Sabtu, 23 Juli 2022, bertepatan dengan Rahina Suci Tumpek Klurut, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali memberikan sertifikat kepada sanggar-sanggar seni yang sudah loloh sertifikasi dan standarisasi lembaga seni di Provinsi Bali.
Program ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kinerja lembaga seni seperti sanggar, sekaa, komunitas seni dari klasifikasi seni pertunjukan, seni rupa, seni media rekam dan seni sastra dalam rangka pengendalian mutu, pengelolaan dan produktivitas lembaga seni di wilayah kabupaten/kota se-Bali. Lembaga Seni (Sekaa, Sanggar, Komunitas, Yayasan) yang telah diverifikasi datanya dan memenuhi standar kelembagaan diberikan sertifikat.
Adapun jenis sertifikat yang diberikan, diantaranya Parama Patram Budaya untuk kategori unggulan, Madyama Patram Budaya untuk kategori menengah, dan Pratama Patram Budaya untuk kategori pemula.
Dari sekian banyak sanggar dan komunitas seni yang tersertifikasi, terlihat empat sanggar seni yang berasal dari Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, yakni Sanggar Seni Kuta Kumara Agung (Desa Adat Kuta), Sanggar Seni Surya Art (Desa Adat Kedonganan), Sanggar Seni Kerti Yasa (Desa Adat Kuta) dan Sanggar Seni Cakra Bhuana (Desa Adat Kedonganan).
Yang menarik perhatian adalah keempat sanggar ini sama-sama berasal dari wilayah yang dikenal dengan gemerlap hiburan malam dan budaya moderenitasnya.
Seperti diketahui, Kuta merupakan destinasi wisata dunia dengan bentangan pantai yang indah yang juga dijuluki sebagai kampung turis karena banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kuta, maka tidak jarang masyarakat di luar Kuta melihat Kuta sebagai sebuah wilayah diselimuti oleh globalisasi universal yang beranggapan bahwa masyarakatnya sediki demi sedikit meniggalkan budayanya sendiri, terlebih Kuta merupakan pintu masuknya budaya Barat, di mana perkembangan arus globalisasi di Kuta begitu cepat.
Namun anggapan tersebut bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di Kuta, ketika eksistensi seni dan budaya di Kuta semakin meningkat dan berkembang pesat terlihat empat sanggar seni dari sekian banyak sanggar/komunitas seni yang ada di Kuta lolos sertifikasi dan standarisasi Lembaga seni oleh pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2022 ini.
Keberhasilan ini menunjukan bahwa masyarakat Kuta khususnya generasi muda yang ada di Kecamatan Kuta tetap mempertahankan serta menghadirkan seni dan budaya sebagai warisan yang harus dilestarikan. Kuta dikenal dengan adat istiadat, budaya dan berbagai macam kesenian.
Adanya tokoh-tokoh seniman besar seperti I Wayan Lotring (alm) seorang seniman tari dan tabuh dari Banjar Tegal, Desa Adat Kuta yang karyanya dikenal hingga ke mancanegara, I Gusti Ketut Pada (alm) seorang seniman pedalangan dari Banjar Temacun, Desa Adat Kuta yang kisahnya mampu memberikan hal yang positif untuk berkesenian. Dan banyak tokoh tokoh seniman lainnya yang mengharumkan nama Kuta di bidang kesenian.
Maka adanya wadah kesenian seperti Sanggar-sanggar/komunitas seni di Kuta Sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan kesenian dan kebudayaan Bali yang Adhi Luhung. Bila dilihat bentangan wilayah Kabupaten Badung yang menyerupai keris, maka posisi Kuta adalah tepat dipegangan keris itu. Artinya, Kuta menjadi titik penting karena “energy” keris Badung terletak di Kuta.
Listibiya Kuta sebagai salah satu Lembaga yang menaungi bidang seni dan budaya di Kecamatan Kuta berperan penting dalam pemajuan kebudayaan khususnya di Kecamatan Kuta. Listibiya selalu bersinergi dengan sanggar-sanggar seni di wilayah Kecamatan Kuta untuk membangun sebuah ekosistem kesenian yang saling terhubung antara seniman dan pemerintah.
Salah satu peran dari Listibiya Kecamatan Kuta selain pengembangan, pelestarian, penggalian kesenian menuju penguatan kebudayaan di Kecamatan Kuta, juga memberikan ruang kreatifitas dan juga sebagai jembatan antara sanggar/komunitas seni di Kecamatan Kuta dengan pihak pemerintah khususnya di Kabupaten Badung.
Foto: Ketua Listibiya Kec. Kuta bersama para sanggar penerima sertifikat standarisasi Lembaga Seni Provinsi Bali
Tahun ini Listibiya Kuta menjembatani 4 sanggar di Kecamatan Kuta dalam program standarisasi dan sertifikasi lembaga seni di Provinsi Bali. Adapun sanggar seni dari Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung yang lolos sertifikasi tahun ini adalah :
Sanggar Seni Kuta Kumara Agung memperoleh Parama patram Budaya (Unggul).
Sanggar Seni Kuta Kumara Agung yang didirikan oleh I Gusti Raka Bawa ( Agung Aji Dalang) terbentuk dan diresmikan pada tahun 2003 merupakan sebuah wadah berkesenian yang bergerak dalam kajian, rekontruksi, revitalisasi Seni dan Budaya serta sebagai pusat pelestarian, pengembangan, penciptaan, dan promosi Seni Budaya Bali ditingkat Nasional dan Internasional seperti mementaskan kesenian wayang Kulit Bali di Jepang pada tahun 2012, di Cina tahun 2017 dan lainnya.
