31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Sekala-Skala”: Menakar Geliat Seni Patung SDI

Agus Eka CahyadibyAgus Eka Cahyadi
July 28, 2022
inUlasan
“Sekala-Skala”: Menakar Geliat Seni Patung SDI

Karya patung Gusti Ngurah Udianata

Kala itu Pita Maha belum lahir, Walter Spies berjumpa dengan seorang pematung dari Desa Belayu bernama I Tegalan. Dia menyerahkan sebatang kayu dan berniat mendapatkan dua buah patung dari sebatang kayu nangka itu. Namun di tangan I Tegalan kayu itu hanya mewujud menjadi satu patung, sesosok bidadari anggun dengan proporsi tubuh ramping dan memanjang mengikuti sulur kayu (Stutterheim, 1934 dalam Rhodius & Darling, 1980: 67). Satu kisah yang penting dalam menyingkap keistimewaan tradisi Seni Patung di Bali.

Jejak Seni Patung di Bali, tersebar menghiasi setiap sudut, relung dan ruang yang ada. Dapat dijumpai di tengah goa, di atas bukit, di bawah rindangnya pohon tua maupun diantara keramaian lalu lintas kota.

Sarkofagus, nekara Pejeng, patung Bethara Pancering Jagat di Trunyan, arca-arca perwujudan di Pura Tegeh Kahuripan maupun Goa Gajah, serta arca atau pratima kayu di banyak tempat suci dan Pura yang disakralkan dan disungsung masyarakat menunjukkan kandungan spirit Seni Patung Bali yang tidak lekang oleh jaman.

Patung ogoh-ogoh berbahan anyaman bambu yang selalu hadir memeriahkan Hari Pengerupukan maupun patung monumental berbahan semen yang terlihat semakin ramai tumbuh menghiasi ruang publik, serta patung perunggu Garuda Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta berdiri gagah menunjukkan dinamika yang terus bergulir.

Seni Patung Bali melaju dengan gerak dinamis, seirama dengan laju peradaban. Kehadirannya mampu memaknai ruang-ruang sakral maupun memeriahkan ruang-ruang sekuler.

Foto bersama para seniman patung SDI, Tonyraka Gallery dan Rektor ISI Denpasar saat pembukaan pameran.

Seni Patung hadir dengan semarak di tengah-tengah masyarakat Bali, namun perhatian dan literasi terhadapnya cenderung kurang. Hal ini terasa kuat dalam perbincangan di ranah seni modern. Ulasan terhadap Seni Patung sangat terbatas, apalagi jika disandingkan dengan keriuhan pewacanaan terhadap Seni Lukis. Keberadaannya sering dianggap berada di bawah bayang-bayang Seni Lukis. Kesempatan tampil dalam ruang-ruang pameran masih sangat terbatas, serta proses penciptaan karya patung yang komplek, turut mewarnai laju Seni Patung yang terasa tersendat-sendat dalam wacana seni modern di Bali.

Sanggar Dewata Indonesia (SDI) sebagai lokomotif pergerakan seni modern di Indonesia, kini mencoba menyediakan ruang khusus terhadap Seni Patung. Memberikan kesempatan kepada potensi-potensi yang ada untuk mengemuka, menguat serta menjalin kembali kemasyuran Seni Patung Bali melalui serangkaian kegiatan pameran.

Pameran perdana (khusus) Seni Patung ini mengambil tajuk “sekala-skala”, yang merujuk pada upaya penyingkapan, pengungkapan (sekala) seniman dan kecendrungan karya patung yang ada, serta usaha untuk melakukan pencatatan dan pengukuran (skala) terhadap geliat Seni Patung yang ada SDI.

Pameran ini dimaksudkan sebagai pemantik untuk meniupkan spirit yang ada agar kembali bergetar, menyala dan berkobar menggairahkan pewacanaan dalam semesta Seni Patung modern Bali dan Indonesia.

Spirit modernitas Seni Patung Bali tidak lepas dari semangat pembaharuan yang giat terjadi pada masa Pita Maha yang mencatatkan nama-nama maesto Seni Patung modern Bali seperti Cokot, Nyana, Pendet, Tilem, dll. (Adnyana, 2018: 170). Memunculkan mazhab Seni Patung modern di pedesaan seperti, Ubud, Nyuh Kuning, Mas, Blahbatuh, Tegalalang, Sukawati, dll. Modal tradisi yang kental bercumbu dengan atmosfer modern yang dinamis melahirkan ragam keistimewaan Seni Patung pada masa itu.

