Constellation : ”The Beginning”. Begitu tema Pameran Panen Hasil Karya dari SMP Negeri 1 Singaraja yang dibuka Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Selasa, 26 April 2022, di sekolah setempat. Pameran itu sejatinya adalah pameran karya-karya seni rupa; lukisan, instalasi, patung, baju lukis, karya tanah liat, komik, poster, cetak tera dan cetak saring.
Ini sebuah pameran yang bisa dikata sebagai upaya penciptaan iklim baik bagi dunia seni rupa di sekolah menengah pertama. Bisa juga disebut sebagai ajang pembuktian bahwa para remaja, di tengah gempuran seni digital, masih bisa menciptakan karya seni manual yang dikerjakan oleh tangan mereka sendiri.
Secara formal pihak sekolah menyebut bahwa pameran ini bertujuan untuk meningkatkan, membangkitkan semangat, apresiasi dan kreativitas bagi siswa untuk berkarya seni yang materinya terdapat dari pembelajaran seni budaya.
Selain itu, pameran ini juga untuk melatih siswa bekerja kelompok dan berorganisasi sehingga siswa menjadi lebih mandiri dan lebih bertanggungjawab serta dapat dijadikan sarana hiburan dan apresiasi seni bagi siswa SMP Negeri 1 Singaraja.
Semua hasil karya seni ini dikumpulkan dari awal semester ganjil yang sudah sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan pada kelas VII, VIII dan IX. Pameran kreativitas seni ini merupakan hasil karya tugas praktek dari materi pembelajaran seni budaya khususnya sub seni rupa.
Foto: Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana di sela Pameran Panen SMPN 1 Singaraja
“Acara ini merupakan langkah yang luar biasa bagaimana guru pengajar bisa paham tentang naluri dan ide-ide serta kreativitas dikalangan siswa. Ini penting, karena selama ini siswa hanya diberikan teks book saja. Dengan ini mereka bisa berkreativitas dan tahu ke mana arah kedepannya,” kata Bupati Agus Suradnyana saat melihat pameran anak-anak SMP itu.
Mudah-mudahan, lanjut Bupati, dengan acara seperti ini kedepan akan lahir orang yang lebih spesifik dalam bidangnya, paham terhadap beberapa hal dan mampu berkomunikasi dengan baik. “Ini merupakan kecerdasan pendidik untuk bisa mengarahkan siswanya yang memiliki kelebihan di bidangnya,” kata Bupati.
Imajinasi Anak SMP
Bagaimana menilai karya seni rupa, terutama lukisan, anak-anak SMP? Tentu tak perlu serius-serius. Yang tampak dari karya-karya seniman remaja dari SMPN 1 Singaraja adalah keberanian mengelola imajinasi remaja mereka dalam guratan garis dan warna yang khas dan orisinal.
Bentuk atau obyek lukisan bisa saja setangkai dua tangkai bunga, bisa sebentuk wajah dengan ragam-rupa mimic dan ekspresi, bisa sebatang atau dua batang pohon yang menjulang di tepi telaga, bisa juga sewajah burung hantu yang memenuhi ruang lukisan. Obyek itu bisa tampak dengan jelas, seperti bisa dibayangkan dengan gamblang dalam realitas keseharian anak-anak remaja. Namun karya-karya mereka tak bisa disebut sepenuhnya realis, justru karena anak-anak itu sangat berani bermain dengan garis.
Lihat misalnya sejumlah karya yang melukiskan wajah-wajah perempuan. Saat melukis wajah perempuan, para remaja itu dengan lihai mengelola mimik atau ekspresi perempuan, misalnya dengan memainkan bentuk bibir. Permainan bibir, dalam kenyataan, mungkin banyak dilakukan oleh remaj, misalnya ketika bercermin sembari meneliti anatomi yang rinci pada ruang wajah mereka.
Yang lebih menarik, permainan ekspresi wajah, sebagian besar dalam lukisan itu, diolah dengan permainan garis sehingga wajah seakan dibentuk oleh potongan-potongan mozaik. Gaya melukis semacam itu tentu saja tidak sepenuhnya orisinal, tapi anak-anak itu tampak sangat menguasai gaya seperti itu sehingga lukisannya tampak utuh, tanpa adanya tarikan garis yang canggung.
Secara umum, lukisan anak-anak SMPN 1 Singaraja ini memang lebih banyak melukis dengan permainan garis-garis, di mana pertemuan-pertemuan garis itu membentuk lekuk dan gestur obyek yang menarik. Tarikan garis membentuk ruang, bisa ruang lingkaran, ruang kotak, ruang oval, dan bentuk ruang lain. Ruang itu membentuk irisan, dan irisan membentuk obyek.
Selain terbayangkan sebagai sebuah obyek realis, sejumlah lukisan karya anak-anak SMPN 1 Singaraja juga menampilkan bentuk-bentuk yang bisa disebut sebagai surealis. Salah satunya adalah lukisan seorang perempuan berdiri di tepi danau, dengan pohon kelapa yang menunduk dan bayangan perahu di latarnya. Pada kepala perempuan itu seakan-akan baru saja keluar segerombolan kupu-kupu yang kemudian beterbangan di atas kepala. Lukisan semacam ini mungkin bukan hal baru, tapi bisa dibayangkan apa yang sedang dipikirkan oleh anak yang melukis itu?
Pikiran anak-anak remaja tak bisa ditebak. Jika ngotot hendak menebaknya, perlu dilihat apa yang sedang ia lukis. Untuk itulah penting seorang remaja melukis, meski tak harus jadi pelukis, namun dengan melukis ia mencoba untuk berkomunikasi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
Jadi, benar kata Bupati Suradnyana saat melihat pameran, bahwa ada beberapa tahapan atau fase-fase dalam mencapai karakter dan kepribadian yang cukup untuk bisa menghadapi masa yang akan datang bagi anak-anak.
Dimulai dari masa usia PAUD yang merupakan masa untuk meniru dan kecepatan daya tangkap, sehingga usia PAUD sangat penting untuk diraih dengan benar, sehingga kedepannya bisa memberikan edukasi yang terstruktur dan terukur agar bisa memberikan kontribusi berdasarkan kurikulum yang benar.
Dalam usia dewasa sudah pasti akan larut dengan pelajaran di sekolah, permainan dan berinteraksi dengan lingkungan. “Maka perlunya edukasi dalam tatanan budi pekerti yang mungkin selama ini belum tersampaikan dengan baik dan perlu dilakukan pendekatan yang humanis dalam pembelajaran tentang tata karma, disiplin dan tata cara berinteraksi yang sopan dan baik,” kata Bupati.
Dan, edukasi dalam tatanan budi pekerti itu bisa dilakukan dengan melukis. [T][Foto-foto: Yuni Antari]