Meski hampir tiga tahun lamanya kita dalam situasi yang kurang mengenakkan lantaran tersebarnya wabah Covid-19, namun semangat berkesenian tidak pernah pudar. Semangat para seniman tetap membara, dibuktikan dengan banyaknya kegiatan kesenian yang tetap dilakukan secara virtual.
Kini, pandemi sudah turun menjadi endemi. Keadaan ini nampaknya dimanfaatkan oleh komunitas seniman seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, untuk bangkit kembali mengibarkan semangat berkesenian. Sebanyak 250 komunitas seniman dari seluruh wilayah Indionesia mendeklarasikan bulan Mei sebagai Bulan Menggambar Nasional, tepatnya diperingati tanggal 2 Mei.
Dari beberapa sumber yang saya baca, pemilihan tanggal 2 Mei dicanangkan sebagai hari Menggambar Nasional, yang bertepatan juga dengan peringatan hari Pendidikan Nasional, dalam hal ini FDI memahami bahwa menggambar adalah dasar dari Pendidikan, secara insting dan naluriah mengajarkan bagaimana berimajinasi, berekpresi dan berkreasi.
Selama Bulan Menggambar Nasional ini, banyak komunitas terlibat dan menyelenggarakan berbagai kegiatan, diantaranya kegitan pameran seni gambar, happening art meggambar, dan menggambar bersama, diberbagai galeri seni, art space, maupun ruang ruang representative lainnya.
Komunitas yang terlibat barasal dari daerah JABOTABEK, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Aceh, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku, Kepulauan Riau, dan Papua. Selain itu, acara ini juga didukung oleh Forum Drawing Indonesia (FDI).
Di Bali sendiri, kegiatan ini disambut oleh 12 seniman Sanggar Dewata Indonesia, yang memamerkan karyanya di Purga Gallery Café jalan Bisma Ubud dengan mengambil tema Me Drawing, yang dilaksanakan dari tanggal 20 Mei sampai 2 Juni 2022. Para seniman yang terlibat dalam acara pameran ini adalah : I Wayan Sudarna Putra (Nano), I Wayan Wirawan (Yancut), I Wayan Gede Budayana, Made A. Palguna, I Made Suarimbawa (Dalbo), I Made Aswino Aji, I Putu Wirantawan, I Ketut Suwidiarta, Wayan Arnata, I Made Mahendra Mangku, I.B.Dharmika Putra, I Gusti Ketut Adi Dewantara. Tentu nama nama seniman diatas sudah tidak asing lagi bagi dunia seni rupa Indonesia. Mereka adalah seniman Bali lintas generasi Alumni Institut Seni Indonesia, pengantar pameran di tulis oleh I Gede Made Surya Darma
Menilik ke dalam perjalanan sejarah seni di dunia, didalam peradaban sejarah manusia, diketahui bahwa manusia telah berusaha membuat gambar sejak masa prasejarah. Hal ini terlihat dari berbagai bukti sejarah, salah satunyaadalah peninggalan lukisan Gua Leang Leang di kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Menurut para ahli arkeologi, gua tersebut dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000-3.000 sebelum Masehi. Sementara gambar atau lukisan prasejarah tersebut usianya kira-kira 5.000 tahun silam.
Para tim ilmuan dari Norwegia, Afrika Selatan, Swiss, dan Prancis juga menemukan Gambar manusia paling awal, berasal dari Zaman Batu, telah ditemukan di sebuah Gua di Afrika Selatan di gambarkan berbentuk pola silang dan bentuk ekor merah, di gambar di batu silcrete. Diperkirakan gambar tersebut sengaja di gambar 73.000 tahun yang lalu, 30.000 tahun lebih tua dari gambar manusia purba lainya, yang telah di temukan di Afrika, Eropa, dan Asia Tenggara. Membuktikan bahwa manusia Purba Homo Sapiens Awal awal di Afrika Selatan sudah bisa membuat gambar dengan bukti bukti yang detemukan tersebut.
Didalam sejarah seni rupa Barat, beberapa peneliti mengatakan Manusia diketahui telah membuat gambar sejak masa prasejarah kemudian menyebar di Eropa sejak tahun 1400an seiring berkembangnya kertas.
Pada era 1400an hingga 1500an mulai berkembang karya seni gambar dari seniman- seniman antara lain Leonardo da Vinci, Albrecht Dürer, Michelangelo, dan Raphael. Selama 1600an adalah Claude, Nicolas Poussin, Rembrandt, dan Peter Paul Rubens. Pada 1700an, karya-karya terkenal dibuat oleh Jean-Honoré Fragonard, Francisco Goya, Giovanni Battista Tiepolo, dan Antoine Watteau. Pada era 1800an yaitu Paul Cézanne, Jacques Louis David, Edgar Degas, Theodore Gericault, Jean Ingres, , Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec, dan Vincent Van Gogh. Pada era 1900an karya-karya terbaik dibuat oleh Max Beckmann, Willem De Kooning, Jean Dubuffet, Arshile Gorky, Paul Klee, Oscar Kokoschka, Jules Pascin, Pablo Picasso, dan Jackson Polloc.
