Tidak hanya makanan dan minuman, salah satu acara yang ditawarkan Ubud Food Festival adalah film screening.
Pada tanggal 26 Juni 2022 di hari terakhir Ubud Food Festival, di salah satu ruang tertutup areal Taman Kuliner, film screening mengenai Kitchen Photojournalism diadakan dengan mendatangkan langsung pelaku yang bergiat di bidang tersebut yaitu Mario J Reynaldi.
Mario J Reynaldi adalah seorang photojournalist yang sejak pandemi mulai tertarik untuk memotret situasi riil di dalam dapur restoran ataupun dapur-dapur hotel.
Menurutnya, dokumentasi yang terlihat soal dapur selama ini umumnya hanya memperlihatkan gambar-gambar yang cantik dan sudah tertata. Namun, situasi di dalam dapur yang sesungguhnya masih jarang didokumentasikan. Sisi inilah yang kemudian membuat Mario tertarik untuk menggeluti dunia Kitchen Photojournalism yang masih jarang ditekuni.
Mario mengatakan bahwa dirinya tidak ingin memotret situasi dapur yang telah disetiing, ia hanya ingin memotret keadaan real dapur yang sedang terjadi secara apa adanya. Bukan perkara mudah bagi Mario untuk bisa memotret dapur orang lain karena dapur merupakan ruang yang sangat private bagi restoran/hotel itu sendiri.
“Kitchen ibaratnya privacy mereka,” kata Mario dalam diskusi.
Film screening mengenai Kitchen Photojournalism di Ubud Food Festival 2022 dengan mendatangkan langsung pelaku yang bergiat di bidang tersebut yaitu Mario J Reynaldi. | Foto: Santi Dewi
Dengan situasi dapur yang sangat dinamis, tak jarang Mario mendapat hasil jepretan yang goyang/blur. Saat hasil jepretan-jepretannya ditampilkan di layar, terlihat salah satu foto hitam putih yang memperlihatkan gambar 2 orang yang blur. Gambar tersebut lalu menimbulkan pertanyaan di salah satu benak penonton.
“Gambar yang blur itu memang sengaja atau gimana?” tanya salah seorang penonton kepada Mario.
“Kalau masuk kitchen udah gak ada beauty shot, semua gambar halal,” jawab Mario sambil tertawa.
Salah satu challenge lain yang dihadapinya adalah banyaknya kitchen yang tidak percaya diri untuk memperlihatkan isi dapurnya. Sehingga, ketika Mario dan pihak kitchen telah membuat perjanjian pada tanggal yang ditentukan bersama, Mario kerap kali harus datang di tanggal yang berbeda (lebih awal), agar pihak kitchen tidak dengan sengaja merapikan atau mempersiapkan dapurnya.
“Misalnya janjian tanggal 10, aku datangnya tanggal 5,” kata Mario.
Dalam sekali sesi foto di dapur, ia minimal membutuhkan waktu 2 jam untuk dapat mengeksplor dapur dari berbagai angle/sisi. Ia juga mengaku bahwa ijin memotret dapur yang paling susah biasanya adalah hotel.
Menurutnya, jika untuk bisnis, Kitchen Photojournalism mungkin tidak terlalu menguntungkan tetapi mampu memberikan side effect.
Lalu semenjak menggeluti Kitchen Photojournalism selama beberapa waktu ke belakang, ia mengaku bahwa ia telah mendapat dan merasakan side effect itu sendiri. Berkat hasil potretnya tersebut, kini banyak restoran atau pihak-pihak yang membutuhkan jasa foto telah bekerja sama dengan dirinya.[T]