Penulis sastra di Bali, baik penulis sastra Indonesia maupun sastra Bali modern, jika tak kenal nama Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D., barangkali bisa diragukan kadar pergaulannya di dunia sastra. Ia memang tidak memilih menjadi penulis karya sastra semacam puisi atau cerpen, tapi ia selalu berada di tengah-tengah geliat sastra di Bali.
Di tengah-tengah rutinitasnya sebagai guru besar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (Unud), ia memilih sebagai pengamat, sebagai pengkaji, sebagai kritikus sastra. Belakangan ia juga dikenal sebagai ahli pariwisata, dan kini sedang menyiapkan buku tentang sastra dan pariwisata.
Jika diizinkan, cobalah buka laptop-nya. Atau masuk ke perpustakaannya. Barangkali akan ditemukan secara lengkap data-data yang berkaitan dengan dunia sastra di Bali, dari dunia sastra yang lawas hingga dunia sastra mutakhir. Bisa dikata, ia kenal dengan hampir semua penulis sastra dari di Bali, mulai zaman Pujangga Baru hingga zaman milenial.
Prof Darma Putra—begitu ia secara akrab dipanggil— bisa membicarakan sastrawan Panji Tisna, dan pasih juga membicarakan sastrawan muda semisal Juli Sastrawan. Sebagai pengamat dari kalangan akademis, ia tak hanya punya data akademis, tapi juga punya data remeh-temeh yang kadang dipungut dari “dunia sastra jalanan”.
Dengan data yang ia punya, Prof Darma Putra bisa disebut sebagai juru kunci sastra Indonesia di Bali. Jika dunia sastra di Bali diibaratkan semacam kotak besar, dia adalah pengamat yang pegang kunci kotak itu. Peneliti muda yang ingin tahu perkembangan sastra Indonesia di Bali, dari hal-hal yang renik hingga hal-hal yang jumbo, sebaiknya memang harus datang ke juri kunci agar terbuka pengetahuan yang luas tentang sastra Indonesia di Bali.
Penguasaan data-data dan pengetahuan secara total juga dilakukan Prof Darma Putra terhadap sastra Bali modern. Selain sebagai salah satu juri tunggal pada ajang Penghargaan Sastra Rancage–penghargaan untuk penulis sastra daerah di Indonesia—ia juga punya perhatian serius pada perkembangan sastra modern berbahasa Bali itu di Bali.
Di bidang penelitian dan pengembangan sastra Bali modern, Prof Darma Putra sudah menerbitkan buku Tonggak Baru Sastra Bali Modern (2000/2010). Dalam buku itu ia mengajukan pendapat baru bahwa sastra Bali modern yang sebelumnya dinyatakan berawal tahun 1931, sesungguhnya sudah berawal tahun 1910-an.
Buku “Tonggak Baru Sastra Bali Modern” kini menjadi bacaan wajib bagi pegiat sastra Bali modern, baik dari kalangan akademis maupun dari kalangan komunitas. Buku ini membuktikanProf Darma Putra adalah pengamat yang cermat sekaligus terbuka.
Jadi, tidaklah salah jika Prof Darma Putra dianugerahkan Bali Jani Nugraha 2022 serangkaian Festival Seni Bali Jani IV 2022. Penghargaan diberikan atas ketekunan dan kesetiaannya mengamati, mengkaji dan mengkritisi karya-karya sastra di Bali.
[][][]
Prof Darma Putra lahir di Denpasar, 5 Desember 1961. Tentu tak bisa dipuungkiri, Prof Darma Putra seorang penulis yang rajin. Dunia tulis-menulis ia awali dengan menjadi jurnalis. Lalu, sebagai dosen di Unud, ia aktif melaksanakan penelitian dan publikasi tentang sastra, budaya dan pariwisata.
Prof Darma Putra menerima piagam Bali Jani Nugraha dari Gubernur Bali Wayan Koster
Suami Diah Suthari ini tercatat sebagai peneliti pasca-doktoral di KITLV Leiden (2010), The Cross-Cultural Centre Ascona, Swiss (2012), dan University of Melbourne, Australia (2015).
