2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Film “Aftersun” : Kesedihan yang Berwibawa

Azman H. BahberehbyAzman H. Bahbereh
November 4, 2022
inUlas Film
Film “Aftersun” : Kesedihan yang Berwibawa

Gambar diambil dari Aftersun Trailer/youtube

Rekaman vidio yang kabur mencatat keping-keping percakapan antara anak dan ayah. Zoom in—zoom out yang agak goyah, memulai sebuah pertanyaan—sekaligus mengakhirinya: “Apa itu?”, “Ketika kau berumur 11 tahun, apa yang kau lakukan?”.

Dan jeda. Gambar tenggelam oleh nyaring suara, seketika gelap, seketika hitam. Dari kegelapan mengkilat segaris cahaya yang terbuka, ada kerumunan orang-orang menari. Namun masih belum tampak jelas, semuanya lewat dan melintas begitu saja.

Di tengah-tengah cahaya yang jatuh bangun, seorang wanita memejamkan kedua matanya—terpenjara dalam framing. Sepertinya ia menarik diri ke lembaran masa lalunya, menggapai ingatan yang lusuh bagai kertas terlepas dari kepalan tangan. Tetapi cuma satu yang dihinggapi. Di sana segalanya nyaris putih. Dan tampak seorang gadis kecil melambaikan tangan dengan wajah yang entah menyembunyikan tangisan—entah melawan senyuman.

Sebuah debut fitur yang bersih dari Charlotte Wells selaku sutradara dan penulis skenario. Lewat kolaborasinya dengan Paul Mescal dan si gadis cantik Frankie Corio, Aftersun arahannya memberi sentuhan yang informal—bukan  drama ayah-anak layaknya Fathers and Daughters atau The Pursuit of Happyness, yang memaksa penonton untuk berlinang air mata terus-menerus.

Dalam Aftersun, keakraban dan keberjarakan tersegmentasi lewat subjek-subjek yang tampil. Terkesan selalu ada jarak antara keduanya dan kita (para penonton) dari kaca jendela, televisi cembung juga kamera perekam. Namun di balik benda-benda yang menjadi semacam pantulan kisah, yang menahan kita untuk bisa lebih dekat, mereka—ayah dan anak itu mempunyai semesta kedekatannya sendiri.

Musim panas pertengahan, Sophie dan Calum, pasangan ayah-anak, pergi berlibur untuk menghabiskan waktu bersama ke sebuah kota di negara Turkey. Di sana momen-momen acak mereka lakukan bersama tanpa banyak mengungkit apa yang pernah ada dan terjadi pada masa lampau.

Shopie, gadis berumur 11 tahun itu, tak pernah menanyakan dengan spesifik kenapa ayahnya dan ibunya berpisah. Calum tak pula berkenan mengungkapkan. Ruang kedekatan mereka ternyata meletakkan sekatnya sendiri. Kerenggangan tercipta dari cerita yang tak terungkap. Sophie seperti tak mengenal utuh sosok ayahnya. Tapi tak perlu menjadi pusat keresahan. Karena titik perhatian mengarah pada relasi kedua karakter. Pada momen penghabisan mereka terhadap waktu.

Mungkin lebih dari satu jam durasi, kita akan melihat jelajah keduanya di kawasan wisata, kolam renang, kamar, dan tempat pemandian lokal Turkey. Peristiwa-peristiwa yang datang dan tergambarkan dalam kurung durasi tersebut—tentu akan kita anggap sebagai sebuah penawaran yang nihil. Pun kekosongan ruang yang begitu lama ditampilkan—melahirkan kebosanan.

Bahkan hal-hal yang sengaja ditinggalkan oleh Charlotte Wells di sana. Seperti penggalan-penggalan tegas karakter Calum yang mengidap depresi dan rasa cemas. Yang mana Calum tak menyangka Sophie akan beranjak dewasa, dan ia harus lebih awas akan hal yang terjadi pada waktu mendatang—akan terlihat tak memiliki motif yang krusial. Asumsi itu akan tumbuh bersama kita, akan mengekori kita.