Hal itu juga tampak terasa terjadi pada geliat Seni Patung dalam tubuh SDI. Merupakan buah dari pergumulan yang mesra, spirit Bali yang ada dalam diri seniman, dengan konsep-konsep anyar yang diperoleh dalam lingkungan akademik (STSRI “ASRI” / ISI Yogyakarta), maupun dalam iklim intern dan ekstern SDI (Bakti Wiyasa, 2013: 53-55). Berbekal jiwa tradisi Bali, dan menempa diri dalam nuansa akademik seni modern, meretaskan pamor Seni Patung yang dinamik dalam tubuh SDI.

Pada kesempatan kali ini, SDI memberikan ruang khusus kepada seniman patung untuk menunjukkan diri dengan ragam karya mereka. Para anggota SDI yang disertakan dalam pameran ini merupakan mereka yang secara akademis memang memilih dan berkecimpung dibidang Seni Patung. Mereka terdiri dari seniman-seniman patung lintas generasi, dari angkatan 80an, 90an, dan 2000an.

Foto: Karya patung I Wayan Gawiartha

Generasi awal para seniman patung SDI, menampakkan kecendrungan, keasyikan menggunakan bahan kayu dan menerapkan teknik pahat. Eksotika dan kemagisan kayu yang demikian kuat dalam tradisi Bali, menghadirkan pengaruh dan energi yang dominan, mendorong lahirnya bentuk-bentuk patung berbahan kayu yang dipresentasikan secara modern. Eksplorasi dan inovasi yang menjadi spirit modernitas, memacu lahirnya karya-karya individu yang berkepribadian.

Karya I Made Cangker dan I Made Supartha, mencoba menawarkan langgam baru dalam Seni Patung modern Bali. Karya I Made Cangker menampakkan persentuhan dengan nuansa suryalisme, menghadirkan suatu susunan bentuk-bentuk geometri, yang mengarahkan benak membayangkan wujud figur-figur abstrak, imajinatif dan mistik.

I Made Supartha menghadirkan karya patung dengan langgam naratif, dikerjakan dengan teknik pahat yang cakap, terwujud atas susunan sejumlah figur yang saling bertalian, berinteraksi menggambarkan suatu kondisi atau adegan dari suatu kisah cerita. Seni bercerita sebagai tradisi tua yang menjiwai kesenian di Bali, oleh I Made Supartha dihadirkan kembali melalui karya patung modern.

I Wayan Suardana “Tulu” tampak membebaskan imajinasinya untuk menyelami potensi rupa yang terkandung dari material kayu. Dia menghasilkan karya yang bertumpu dari alunan energi alam yang tergurat dalam alur material kayu, dan diramu dengan sangat piawai melalui sejumlah sentuhan ornamen yang dipahat untuk memunculkan imaji terpendam.

I Ketut Selamet tampak menikmati penyusunan komposisi yang menyandingkan bidang halus dan berstektur. Kekontrasan ini menjadi komposisi yang saling melengkapi antara objek atau figur dengan guratan-guratan garis repetitif, yang menimbulkan kesan gelombang bergerak atau arus yang mengikat dan membelenggu.

Kekaguman terhadap karakter bahan kayu terus mengalir mewarnai karya-karya di setiap generasi SDI. Mereka menghadirkan karya-karya yang berpijak pada sensibilitas terhadap kandungan pamor dan bentuk alami bahan. Tradisi ini menjadi satu keistimewaan dari Seni Patung modern Bali.

Pande Wayan Mataram menampilkan karya patung yang mencoba melampaui karakter material kayu. Kayu yang terkesan kaku dan datar, dihadirkan dengan bentuk-bentuk geometri yang mencitrakan kesan lentur, lembut atau runcing, dipadukan dengan penampakan sosok atau figur yang merepresentasikan imaji.

Wayan Sukanada menghadirkan karya patung berbahan kayu yang dipadukan dengan sistem mekanis robot. Objek-objek alami yang dipresentasikan dalam karya patungnya menampilkan ekspresi yang seolah-olah ditata melalui suatu struktur mekanis.

