6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Community-Based Tourism” Sebagai Salah Satu Upaya Pemulihan Pariwisata Bali

AA Ayu Arun Suwi AriantybyAA Ayu Arun Suwi Arianty
April 5, 2022
inOpini
“Community-Based Tourism” Sebagai Salah Satu Upaya Pemulihan Pariwisata Bali

Salah satu sudut pantai Desa Pemuteran, Buleleng, Bali | Foto: Mursal Buyung

Wujud Community-Based Tourism  (CBT) di Bali

Tahun 2020 diawali dengan merebaknya pandemic Covid19. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami penurunan sangat signifikan. UNWTO menggambarkan keadaan pariwisata internasional seperti kembali ke level pariwisata pada saat 30 tahun yang lalu. Penurunan secara drastis jumlah kunjungan wisatawan baik domestic maupun mancanegara menyebabkan melambatnya bahkan nyaris terhentinya kegiatan pariwisata. Selanjutnya, hal tersebut memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap sektor industri lainnya.

Pada KTT G20 tahun 2020, UNWTO berkerjasama dengan kelompok kerja pariwisata G20 mengeluarkan Framework for Inclusive Community Development Through Tourism sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata. Kerangka ini mendorong kerjasama dan kolaborasi antara masyarakat dan pemangku kepentingan pariwisata guna menjadikan pariwisata sebagai alat pembangunan inklusif yang dapat secara adil mendistribusikan manfaat dari pariwisata itu sendiri di wilayahnya (UNWTO, 2020). Dimana sebelumnya UNWTO pada tanggal 16 September 2020, di Tbilisi, Georgia, mengeluarkan Deklarasi Tbilisi sebagai sebuah komitmen pemulihan pariwisata secara berkelanjutan (UNWTO, 2020).

Berdasarkan kedua peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat bersama dengan terjalinnya kerjasama dan koordinasi merupakan kunci penting dalam usaha pemulihan pariwisata berkelanjutan pada masa pandemic maupun pasca pandemic Covid19 nanti.

Pengembangan pariwisata yang menekankan pada masyarakat sudah terlihat pada tahun 1990-an melalui konsep pro-poor tourism (pariwisata pro-orang miskin), rural tourism (pariwisata pedesaan), Community-Based Tourism (CBT), dan istilah lain yang dimaksudkan untuk membantu pembangunan bagi masyarakat tertinggal secara ekonomi (Putra, 2015).

Dalam buku pegangan yang diterbitkan REST (1997), dimuat hal-hal konseptual dan praktis dari CBT. Menurut REST, secara terminologis, pelibatan partisipasi masyarakat dalam proyek pengembangan pariwisata mempunyai banyak nama, yakni Community-Based Tourism (CBT), Community-Based Ecotourism (CBET), Agrotourism, dan Eco and Adventure Tourism. Dikalangan akademik, belum ada konsensus terhadap istilah-istilah dari beragam tipe pariwisata ini.

Glamping, Staycation, Instagrammable, Babymoon: Leksikon Baru Dalam Geliat Pariwisata Ekonomi Kreatif

Dalam perkembangannya konsep Community-Based Tourism (CBT) lebih mendapatkan perhatian dan sering digunakan oleh badan atau kelompok pemerintah karena diyakini dapat membantu masyarakat lokal untuk menggali pendapatan, melakukan diversifikasi ekonomi lokal, pelestarian budaya dan lingkungan, serta menyediakan peluang pendidikan (Putra, 2015). Community-Based Tourism (CBT) digunakan sebagai alat pengembangan pariwisata berkaitan erat dengan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).

Kedua konsep ini menekankan pada manfaat pembangunan bagi masyarakat, khususnya manfaat ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan (Richard dan Hall, 2000). Dalam kata lain, jika masyarakat secara langsung dapat menikmati manfaat dari pariwisata, mereka akan mendukung pembangunan pariwisata serta menjaga keberlanjutannya. Kegiatan pariwisata tidak akan dapat terjadi tanpa dukungan masyarakat sebagai salah satu aktor pariwisata itu sendiri.

Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata internasional yang memiliki keistimewaan tersendiri dengan ciri khas yang dapat dilihat dari keunikan tatanan sosial, budaya, dan alamnya. Pengembangan pariwisata di Bali sebaiknya bisa lebih diintensifkan. Sentuhan ekonomi pada sektor pariwisata hendaknya dapat dirasakan secara merata oleh rakyat.  Pengembangan pariwisata yang paling sesuai dengan iklim globalisasi tanpa mengesampingkan potensi lokal, adalah pariwisata kerakyatan yang berhubungan dengan kearifan lokal (local wisdom) dan berkaitan dengan aspek kelestarian alam (ekowisata).

Dalam Rencana Strategis Kemenparekraf 2020-2014, wisata alam ditetapkan sebagai salah satu fokus dari produk wisata yang harus dikembangkan. Kabupaten Buleleng, sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki garis pantai terpanjang di Bali memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan produk wisata alam, khususnya wisata bahari.

Harapan atau Kecemasan? | Geliat Pariwisata di Wilayah Kaldera, Kintamani

Menurut UU No.10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan, wisata bahari atau wisata tirta adalah usaha penyelenggaraan wisata dan olah raga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana, serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk. Dimana ekowisata bahari merupakan jenis wisata minat khusus yang memiliki aktivitas di permukaan laut, di bawah laut, dan di pesisir pantai (Yulius, 2018).

Konsep kearifan lokal yang bisa dijadikan landasan pendukung Community-Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat di Bali adalah konsep “Tri Hita Karana”. “Tri Hita Karana” merupakan filosofi hidup masyarakat Bali yang berarti tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber pada harmonisnya hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Prinsip pelaksanaan tersebut haruslah seimbang dan selaras, antara hubungan satu dengan lainnya  (Natalia, 2016). Konsep dari Community-Based Tourism  (CBT) yang menekankan pada dampak pariwisata pada masyarakat dan sumber daya lingkungan akan dapat diatasi jika “Tri Hita Karana” diterapkan dengan baik pada kehidupan sehari-hari.

Masyarakat sebagai Faktor Keberhasilan Pengembangan Ekowisata Bahari di Desa Pemuteran

Desa Pemuteran merupakan salah satu desa di Kabupaten Buleleng yang terletak diantara gugusan perbukitan dan hamparan laut. Letak geografis Desa Pemuteran menjadikan desa ini berpotensi sebagai destinasi ekowisata bahari. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Desa Pemuteran sebagai destinasi ekowisata bahari adalah potensi berupa terumbu karang yang indah. Pengembangan terumbu karang melalui program konservasi yang dipadukan dengan aktifitas wisata mampu menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan ikut serta dalam melakukan konservasi terumbu karang.

Keterlibatan masyarakat lokal sudah dimulai dari pembuatan program konservasi terumbu karang. Program konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran diprakarsai oleh Yayasan Karang Lestari yang bekerjasama dengan masyarakat lokal Desa Pemuteran. Konservasi terumbu karang mulai dilakukan pada tahun 1990 oleh Yayasan Karang Lestari.

Recovery Pariwisata Pasca Pandemi: Belajar dari Kritik Pemulihan Pariwisata Pasca Bom Bali

Pada awal berdiri Yayasan Karang Lestari yang diketuai oleh I Gusti Agung Prana, menempatkan Bupati Buleleng sebagai pelindung, beberapa tokoh nasional sebagai dewan pembina, dan tokoh-tokoh lokal sebagai dewan pengawas. Pada saat itu pendekatan yang digunakan oleh Yayasan Karang Lestari untuk meyakinkan masyarakat lokal adalah pendekatan adat, budaya, dan keagamaan. Usaha pertama yang dilakukan sebagai upaya pengembangan destinasi ekowisata adalah usaha restorasi terumbu karang yang sebelumnya telah dirusak dan dihancurkan oleh masyarakat lokal itu sendiri.

Dulunya, mayoritas masyarakat Desa Pemuteran yang bermata pencaharian sebagai nelayan, menggunakan bom dan potassium sebagai sarana menangkap ikan (Putri dan Citra,2018). Usaha restorasi ini dirasakan sebagai usaha terberat karena disamping menumbuhkan terumbu karang yang telah hancur dan rusak, para pelopor penyelamat lingkungan ini harus mampu mentransformasikan budaya masyarakat, dari penghancur ekosistem menjadi penyelamat ekosistem (Suwena dan Ariamayanti,2016).

