7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Esensi Bahasa Indonesia di Tengah Jargon Profil Pelajar Pancasila | Seri Peringatan Bulan Bahasa

I Gede Eka Putra AdnyanabyI Gede Eka Putra Adnyana
October 15, 2022
inOpini
Esensi Bahasa Indonesia di Tengah Jargon Profil Pelajar Pancasila | Seri Peringatan Bulan Bahasa

“Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, demikian imbauan yang sering disampaikan oleh para pembina bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

Imbauan semacam itu bukan tanpa alasan. Banyak kenyataan dalam kegiatan berbahasa dapat dikemukakan sebagai contoh guna memperkuat alasan tersebut. Salah satunya adalah sikap arogan dari mereka yang senantiasa menjadi figur publik atau anutan yang masih bersifat paternalistik.

Terhadap masyarakat yang bersifat paternalistik, sikap atau gaya bahasa tokoh (anutan) berdampak psikologis. Artinya menganggap bahwa bahasa yang digunakan si tokoh anutan tersebut sudah benar. Akibatnya, masyarakat akan menirukan begitu saja, tanpa koreksi, atau tanpa menelusuri kebenarannya.

Di samping itu, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah cukup mampu berbahasa Indonesia. Terlebih jaman digital masa kini, sejak mulai berbicara sudah menggunakan Bahasa Indonesia. Sehingga Bahasa Indonesia dianggap remeh, dianggap pelengkap dalam pembelajaran, atau asal-asalan saja. Hal ini menjadikan Bahasa Indonesia begitu latah oleh penggunanya yang abai dan tidak dapat dimungkiri bahwa masih banyak warga masyarakat seperti “enggan” mempelajari bahasa Indonesia sebagai esensi penting dalam kehidupan, juga sebagai warga negara Indonesia sejati.

”Buat apa belajar bahasa Indonesia, toh sudah bisa berbahasa Indonesia. Lebih baik belajar bahasa lain, bisa jadi gaid, mendatangkan uang, atau bisa bekerja di belahan bumi lain”. Begitu biasanya asumsi generasi milenial ketika belajar bahasa Indonesia.

Kenyataanya, benar saja, tidak ada papan-papan reklame yang di pampang di pinggir jalan yang menawarkan les privat bahasa Indonesia. Yang ada, ajakan/tawaran untuk les bahasa lain. Karena oleh sebagian masyarakat, juga generasi milenial,  masalah bahasa Indonesia  dipandang hanya sebagai masalah para pakar dan pembina bahasa Indonesia (termasuk guru-guru yang mengajarkan di sekolah).

Bahkan, mereka yang sudah intelek atau berpendidikan pun seperti “tidak hirau lagi” terhadap bahasa Indonesia. Mungkin karena dalam pergaulan sehari-hari, mereka merasa tidak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Begitulah, jika bahasa Indonesia dipandang sebagai alat komunikasi semata-mata, setelah seseorang merasa mampu menggunakannya, merasa mampu menyatakan pikiran, dan perasaan dalam bahasa Indonesia, serta orang lain mampu memahaminya, dianggap selesailah tugas mempelajari bahasa Indonesia itu.

Namun seyogianya perlu disadari, bahasa Indonesia bukan semata-mata alat komunikasi dalam berinteraksi ataupun dalam hubungan interaksi belajar di sekolah. Bagi bangsa Indonesia yang ingin tampil sebagai bangsa yang beridentitas, beradab, berkepribadian, dan punya jati diri, bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana pengungkapan diri. Hal itu berarti bahwa melalui pengajaran dan penggunaan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia menyatakan peradaban, identitas, kepribadian, dan jati dirinya. Seperti pepatah mengatakan “Bahasa menunjukkan Bangsa”, atau “Bahasa Pemersatu Bangsa”, itulah!

Begitu pula esensi penting bahasa Indonesia di tengah jargon “Profil Pelajar Pancasila. Esensi bahasa Indonesia dalam hal ini sebagai media untuk sarana dalam menjalin gotong royong, sebagai media pemersatu kebhinekaan global, sebagai media untuk menyampaikan pikiran yang kritis dengan benar, untuk menunjukkan bahwa setiap individu memiliki jati diri ke-Indonesiaan yang sejati dengan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan untuk menunjukkan bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang kuat melalui bahasa, sebagai sarana untuk menyampaikan segala daya kreatif dengan berbahasa yang benar, serta yang paling penting sebagai wujud rasa bakti kepada Tuhan yang telah mengaruniai satu bahasa yang adiluhung untuk pemersatu segala perbedaan yaitu, bahasa Indonesia.

Jadi, Bahasa Indonesia betul-betul memegang peranan penting dalam hal ini, yakni sebagai media dalam mengakomodir nilai-nilai yang ingin dicapai dalam mewujudkan “Profil Pelajar Pancasila”. Bukan malah merusak penggunaan bahasa, latah berbahasa, melazimkan yang tidak benar, dan salah kaprah dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Namun dalam kenyataannya, bahasa Indonesia nampaknya makin terdesak oleh suplai bahasa-bahasa lain di tengah pesatnya dunia informasi dan digital. Tak bisa dipungkiri, insan-insan Indonesia lebih elegan dan percaya diri belajar bahasa yang dianggap lebih bombastis. Untuk apa?

Tujuan urgennya adalah ekonomi. Sekarang belajar bahasa tak lagi urusan identitas, tak lagi urusan pemersatu komunitas, pemersatu antar daerah, dan tak sekadar untuk nilai profil Pancasila. Tetapi belajar bahasa adalah agar bisa memproduksi uang, kaya, dan hidup yang lebih hedonis Jadi, belajar bahasa dewasa ini identik dengan materialistik.

