30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pertunjukan Drama “Puputan Jagaraga” di Desa Tembok: Merawat Denyut Kehidupan dan Pergerakan Bermakna

I Putu ArdiyasabyI Putu Ardiyasa
August 19, 2022
inUlasan
Pertunjukan Drama “Puputan Jagaraga” di Desa Tembok: Merawat Denyut Kehidupan dan Pergerakan Bermakna

Pertunjukan Drama “Puputan Jagaraga” di Desa Tembok, Tejakula, Buleleng, Bali, saat perayaan HUT ke-77 Kemerdekaan RI

Gagasan membuat pertunjukan Puputan Jagaraga didenyutkan oleh bapak Perbekel (sebutan kepala desa di Bali) Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng, yakni Dewa Komang Yudi. Pak Mekel, begitu biasanya ia dipanggil (Mekel, singkatan dari Perbekel), menghubungi saya   via WA tepat H-10 hari peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77.

Malam itu sungguh menjadi dilema karena dengan nada begitu lugas dan penuh keyakinan Pak Mekel menjelaskan idenya untuk menggarap sebuah drama pada malam peringatan HUT Kemerdekaan Ri di desanya.  Di sisi lain Pak Mekel menyampaikan kalau warga desa yang akan menjadi aktornya tidak pernah mengenal panggung pertunjukan.

Siap Pak Mekel, seru saya sembari meyakinkan diri.

Setelah diskusi singkat itu, saya mengklakulasi waktu yang tersisa dan membuat skenario  kemungkinan yang bisa ditawarkan. Singkatnya proses terjadi dalam 5 kali pertemuan sampai pentas.

Menegangkan? Ya pasti, dua hari sebelum pentas baru tergarap 2 babak dari 4 diskenario.

Tapi dalam hati selalu saya meyakinkan diri agar lebih tenang,  melihat semangat warga desa, anak-anak, PKK dan karang taruna yang ikut andil latihan sampai tengah malam, saya semakin tergerak.

Huhhh.. begitu saya menghela nafas panjang di akhir pertunjukan tangan saya julurkan untuk salaman dengan tangan tangguhnya Pak Mekel. Selamat saya ucap kepada Pak Mekel, dan kepada semua aktor yang terlibat di panggung dan di belakang panggung.

Malam itu saya melihat betapa berartinya proses yang mereka lalui sehingga membuat mereka bahagia. Yang paling penting saya selalu melirik ke arah penonton dan sungguh takjub, karena begitu antusiasnya warga desa menonton, ya mereka menonton dengan bijak hampir 50 menit pertunjukan drama itu berlangsung.

Di akhir, kami pun menikmati suguhan makan malam nasi babi guling yang dibungkus daun pisang yang cantik, bungkus nasi yang jarang dilihat diperkotaan.

Merawat Denyut Kehidupan

Sebuah perayaan yang sederhana tampilannya, tetapi  ada vibrasi besar yang membuat warga desa begitu antusiasnya datang  ke Balai  Desa untuk merayakan Hari Kemerdekaan dan melihat “hiburan” di panggung desa. warga desa datang mengantarkan anak-anaknya untuk pentas tari, musik, fashion show, bernyanyi dan mementaskan lakon drama sederhana.

Tak luput perhatian juga peran karang taruna desa yang mempersembahkan beberapa lagu yang popular di kalangannya, beberapa dari mereka pun sibuk di belakang panggung  menyiapkan acara. Tidak kalah juga para pedagang di pinggir dekat tembok-tembok yang mengelilingi balai desa telah menjajakan dagangan ikut merayakan hari kemerdekaan.

Melihat aktivitas di Desa Tembok sambil menikmati suguhan malam itu, saya sempatkan cerita tentang Pak Halim HD namanya, beliau seorang budayawan Solo pernah berkata bahwa dahulu pada era reformasi desa adalah panggung tempat hidupnya kesenian-kesenian rakyat, balai desa (balai banjar) adalah studionya para seniman kala itu. Seluruh aktivitas budaya hidup dan menghidupi di banjar.

Kita masih ingat juga sejarah mencatat bagiamana Gede Manik mencipta tari fenomenal Trunajaya dan Wayan Mardana dengan tari Wiranjaya, keduannya menghidupi seni  di desa-desa  atau dikenal sebagai seni sesebunan.Saya juga ceritakan pegalaman bagaimana Taiwan melihat Indonesia Menjaga Tradisi dengan mengundang rombongan seni Tradisi Jawa dan Bali untuk tampil di Taiwan pada tahun 2017.  Artinya bahwa identitas Nusantara ini terbangun dan terawat sudah dari lapisan terdalam namanya banjar/desa baik dalam  kegiatan upacara agama, ritual persembahan atau perayaan.