Kemajuan restorasi terumbu karang mulai terlihat pada tahun 1996. Hal ini ditandai dengan beragamnya jenis terumbu karang yang tumbuh di daerah tersebut. Pada tahun 2000an, teknologi biorock mulai diperkenalkan di Desa Pemuteran. Biorock merupakan sebuah teknologi penumbuhan terumbu karang, dimana teknologi biorock dapat mempercepat pertumbuhan terumbu karang tiga hingga enam kali lebih cepat daripada terumbu karang yang tumbuh alami. Disamping itu, biorock juga menghasilkan terumbu karang yang lebih tahan terhadap pengaruh cuaca dan kontaminasi berbagai polusi air (Arismayanti, 2016).

Setahun setelah dikembangkannya teknologi Biorock, atau pada tahun 2001, kawasan Teluk Pemuteran telah lahir kembali menjadi taman laut dengan terumbu karang yang beragam. Keindahan terumbu karang Desa Pemuteran dibuktikan dengan, diperolehnya penghargaan dari UNWTO sebagai daerah konservasi bawah laut yang menakjubkan pada tahun 2015. Diikuti dengan Pengukuhan Desa Pemuteran sebagai salah satu dari Top 10 Lonely Planet pada tahun 2016 .

Keberhasilan Desa Pemuteran untuk merestorasi terumbu karangnya, bahkan mendapatkan penghargaan tidak terlepas dari peran masyarakat. Keterlibatan masyarakat terlihat pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan usaha konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran. Keberhasilan tersebut juga didukung dengan adanya keterlibatan dari semua pemangku kepentingan, regulasi, dan tata kelola yang baik dalam pengembangan ekowisata di Desa Pemuteran.

Menteri Pariwisata Ini Jalan-jalan di Desa, Sapa Petani dan Pelukis, Meski Tak Berkantor di Bali

Pulihnya ekosistem terumbu karang, membawa efek positif pada perkembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Pemuteran. Secara umum, wisatawan yang datang adalah wisatawan dengan minat khusus, yaitu menikmati wisata bahari dengan aktifitas wisata berupa snorkling dan diving.

Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan meningkatnya pula jumlah permintaan akan fasilitas wisata. Fenomena ini menyebabkan munculnya efek berganda pada kehidupan masyarakat Desa Pemuteran. Keterlibatan masyarakat sebagai penyedia fasilitas wisata, seperti jasa penginapan sederhana (homestay), warung makan, menjadi instruktur selam bagi penyelam amatir, membuka penyewaan alat selam, penyewaan perahu, dan menjadi pemandu wisata lokal. Peran masyarakat sebagai penyedia fasilitas wisata ini berdampak pada peningkatan kualitas hidup mereka.

Harapan Desa Pemuteran sebagai Ekowisata Bahari Pada Masa Pandemi dan Pasca Pandemi Covid19

Di Indonesia, Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) berkolaborasi dengan para pihak industry, pelaku, pemerintah, dan akademisi menyusun protocol kesehatan lengkap dengan pedoman dan panduan pelaksanaan CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment) sebagai upaya dalam menghadapi pandemi Covid19. Tujuan dari sertifikasi CHSE adalah untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian COVID19. Dukungan pemerintah tidak hanya sampai dikeluarkannya pedoman sertifikasi CHSE tersebut, akan tetapi pemerintah juga memberikan sertifikasi ini secara gratis. Tentunya, pemberian sertifikasi CHSE gratis ini hanya diberikan bagi pelaku usaha yang memenuhi segala persyaratan dan ketentuannya.

Disamping sertifikasi CHSE, dukungan pemerintah untuk masyarakat yang terkena dampak langsung dari Covid19, khususnya yang berhubungan dengan wisata bahari, dilakukan melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Padat Karya melalui Taman Terumbu Karang Indonesia (ICRG). Program ini dicetuskan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Buleleng terpilih sebagai salah satu daerah yang menjadi tempat restorasi terumbu karang nasional atau Taman Terumbu Karang Indonesia (ICRG).