Jalan pendidikannya tak dilalui dengan mudah. Prof Darma Putra menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Sastra Universitas Udayana tahun 1985, kemudian pendidikan S2 di University of Sydney (1994), dan S3 di University of Queensland, Australia (2003).
Darma Putra mulai menjadi dosen di Prodi Sastra Indonesia tahun 1986. Tahun 2014-2017, dia menjadi Korprodi Magister (S2) Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Unud, dan mulai Februari 2022, diangkat sebagai Koprodi Doktor (S3) Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Unud.
Dalam berbagai kesibukan mengajar dan menjadi korprodi, Darma Putra aktif meneliti dan publikasi di tingkat nasional dan internasional. Tahun 2018, terpilih sebagai dosen berprestasi Unud, dan lolos ke delapan finalis dosen berprestasi Ristek Dikti bidang Sosial Humaniora.
Tahun 2022, Darma Putra diberikan anugerah oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unud sebagai dosen dengan raihan Score Sinta tertinggi di antara seluruh dosen Unud. Anugerah ini diserahkan dalam peringatan Dies Natalis Unud, 29 September.
Tahun 2022 terpilih sebagai salah satu dari 29 ilmuwan internasional dari berbagai bidang studi dan kepakaran untuk menjadi mentor peneliti Indonesia. Ia dinobatkan sebagai ilmuwan internasional dari The Conversation Indonesia.
Sejak 2019, Darma Putra menjadi internasional Advisory Board Jurnal Indonesia and the Malay World terindeks Scopus Q-2. Sejak 2020, Darma Putra menjadi internatioanl editorial board International Journal of Crafts and Folk Arts, terbit di Jinju, Korea.
Ia menjadi Koordinator Puslit Kebudayaan LPPM Unud tahun 2011, dan merintis sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal Kajian Bali, terakreditasi Sinta-2. Pada Juli 2014, ketika menjadi Korprodi Magister (S2) Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Unud, Darma Putra merintis jurnal kedua yaitu Jumpa (Jurnal Master Pariwisata), kini terakreditasi Sinta-3.
Kini, foto wajahnya hampir setiap hari berdear di media sosial dalam pamplet webinar, workshop, atau sebagai dosen tamu untuk memberi kulaih umum pada lembaga-lembaga tertentu. Prof Darma Putra memang “pembicara” yang laris, tentu karena modal pengetahuan yang dimilikinya sudah sangat melimpah. Ia juga sering menjadi dosen tamu di luar negeri, antara lain di Toyo University (Jepang, 2019).
[][][]
Darma Putra menerbitkan dua bukunya di luar negeri, yaitu A Literary Mirror Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century (Leiden: KITLV/ Brill, 2011) dan Tourism Development and Terrorism in Bali (London: Ashgatate/ Routledge, 2007/2018) dengan co-author Michael Hitchcock.
Prof Darma Putra dan buku-buku hasil karya tulisnya
Bukunya berjudul Heterogenitas Sastra di Bali (2021) mendapat anugerah buku dari Kemendikbuddikti tahun 2021 untuk kategori buku kritik sastra terbaik. Sertifikat penghargaan ditandatangani oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim.
Banyak lagi buku lain yang ia tulis, terutama berkaitan dengan perkembangan sastra Indonesia di Bali. Berkat buku-buku yang ditulisnya, sastrawan dan karya sastra di Bali, banyak dikenal di luar negeri, termasuk sastrawan yang tak banyak mempublikasikan karyanya di media massa.
Untuk memenuhi kewajiban menerima “Bali Jani Nugraha”, Darma Putra sudah merencanakan akan menyusun buku kajian sastra pariwisata dengan menjadikan karya sastra pengarang Bali termasuk yang berbahasa Bali seperti novel Mlancaran ka Sasak (1939) karya Gde Srawana sebagai bahan analisis.[T][Ole, dari berbagai sumber]