Drama Puputan Jagaraga yang dipersembahkan oleh Desa Tembok sesungguhnya mampu menghidupkan kembali peristiwa budaya yang sudah terwariskan oleh para leluhur dengan membangun aktivitas budaya di desa melalui pasraman dan karang taruna. Drama yang mengisahkan perjuangan prajurit Buleleng yang dipimpin Patih Gusti Ketut Jelantik melawan tentara Belanda yang sungguh heroik.

Walaupun kalah dalam peperangan, tetapi perjuangan Gusti Ketut Jelantik sampai detik akhirpun denyut kehidupan itu masih berdetak, menjalar seperti akar menghidupi semangat juang Jro Jempiring bersama para istri prajurit yang ditinggal para suami.

Foto bersama Pak Mekel Desa Tembok, aktor Jenderal Michiel, Kodir dan Prajurit Belanda | Dokumentasi Nengah Juliawan

Pergerakan Bermakna

Secara garap adegan dan visual artistik, sajian Drama Puputan Jagaraga ini digarap dengan sangat sederhana, bahkan seluruh aktor hanya menggunakan pakian seadanya tanpa sewa. Tapi itu bukan masasalah, karena visual adegan cukup didukung dengan penggunaan lampu LED yang dapat memberi penguatan suasana dan kekuatan sound sistem yang cukup membuat penonton mendengarkan setiap kata para aktor.

Dengan latar Cerita Puputan Jagaraga, garapan ini memiliki identitas kuat yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat Buleleng pada umumnya.  Kehidupan masyarakat dikemas dengan adegan genjek, metajen, dan pedagang. Tidak lupa pada dialog pedagang diselipkan sosialisasi program desa tentang Puskesdes dan Bus Sekolah yang dapat diakses bayar dengan membawa sampah plastik oleh seluruh masyarakat.

Dalam adegan juga menekankan peran sosok Jempiring yang membantu Jelantik menyusun strategi Perang Supit Urang yang semat memukul mundur 250 orang pasukan Belanda pada perang pertama.

Bagi saya pentas itu sudah berakhir, yang masih terus hidup adalah makna setelah proses latihan. Sebuah proses latihan natural yang dilakukan rutin selama 4 hari adalah pergerakan penuh makna, tentang mereka mengontrol emosi, tentang menjalin kerjasama (menyamakan frekuensi), tentang menghargai waktu, tentang profesionalitas kerja.

Apabila ini menjadi rutinitas, temasuk di Desa Tembok, menurut saya seni akan berperan untuk memanusiakan manusia dan akan lahir pergerakan bermakna yang selalu menjadi inspirasi desa lainnya.

Dengan begitu saya yakin ini adalah pergerakan yang bermakna. Kenapa? Ya jawaban versi saya, karena mereka “berani” mencoba. Sebuah garapan yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya, bisa jadi dikatakan matah, ajum-ajuman dan umpatn lain bagi mereka yang tidak mampu melakukan pergerakan itu. Atau dikatakan sensasi saat pandemi. Entahlah, tapi saya melihat ini sangat sederhana.

Proses begitu cepat, tapi hasilnya saya saksikan tidak seperti mie instan yang cepat membuat saya lapar. Ini seperti saya menyantap ikan bakar dipinggir pelabuhan Sangsit. Aroma dan nikmatnya masih saya bahwa sampai ke rumah. Masih saya ceritakan dengan istri betapa saya terkagum melihat pemainnya sangat total tertawa, marah atau sedih. 

“Happy is Free” adalah kata yang saya catat, karena saya meyakini dengan sering-sering happy akan meningkatkan imun tubuh. Salah satu momen megenjekan sambil menari bersama ngibingin joged menunjukan begitu bahagianya mereka tanpa beban.  Semoga mereka yang pentas benar-benar meningkat imunnya. 

Ini adalah keberanian Kapten kapal dan ABKnya kapal yang diberi nama Desa Tembok dapat menciptakan sebuah tontonan yang bergizi saat perayaan Hari Kemerdekaan.

Di akhir pertunjukan kamera silih berganti membidik serunya moment itu, kemudian saya lihat jarum jam sudah pukul 11.00 WITA, cerita dengan Pak Mekel harus dilanjutkan lain waktu.

Sungguh nikmat malam itu, kamipun kembali ke kota Singaraja menunaikan pekerjaan esok harinya… MERDEKA… Tancep Kayonan. [T]

Tags: Desa TembokDramaTeater
Previous Post

Armand Maulana: “Bangkitkan Sanfest, Munculkan Energi, Ayo Lompat!”

Next Post

Mari Memandang Pencoretan Bandara Bali Utara dengan Perspektif Lain

I Putu Ardiyasa

I Putu Ardiyasa

Dalang, Dosen STAHN Mpu Kuturan

Next Post
Puasa, Kebutuhan dan Hari Kelahiran

Mari Memandang Pencoretan Bandara Bali Utara dengan Perspektif Lain

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co