Pariwisata Nusa Penida, Menunggu Bangkit dari Korona dan Sihir Konor

Pemilihan Kabupaten Buleleng tidak lepas karena sudah terkenalnya konservasi terumbu karang Buleleng. Dimana pada program ini, Buleleng akan menerima bantuan sebesar 10-20 miliar guna mengembangkan terumbu karang yang berbeda, yang unik, sekaligus menjaga kelestarian terumbu karang tersebut. Sejalan dengan itu, Bapak Bupati Buleleng juga menyampaikan permohonan terkait ijin zona hijau bagi tiga kawasan di Buleleng secara virtual kepada Presiden Jokowi saat pelaksanaan vaksinasi masal di Gedung Kesenian Gde Manik Singaraja. Ketiga kawasan tersebut adalah Desa Pemuteran, Desa Gerokgak, dan Desa Kalibukbuk. Harapan dari Bapak Bupati Agus Suradnyana jika permohonannya dikabulkan adalah Buleleng dapat bersiap menerima kunjungan wisata.

Adanya dukungan dari pemerintah tersebut layaknya dijadikan modal oleh masyarakat Desa Pemuteran untuk keluar dari masa paceklik pariwisata. Disamping itu, masa pandemi Covid19 diharapkan sebagai momentum refleksi diri. Dengan demikian, mampu melahirkan pemikiran jernih guna merancang pengembangan ekowisata di Desa Pemuteran kedepannya dan berfikir kritis untuk menemukan potensi-potensi lain yang dapat di kembangkan di Desa Pemuteran.

Konsep Community-Based Tourism (CBT) yang sebelumnya telah berhasil membawa perkembangan pariwisata yang sangat menggembirakan di Desa Pemuteran haruslah dipikirkan kembali pelaksanaannya di masa pandemi Covid19 dan pasca pandemi Covid19. Untuk ke depannya tidaklah cukup hanya menerapkan konsep Community-Based Tourism (CBT) tetap bertahan sebagai destinasi ekowisata yang diminati oleh wisatawan,

Pengembangan ekowisata bahari Desa Pemuteran juga harus memperhatikan aspek-aspek yang diperlukan untuk menangani masalah pandemi Covid19. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pengembangan ekowisata bahari di Desa Pemuteran dalam masa adaptasi kenormalan baru adalah dengan mengikuti pedoman dan melakukan sertfikasi CHSE. Diharapkan pula, masyarakat Desa Pemuteran dapat lebih berinovasi dalam era digital ini dalam mengemas atraksi wisata di Desa Pemuteran.

DAFTAR PUSTAKA

  • Putra, I Nyoman Darm. 2015. Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali (1st ed). Denpasar: Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana.
  • Natalia, O. 2016. Tri Hita Karana. Diakses pada 16 Oktober 2021, dari
  • https://www.scribd.com/document/325905645/Tri-Hita-Karana-pdf
  • Putri, Trisna. & Citra, Ananda. 2018. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Desa Pemuteran, Kecamatan Kerokgak Kabupaten Buleleng. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, Volume 6 (1), 12-21.
  • Richards, Greg. dan Derek Hall. 2000. Tourism and Sustainable Community Development. London: Routledge.
  • Suwena, I Ketut. dan Arismayanti, Ni Ketut. 2016. Pengembangan Pariwisata Hijau sebagai Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pemuteran Kabupaten Buleleng Bali. Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek).
  • UNWTO. (2020). Tbilisi Declaration: Actions for A Sustainable Recovery Of Tourism. Tbilisi: UNWTO.
  • UNWTO. (2020). Alula Framework for Inclusive Community Development Through Tourism. Riyadh: UNWTO.
  • Yulius, dkk. (2018). Buku Panduan Kriteris Penetapan Zona Ekowisata Bahari (edisi 1). Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Tags: bulelengDesa PemuteranPariwisatapariwisata baliterumbu karang
Previous Post

Peraturan Pentas Adalah Tantangan | Catatan Sutradara Teater Rai Srimben SMPN 4 Singaraja

Next Post

Program “Food Forest Design” Untuk Membangun Ketahanan Pangan Indonesia | Buka Tautan Untuk Mendaftar

AA Ayu Arun Suwi Arianty

AA Ayu Arun Suwi Arianty

A.A.Ayu Arun Suwi Arianty, SST.Par.,M.Par. Dosen. Tinggal di Denpasar. Telah menulis berbagai artikel ilmiah berkaitan dengan pariwisata

Next Post
Program “Food Forest Design” Untuk Membangun Ketahanan Pangan Indonesia | Buka Tautan Untuk Mendaftar

Program “Food Forest Design” Untuk Membangun Ketahanan Pangan Indonesia | Buka Tautan Untuk Mendaftar

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co