Di Indonesia perkembanga seni menggambar sudah dilakukan sejak berabad-abad lamanya, ditandai dengan berkembangnya seni pewayangan dan seni rerajahan dan juga seni tato yang banyak berkembang di Kalimantan.
Pionir seni lukis modern Indonesia adalah Raden Saleh Sjarif Boestaman yang lahir tahun 1807 dan meninggal tahun 23 april 1980 pada umur 10 tahun Ketika Raden Saleh belajar di sekolah rakyat (volks-School) kegemaranya mulai menonjol waktu itu, dan perkenalanya dengan pelukis berkebangsaan Belgia di A.A.J Payen, yang di datangkan dari belanda untuk membuat lukisan pemandangan pulau Jawa. Payen berinisisatif memberikan bimbingan, dan akhirnya dengan arahanya mengusulkan Raden Saleh melanjutkan studinya di Belanda. Usul ini di dukung oleh Gubernur Jendral G. A.G.Ph. Van Der Capellen yang memerintah waktu itu pada tahun (1819–1826) di pulau Jawa. Dan banyak melahirkan karya karya yang sangat terkenal salah satunya karya penangkapan Panggeran Diponogoro pada tahun 1957 sangat berbanding terbalik dengan karya Nicolas Pieneman mengenai penyerahan Diponogoro, yang menggambarkan Panggeran Diponogoro berwajah lesu yang di buat tahun 1835, perubahan penggambaran ini di buat oleh Raden Saleh sebagai rasa Nasionalismenya di Raden Saleh terhadap tanah kelahiranya di Jawa, dan menggambarkan wajah Panggeran di Ponogoro, yang menggangkat Dagu dan geram.
Foto: Karya I Ketut Gede koleksi Vander Tuuk lukisan ini tentang Sesajen untuk menenangkan setan dilakukan oleh seorang Muslim untuk dua orang Tionghoa. Seorang pangulu Muslim membacakan Alkuran dengan Berbagai jenis tempat pemujaan sementara, untuk bagi orang Bali: sanggah cukcuk
Seorang ahli linguistic dan seorang misionaris berdarah Belanda dan Jerman Herman Neubronner van der Tuuk (Tuan Dertik) yang ahli dalam berbahasa Melayu, Jawa, Sunda, Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno) dan Bali, yang pada akhir masa kehidupanya menetap di utara pulau Bali yaitu di Singaraja Bali semenjak tahun 1850-an dalam proses penelitianya mengenai lotar dan dan menulis buku, yang mana dalam penulisan bukunya tersebut banyak menggunakan ilustrasi dari seniman dan ahli gambar dari Bali.
Saya sendiri menyimpulkan gambar gambar tersebutlah salah satunya sebagai cikal bakal dari kedatangan pariwisata ke Bali, yang mana ketika buku-buku yang ditulis (Tuan Dertik ) yang menyebar ke Eropa, menyebabkan beberapa seniman lukis, musisi, novelis, film macker, arkiolog, dan pelancong mengunjungi Bali, Nampak jelas sejak melihat buku tulisan Van Der Tuk, membuat seniman W.O.J. Nieuwenkamp tertarik mengunjungi Bali di tahun 1904, adalah seniman lukis asing yang pertama tinggal di Bali, dan banyak menggambar kehidupan masyarkata bali dan seni arsitektur rumah dan pura di Bali. Dia pula orang yang pertama bersepeda mengelilingi Bali, dan sosok dirinyapun yang sedang mengendarai sepeda diabadikan di sebuah bangunan pura di utara Gedong di Pura Meduwe Karang kubutambahan Buleleng timur.
Pada jaman revolusi fisik, peranan seniman sangat penting di dalam membangkitkan semangat para pejuang, untuk melawan penjajah, salah satunya seniman maestro Afandi, dengan semangat nationalismenya melakukan Gerakan perjuangan dengan karya seni Gambar, salah satu gambar poster yang terkenal dengan tulisan Boeng, Ajoe Boeng dengan gambaran poster sosok manusia yang beteriak dengan tangan terkepal, dan mengibarkan bendera merah putih, suatu ajakan yang penuh semangat dan geram untuk mengusir penjajah dari negeri kita tercinta.
Perkembangan selanjutnya, yaitu dengan adanya acara menggambar di TVRI pada era tahun 1980-an yang di pandu oleh seniman ahli Gamba Tino Sidin. Beliau menyajikan langkah-langkah sederhana dan praktis untuk menggambar, yang digemari banyak pemirsa anak anak waktu itu. Tentu dengan panduan acara Gemar Menggambar yang di pandu beliau, sudah banyak melahirkan seniman lukis di Indonesia.
Pada akhir kata saya mengucapkan selamat atas dicanangkannya bulan Mei sebagai Bulan Menggambar Nasional, selamat buat sahabat seniman dari 250 komunitas seni yang ada di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, juga tidak lupa saya ucapkan selamat berpameran kepada para sahabat seniman yang mengikuti pameran Me Drawing di Pugra Gallery Café Ubud. Sukses selalu buat kawan-kawan semuanya, dan para hadirin yang menyaksikan pameran tersebut.
Lovina, 19 Maret 2022