Namun asumsi itu harus kita gugurkan sementara oleh kilasan adegan yang disusupi di tengah-tengah cerita. Kita patut curiga atas kehadiran salindia tersebut. Apa maksudnya? Dan apakah ada kesenjangan dalam cerita? Salindia tersebut, fragmen yang muncul secara kedipan mata itu—adalah jembatan antara momen-momen acak dan apa yang berusaha Charlotte Wells munculkan dalam Aftersun. Sebuah upaya mengais memori dari Sophie terhadap sosok ayahnya dan peristiwa yang mereka jalani bersama-sama.

Charlotte Wells mampu mengemas semua ini begitu artistik, terartikulasikan dengan kuat dan narasi yang sanggup tak berloncatan, kendati ada sejumput kilas-balik—ia menangkis interupsi tersebut. Sebuah debut fitur yang benar-benar mengagumkan.

Aftersun adalah kesedihan yang berwibawa. Mengungkapkan kerinduan kepada ingatan yang tersangkut di jantung masa lalu—dan itu menghantuinya. Jalinan cerita yang awalnya cuman sebagai bukti dari kenangan yang memadat dalam diri Sophie dewasa—berhasil menyentuh sensibilitas yang paling sensitif dari diri kita.

Walau film ini mempunyai beberapa catatan seperti: graphic match yang terlalu boros dan mudah ditebak kedatangannya, lalu latar Turkey yang cuman sebagai tempelan dan bukan eksplorasi kisah. Catatan tersebut tak melemahkan kisah ini ketika kita berlabuh di penghujung. Semua catatan itu lenyap—semua itu menjelma sebuah kelebihan dan karakteristik.

Pamungkasnya yang emosional, Calum menari bersama para turis lainnya dan mengajak Sophie bergabung. Iringan lagu Under Pressure  dari Queen mewarnai tarian mereka. Lalu kilasan adegan itu muncul lagi, menyusup ke tengah-tengah tarian. Tampak seorang wanita, wanita yang sebelumnya memejamkan mata itu—Sophie dewasa.

Ia melewati kerumunan, melihat ayahnya, Calum, menari-nari di antara cahaya yang jatuh bangun. Ia berteriak memanggilnya—tapi tiada terdengar, segalanya kedap, ia menariknya, memeluknya—dan menangis di pelukannya. Tapi seketika semuanya nyaris putih. Tak ada kelip-kelip lampu lagi. Tak ada kerumunan yang menari-nari. Hanya lambaian seorang gadis kecil, yang entah menyembunyikan tangisan—entah melawan senyuman.

Dan jeda. Saya melihat momentum ending yang sangat apik: sebuah paralel penutup dari Krzystof Kieslowski dalam Three Colours Red, dan saya nikmati lagi dalam Aftersun. Indah, menakjubkan, luar biasa menarik emosi. Atmosfir kesedihan yang sulit dielakan. [T]

Ballad of a White Cow : Keheningan yang Tak Menawarkan Banyak Hal
Dogtooth (2009): Abnormalitas yang Menegaskan Jati Diri Sinema-Sinema Yorgos Lanthimos
Film Pendek “Kala Rau When the Sun Got Eaten”: Gerhana, Mitos, dan Sedikit Orde Baru
Tags: filmfilm layar lebarsinema
Previous Post

Nasi Kuning: Warisan Intangible | Pintu Akselerasi Perempuan Mewujudkan Mimpi Pemberdayaan

Next Post

Awal Tahun Gaji Perbekel Biasa Tertunda | Lihadnyana Minta Tahun 2023 Tepat

Azman H. Bahbereh

Azman H. Bahbereh

Lahir di Singaraja, Bali, 30 Januari 2001. Bekerja sebagai tukang jagal ayam yang selain gemar membaca juga gemar menulis. Kalian bisa menemukannya di akun Instagram : @azmnhssmb

Next Post
Awal Tahun Gaji Perbekel Biasa Tertunda | Lihadnyana Minta Tahun 2023 Tepat

Awal Tahun Gaji Perbekel Biasa Tertunda | Lihadnyana Minta Tahun 2023 Tepat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co