat di Tengah), dan diakhir dari tinggi ke rendah. Hal ini juga mengacu pada ranah rasa komposer. Kreasi diperlukan melodi yang mudah untuk dikreasikan. Untuk kesan manis bawa melodinya ke nada kecil. Perhatikan karakteristik nada. Terpenting adalah terminal/nada kunci yang digunakan.
Kreativitas mengacu pada kepekaan. Pengembangan dan kepertahanan dari yang sudah ada perlu dilakukan secara bersama. Perlu konsep dalam menunjukan idialis berkesenian. Tidak semena-mena tanpa arah dan konsep yang jelas. Proses adalah suatu perjalanan yang harus dilalui, dimaknai, dan dilakukan.
Penuangan Gending Ding Ro Karya Ketut Gede Asnawa Pada Workshop Pegongan di Puri Lukisan Ubud, 27 November 2022 | Dokumentasi,I Nyoman Mariyana, Tahun 2022
Tabuh Lelambatan Dua Ding Ro
Pada tabuh Lelambatan Ding Ro, nada ding digunakan sebagai nada pokok. Kawitan gendingnya diawali dari nada ding, bebaturan nada dasar ding, pengawaknya mempergunakan nada dasar ding begitu juga di pengecetmya nada ding jatuhnya pukulan gongnya. Ro mengacu pada bentuk struktur tabuhnya yakni Tabuh Dua.
Maksimal dalam kawitan terdapat 2 pukulan jegogan. Melodi progresif dari tinggi ke rendah. Dalam penyajian gending Lelambatan, instrumen Terompong mempunyai otoritas, kekuasaan dalam penyajian, kemana akan dibawa melodinya. Didahului oleh intro oleh Terompong dan finalnya jatuhnya ke nada kunci yang digunakan. Intro adalah tanda bahwa gending sudah siap untuk dimainkan. Ini merupakan warisan budaya dari pendahulu perlu dilestarikan.
Kesimpulannya, pengawak adalah bagian pokok lagu. Pengawak sudah ada pakem-pakemnya yang harus diperhatikan oleh komposer. Perhatikan fungsi instrumennya dalam penuangan gendingnya bersama dengan rasa Lelambatan. Hal tersebut jangan pernah hilang. Kunci dasar megambel adalah harmonis, kesatuaan dan kebersamaan. Lelambatan adalah sarana untuk mengasah ketrampilan dan musikalitas. [T]
[][][]
BACA esai-esai tentang karawitan Bali dari penulis NYOMAN MARIYANA