Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra meminta kepada masyarakat untuk terus memuliakan tumbuh-tumbuhan atau pepohonan. Ini sebagai bentuk pelestarian lingkungan dan juga bentuk hubungan harmonis dengan alam sebagai salah satu bentuk dari Tri Hita Karana.
Hal tersebut disampaikannya saat ditemui usai melaksanakan persembahyangan dan penanaman pohon bersama serangkaian Upacara Wana Kerthi yang bertepatan dengan hari suci Tumpek Wariga di Hutan Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Sabtu (14/5).
Wabup Sutjidra mengatakan Upacara Wana Kerthi secara sekala dan niskala dalam rangka hari suci Tumpek Wariga sebagai momentum untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat untuk terus melakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan. Salah satunya dengan memuliakan tumbuh-tumbuhan atau pepohonan. Termasuk menjaga kelestarian hutan khususnya di Hutan Desa Selat ini.
Selain penanaman pohon, ke depan juga akan ada penangkaran burung di wilayah Hutan Desa Selat. “Kawasan ini dijaga betul oleh masyarakat adat. Nanti juga rencana ada penangkaran burung, atau nanti akan ada larangan untuk tidak menangkap burung di sekitar sini untuk upaya pelestarian kedepan,” katanya.
Tumpek Wariga atau juga sering disebut Tumpek Pengatag ini sudah biasa diperingati oleh masyarakat Bali melalui ritual upacara secara sekala dan niskala. Dimana perayaannya dilaksanakan setiap 210 hari sekali atau 25 hari menjelang Hari Raya Galungan. Saat ini peringatannya lebih ditekankan lagi. Setiap umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar tanaman atau pohon bisa tumbuh subur, berbuah lebat, dan memiliki bunga yang banyak. Hal ini agar nantinya buah maupun bunga ini bisa digunakan saat Hari Raya Galungan.
“Melalui upacara Wana Kerthi ini bagaimana kita memuliakan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita. Sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam tatanan kehidupan Bali Era Baru. Melakukan pemujaan terhadap manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Sangkara yakni Dewa penguasa tumbuh-tumbuhan,” ujar Wabup Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng Gede Melandrat menjelaskan penanaman yang dilakukan di Hutan Desa Selat ini menggunakan 50 bibit tanaman. Sebagian besar diantaranya merupakan tanaman langka seperti buah badung, tanaman untuk sarana upakara, hingga tanaman hias bunga cempaka.
Diharapkan nantinya pelestarian hutan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat desa yang bermukim di seputaran hutan tersebut. Tetapi juga seluruh masyarakat desa yang tinggal lebih jauh dari hutan maupun dari desa lain yang berdampingan.
“Kita tidak melihat dari jumlah bibit tanaman yang ditanam, melainkan fokus pada pemeliharaannya. Walaupun dengan jumlah sedikit yang kita tanam tetapi berhasil merawatnya hingga tumbuh besar dan subur. Jangan menyiapkan bibit banyak-banyak tetapi proses penanamannya tidak baik. Edukasi dan sosialisasi yang berkaitan dengan hal itu terus kita lakukan kepada masyarakat,” katanya.[T][Ado]