Jika konsep ini terjadi pada eksistensi bahasa Indonesia, apakah bahasa Indonesia akan menjadi pelengkap budaya Indonesia saja? Bahasa Indonesia akan “terbunuh”. Bahasa Indonesia akan ditinggalkan. Walaupun digunakan atau dipelajari itu hanya semata-mata untuk kepentingan akademis saja. Untuk kepentingan kurikulum pendidikan. “Yang penting apa yang diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara komunikatif, bisa diterima, dan dimengerti, itu cukup” begitu anggapan warga Indonesia terhadap kondisi bahasa Indonesia.  

Nah, kondisi ini tentu ironis bagi bahasa Indonesia. Mengutip pendapat Prof Sumarsono (alm), yang pernah menjadi guru besar Jurdik Bahasa Indonesia, Undiksha, Singaraja, Bali, dalam buku Linguistiknya dinyatakan bahwa bahasa apapun, termasuk bahasa Indonesia, tak bisa “mati”. Yang ada adalah para penggunanya yang berkurang, atau tak acuh terhadap penggunaannya.

Merujuk pendapat itu, apakah bahasa Indonesia akan makin tak dipedulikan, karena generasi Indonesia merasa tak ada untungnya belajar dan memakai bahasa Indonesia bila ditakar secara ekonomi materialistik? Peduli saja kurang, apalagi mempelajari dengan intens tentang kebakuan bahasa, tentang kaidahnya, diksinya, kalimatnya, dan wacananya. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan penggunaan bahasa Indonesia sekarang yang kacau dan asal ucap.

Kasus-kasus yang bisa disikapi secara bijak dalam hal ini, misalnya penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari, baik oleh masyarakat penutur maupun bahasa yang digunakan di media. Dalam konteks inilah dihadapankan dengan persoalan gramatika bahasa, makna di satu pihak dan kreativitas, serta inovasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kalau dibiarkan setiap orang memakai bahasa Indonesia menurut enaknya, berarti harus diterima juga makin banyak ucapan-ucapan/kalimat aneh yang menyatukan bangsa ini. 

Fenomena yang bisa diketengahkan dalam keanehan berbahasa Indonesia dan ini sangat latah diucapkan dengan intensitas yang sangat memprihatinkan, misalnya,“I Ketut Sawer belajar dengan giat untuk mengejar ketertinggalan”. Yang dikejar dalam konteks ini adalah ketinggalan, bukan prestasi. Pantas saja I Ketut Sawer terus mengalami kemunduran. Seharusnya “I Ketut Sawer belajar dengan giat untuk mengejar prestasi”. Atau “I Ketut Sawer belajar dengan giat untuk mengatasi kebodohan”.

Atau yang lebih latah lagi,“Tim Nasional Indonesia berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan”. Tidak hanya sesekali, tetapi ucapan seperti ini dilakukan acap kali ada live pandangan mata di layer tv atau di sosial media. Memang secara struktur kalimat itu tanpa cacat, tetapi aneh.Sebab, jika dianalisa secara makna, kalimat itu sangat ironis. Karena yang dikejar adalah ketinggalan, bukan kemenangan. Pantas saja TIMNAS kalah terus. Seharusnya ”Tim Nasional Indonesia berusaha keras untuk mengatasi ketertinggalan atau untuk meraih kemenangan”.

Kekacauan kalimat seperti itu bahkan sudah membudaya di kalangan masyarakat, apalagi bagi reporter di tv, host, atau ucapan pengamat sepak bola. Apakah kondisi seperti ini akan dibiarkan? Mentang-mentang merasa percaya diri berbahasa Indonesia, namun salah kaprah. Merasa nasionalis dengan memakai bahasa Indonesia, namun kita jadikan bahasa Indonesia menderita.

Kita tak lagi bisa mencontoh model bangsa Amerika, bahwa di mana pun warganya berada, bahasa apapun yang dipelajari, tetapi warga Amerika tak pernah lupa apalagi merusak penggunaan bahasanya yang menjadi karakter peradabannya. Persoalannya sekarang ialah apakah boleh mengatakan “silakan memakai bahasa Indonesia sebagaimana enaknya di tengah parasaan yang mengaku nasionalis, di tengah perubahan yang pesat, dan di tengah jargon mengejar pencapainan nilai-nilai filosofi Profil Pelajar Pancasila?”

Perihal penting sekarang yang perlu dipahami, bahwa tuntutan terhadap kebebasan menggunakan bahasa Indonesia ada batasnya. Persoalan bahasa rupanya tak banyak berbeda dengan persoalan politik. Pembakuan (pelaziman) bahasa adalah cermin otoritas, sedangkan kreativitas pemakai bahasa adalah cermin kebebasan setiap warga. Yang selalu menjadi perkara ialah bagaimana kita mengakui diri nasionalis sejati, mengaku memakai bahasa Indonesia, tapi realitanya bahasa Indonesia dalam penggunaanya dirusak.[T]

Model Revitalisasi Bahasa Daerah
Sastra Indonesia di Hadapan Budaya Bahasa
Nasib Kurikulum Merdeka Ada di Tangan Guru
Tags: BahasaBahasa IndonesiaPendidikan
Previous Post

Turnamen Bola Voli Lokal Desa di Tamblang: Sensasi dan Kemeriahan ala Desa Perkebunan

Next Post

OṀ & OṄĠ di BALI & INDIA

I Gede Eka Putra Adnyana

I Gede Eka Putra Adnyana

Ceo_Kumunitas Tanpa Laut,Pengajar, Penulis, Pekerja freelance

Next Post
HINDU & KEJAWEN BERHALA?

OṀ & OṄĠ di BALI & INDIA

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co