Sanggar Seni Kuta Kumara Agung yang beralamat di Banjar Temacun, Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung ini aktif dalam setiap event kesenian Bali, terlihat dari setiap bidang kesenian yang ada di Sanggar Seni Kuta Kumara Agung selalu mendapatkan kesempatan untuk mewakili Kecamatan Kuta maupun Kabupaten Badung dalam ajang Pesta kesenian Bali.
Sanggar Seni Kuta Kumara Agung juga telah membangkitkan dan melestarikan kesenian klasik yaitu Drama Tari Parwa dimana kesenian ini belum pernah ada dan satu-satunya di Kecamatan Kuta.
Sanggar Seni Kerti Yasa memperoleh Madyama patram Budaya (Menengah).
Sanggar Seni Kerti Yasa adalah sebuah wadah berkesenian yang beralamat di lingkungan Banjar Temacun, Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Dibawah pimpinan I Made Sedana Yasa S.Sn, sanggar yang berdiri dan diresmikan pada tahun 2013 ini merupakan salah satu sanggar yang konsisten dengan penggalian dan pelestarian seni budaya khususnya kesenian klasik.
Beberapa project yang sudah dan sedang digarap antara lain merekontruksi kesenian arja klasik, merekontruksi sajian tari sesandaran style Pelawatan Barong Bang Kuta yang unik dan satu-satunya yang masih mempertahankan pola garap musik style I Wayan Lotring (alm) serta bentuk sajian pertunjukannya.
Selan itu sanggar ini juga aktif dalam berbagai kegiatan baik bersifat tradisi ataupun bersifat intertaiment. Prestasi yang telah diraih salah satunya yaitu juara harapan 2 lomba baleganjur se-Bali tahun 2018 di puspem badung dan ditahun yang sama mendapatkan juara 2 lomba baleganjur se-Bali di Tabanan.
Sanggar Seni Cakra Bhuana memperoleh Madyama patram Budaya (Menengah).
Sanggar Seni Cakra Bhuana merupakan ruang kreativitas seni yang berdiri sejak tahun 2003 yang konsisten dalam pengembangan, pelestarian, dan penggalian seni budaya tradisi khsusnya di Bali. Sanggar Seni Cakra Bhuana telah diberikan legalitas dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung dan Dinas Kebudataan Provinsi Bali sejak tahun 2006 hingga saat ini.
Dengan regulasi tersebut, kegiatan rutin Sanggar Seni Cakra Bhuana meliputi pelatihan tari, pelatihan tabuh/karawitan Bali, serta jasa pertunjukan baik tradisional maupun modern dalam berbagai event. dibawah pimpinan I Made Sudarsana, S.Sn., M.Sn. Sanggar ini terus berkembang dan mengepakkan sayap sebagai sebuah ruang olah kreatifitas dan sebagai wadah dalam membentuk karakter generasi muda di Kuta pada khususnya dan di Bali pada umumnya, terlihat dari kedisiplinan para anggota sanggar dalam setiap proses latihan yang akan terbawa hingga mereka terjun ke masyarakat.
Sanggar Seni Surya Art memperoleh Parama patram Budaya (Unggul).
Sanggar seni surya art dibawah pimpinan A.A Putu Purna Aditya Putra, SH yang diresmikan pada tahun 2007 merupakan sebuah sanggar seni yang didalamnya meliputi seni tari, seni tabuh/karawitan Bali, seni pedalangan.
Sanggar ini sangat aktif dalam setiap kegiatan baik ditingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi terlihat dari seringnya sanggar ini dilibatkan dalam berbagai event-event salah satunya Pesta Kesenian Bali sebagai duta Kabupaten Badung diantaranya sebagai duta Gong Kebyar Kabupaten Badung tahun 2017 dan yang terkini menjadi duta Kabupaten Badung dalam Festival Bapang Barong, Pesta Kesenian Bali 2022.
Segudang prestasi telah diraih sanggar ini berkat para anggota sanggar yang memiliki kemampuan/skill yang tidak bisa diragukan lagi kehebatannya.
Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.Sn., M.Sn., Ketua Listibiya Kecamatan Kuta
Ketua Listibiya Kecamatan Kuta yaitu Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.Sn., M.Sn menyebutkan bahwa keempat sanggar dari Kecamatan Kuta yang menerima sertifikat standarisasi lembaga seni tahun ini memang memiliki kredibilitas tinggi dalam pemajuan dan pengembangan seni budaya di Kecamatan Kuta.
“Sesungguhnya masih banyak sanggar-sanggar seni yang memiliki prestasi dan perlu untuk di diangkat serta diberikan penghargaan, namun terbentur informasi dari pusat yang diterima maka tahun ini hanya empat yang bisa diajukan dan itupun ada sanggar yang mengajukan secara mandiri,” ujar ketua Listibiya “anyar” tersebut.
Gung Ade Dalang—sapaan I Gusti Made Darma Putra, mengimbuhkan bahwa Listibiya Kecamatan Kuta saat ini sedang melakukan pendataan terhadap sanggar-sanggar/komunitas seni yang ada di wilayah Kecamatan Kuta dengan mengacu pada klasifikasi penilaian dari Provinsi Bali sehingga jika dibuka kembali program standarisasi dan sertifikasi lembaga seni maka Listibiya Kecamatan Kuta tidak susah untuk mengajukan ataupun menginformasikan kepada sanggar-sanggar yang ada di Kecamatan Kuta untuk megajukan secara mandiri.
“Ini juga sebagai salah satu Langkah untuk membantu program Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung dalam pendataan sanggar di wilayah Kabupaten Badung,” ujar Gung ade Dalang, pria yang berusia 28 tahun itu. [T][Ole/*]