Eksplorasi terhadap bahan tampak semakin menguat pada generasi selanjutnya. Bahan resin dan logam menjadi pilihan bahan yang moderat, mampu diolah dalam berbagai capaian rupa yang diinginkan. I Made Sucara cukup menikmati berkreasi dengan bahan ini, melahirkan karya-karya dengan kecendrungan realis dan detail yang tinggi.

I Wayan Upadana menawarkan warna yang lebih variatif dalam geliat Seni Patung modern dalam tubuh SDI. Bahan resin yang cukup pleksibel mengantarnya pada penjelajahan rupa yang tidak terbatas. Karya Upadana, mempertemukan aneka simbol-simbol dan idiom-idiom rupa klasik, modern dan popular dalam suatu konfigurasi yang khas, menggugah dan kritis.

Gusti Ngurah Udianata yang pada awalnya berangkat dari tradisi pahatan kayu, kemudian menemukan keasyikan bergelut dengan anyaman bambu. Tradisi menganyam yang begitu lekat dengan keseharian masyarakat Bali, di mata Udianata tampak begitu potensial untuk dikembangkan dan diterapkan untuk melahirkan karya patung modern. Karya-karyanya memperlihatkan kemegahan melalui kerumitan anyaman dan capaian detail yang mengesankan.

I Wayan Gawiartha tampil dengan gaya presentasi patung yang sangat khas. Menjelajahi aneka bahan yang tidak biasa, seperti karung goni, kain perca, benang hingga tali diolah, dijahit, dirajut menjadi ragam mode busana dan dibekukan dalam gerak dan gestur yang ekspresif. Karyanya menyiratkan nuansa kontemplatif.

I Made Gde Putra, gemar bereksplorasi dengan beragam material. Kayu, logam, karet, kertas, plastik, adalah medium yang memacu gairah untuk berkarya. Patungnya tampil memikat, melalui pemahaman terhadap karakter serta keunggulan artistik bahan yang digunakan. Pilihan terhadap jenis bahan dihadirkan juga untuk menyokong dan menguatkan konsep dan impresi yang ingin diungkapkan.

Foto: Karya patung Gusti Ngurah Udianata

Tradisi Seni Patung di Bali telah membentang jauh, terpaut indah dengan nuansa jaman. Semuanya tersaji berdampingan, bersanding menyemaikan ragam keistimewaan, mengalirkan energi kreativitas yang tak terhingga. Setiap masa mengalirkan kecendrungan karya yang beragam. Hal ini juga terekam melalui geliat Seni Patung dalam tubuh SDI.

Setiap generasi dan seniman menghadirkan presentasi, kecendrungan dan daya pikat yang berbeda, namun jika didalami terasa ada satu alunan jiwa yang bertalian. Seperti alunan kisah I Tegalan kala bertemu dengan Walter Spies, melantunkan tembang rupa sederhana namun mengumandangkan kekokohan jiwa dan spirit yang dinamis, mengalir menggeliat dalam aneka haluan jaman. [T]

Pustaka:

  • Adnyana, I Wayan. 2018. Pita Maha: Gerakan Sosial Seni Lukis Bali Tahun 1930-an. Jakarta: KPG.
  • Bakti Wiyasa, I Made. 2013. “43 Tahun Sanggar Dewata Indonesia Menembus Generasi”, dalam I Gede Arya Sucitra, ed. Narasi Sanggar Dewata Indonesia. Yogyakarta: Sanggar Dewata Indonesia Yogyakarta.
  • Rhodius, Hans, & John Darling. 1980. Walter Spies and Balinese Art. Amsterdam: Tropical Museum.
Tags: Sanggar Dewata Indonesiaseni patungSeni Rupa
Previous Post

Cerita Rasa Festival Jembrana: Storytelling, Film, Art and Culture

Next Post

Mengenal Lebih Jauh Tokoh Jro Mangku Dalang I Made Persib

Agus Eka Cahyadi

Agus Eka Cahyadi

I Wayan Agus Eka Cahyadi. Lahir di Ubud, 12 Agustus 1984. Dosen FSRD ISI Denpasar

Next Post
Mengenal Lebih Jauh Tokoh Jro Mangku Dalang I Made Persib

Mengenal Lebih Jauh Tokoh Jro Mangku Dalang I Made Persib

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co