Hari Rabu 30 Maret 2022 adalah hari spesial bagi Buleleng. Betapa tidak hari ini merupakan hari yang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kota Singaraja yang ke 418, hari jadi Ibu Kota yang pernah menyandang predikat sebagai Ibu Kota Provinsi Sunda Kecil di belahan utara pulau Bali.
Peringatan HUT Kota Singaraja kali ini juga bertepatan dengan Hari Suci Umat Hindu di Bali, yaitu Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari tepatnya pada _Buda Kliwon Wuku Sinta_ sesuai perhitungan kalender Bali. Dimana masyarakat Bali, khususnya warga Kota Singaraja merayakan hari raya ini secara lebih semarak dibandingkan dengan masyarakat lainnya di Bali. Spirit Hari Ulang Tahun dan Hari Raya yang bersamaan ini juga menjadi momentum istimewa bagi warga Buleleng karena di hari ini diadakan peresmian Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno yang dihadiri langsung Gubernur Bali, Wayan Koster.
Rangkaian acara digelar memeriahkan acara peresmian RTH yang berlokasi di Kelurahan Sukasada, Singaraja, Buleleng Bali. Pentas Budaya seperti Tari Truna Jaya masal, Topeng Bondres, Tari Kreasi, Teater dan bahkan penampilan musik lokal Bali yang akan menampilkan grup band Lolot siap menggebrak stage bercorak teatrikal dengan arsitektur khas Patung Singa Ambara Raja ini.
Ya pandemi masih berlangsung, akan tetapi syarat-syarat protokol kesehatan sudah dilaksanakan masyarakat secara ketat, terutama vaksinasi booster Covid-19. Sehingga acara launching yang berlangsung sore hingga malam hari itu tumpah ruah oleh penonton, panitia dan pengisi acara.
Ada dua acara yang membuat saya hanyut dalam suasana malam itu. Pertama adalah pidato sambutan Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster atau Pak Koster sebagaimana di kenal masyarakat Bali umumnya. Pak Koster sangat mengapresiasi keberhasilan Pemkab Buleleng dibawah kepemimpinan Bupati Buleleng Bapak Putu Agus Suradnyana atau yang akrab dipanggil Pak Agus mampu membangun RTH Taman Bung Karno. RTH yang memiliki luas sekitar 2 hektar ini diharapkan menjadi ruang kreativitas dan aktivitas budaya serta mampu menggerakan perekonomian Buleleng untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
Berkali-kali Pak Koster menunjukkan rasa bangganya terhadap area yang memiliki bangunan utama Patung Proklamator, Ir. Soekarno dan Stage Singa Ambara Raja ini. Nampak antusias Pak Gubernur menyampaikan pidatonya termasuk memaparkan program pembangunan Bali ke depan termasuk Buleleng yang menjadi tanah kelahirannya. Mulai dari menjawab satu per satu janji kampanyenya saat mengikuti perhelatan pilgub 2018 lalu, seperti akses jalan short cut Singaraja – Mengwitani, pemancar televisi bahkan akan dibuat dan disiapkan terpadu, serta Bandara Bali Utara yang akan dibangun di wilayah Buleleng bagian Barat tepatnya di Desa Sumber Klampok. “Wah… luar biasa. Buleleng jadi hebat,” gumam saya dalam hati.
Selepas memberikan sambutan dan meresmikan pembukaan RTH dengan penandatanganan prasasti, Pak Koster menikmati hiburan teater yang berjudul “Kisah Cinta Nyoman Rai Serimben.” Teater persembahan Komunitas Mahima dan Teater Bale Agung ini nampak menarik perhatian penonton dan undangan.
Pasalnya cerita tulisan sastrawan Kadek Sonia Piscayanti mempersembahkan kisah perjalanan cinta seorang gadis Bali asal Desa Bale Agung, Nyoman Rai Serimben yang dipersunting seorang guru SR pertama di Buleleng, Raden Soekemi asal Blitar, Jatim. Pernikahan atas dasar saling mencintai walau beda suku dan agama ini melahirkan Putra Sang Fajar yang kita kenal sebagai Ir. Soekarno, Bapak Proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia.
Ketokohan Pak Karno sebagai founding father dan Bapak Bangsa yang berhasil memerdekakan Bangsa Indonesia tentunya tidak lepas dari peran orang tua yang salah satunya adalah Ibundanya, Nyoman Rai Serimben. Nilai pruralisme, kebhinekaan serta etika tersurat dalam kisah ini. Kentalnya tradisi Desa Bale Agung saat itu mengedukasi warganya untuk selalu jujur dan menghormati sesama, alam dan sang pencipta. Sisi ini yang oleh penulis sekaligus sutradara teater Kadek Sonia Piscayanti dijadikan kesempatan memperkenalkan tradisi Bali Utara seperti hari-hari suci agama Hindu, rangkaian acara dan upacaranya, dan permainan tradisional dengan _setting_ khas Bulelengnya.
Alur yang dibangun pun mulai dari masa kanak-kanak Nyoman Rai Serimben yang penuh keceriaan hingga naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan Pak Karno.
Praktis keterlibatan anak-anak dalam pementasan ini berdampak pada pengenalan kisah sejarah yang mampu menumbuhkan rasa bangga akan daerah sejak usia kecil. Pengalaman yang akan diingat oleh pemerannya selama hidup. Ini juga menjadi kenangan dan mengingatkan kembali perjalanan sejarah bangsa yang dialami orang tua – orang tuanya. Betapa tidak, ketika anak-anak latihan teater ini, dipastikan orang tuanya ikut memperhatikannya.
Upaya pemerintah daerah dalam memperkenalkan Ibunda Bung Karno adalah dari Buleleng nampak makin serius. Kali ini menjadikan bagian kisah ini sebagai lomba teater antar SMP se Buleleng. Sebanyak 14 peserta lomba tampil selama 4 hari membawakan kisah “Kemuliaan Ibu Nyoman Rai Serimben” yang pentas sampai dengan 2 hari sebelum acara peresmian ini. Keempat belas peserta nampak antusias mengikuti lomba teater perdana secara luring di tengah kondisi pandemi.
Dari rasa antusias ini nampak bahwa siswa-siswa tersebut ikut berproses berlatih hingga siap menampilkan yang terbaik. Bangkitnya budaya teater sekolah menjadikan ikon tersendiri bagi satuan pendidikan dengan pemberian nama seperti teater Poleng, teater Barak dan teater Suluh dan teater sekolah lainnya yang ada di Buleleng.
Teater sekolah adalah bagian dari proses kreatif membangun karakter anak-anak sekolah sebagai implementasi penguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang digaungkan pemerintah selama ini seakan mendapatkan penyaluran melalui karakter-karakter yang terbangun dalam bermain peran. Ini tentunya bukan hanya teater saja media yang saya maksudkan. Minimal melalui bermain teater bahkan sampai pada pementasan banyak hal dan nilai-nilai pendidikan karakter yang didapatkan peserta didik.
Belajar dalam teater adalah wujud pembelajaran berbasis proyek. Dalam proses kreatifnya teater akan membimbing pesertanya untuk belajar olah vokal, olah gerak dan olah sukma. Jadinya penguatan pendidikan karakter terinternalisasi dengan baik dalam sebuah proyek pementasan salah satunya. Bagaimana sikap saling menghargai sesama kru dibangun dan dijaga. Bagaimana sikap kejujuran dikuatkan, bagaimana sikap gotong royong dilaksanakan dan pembelajaran sikap-sikap lainnya diperankan dimana nilai-nilai terinternalisasi hingga menjadi sebuah pertunjukkan yang apik di atas pentas.
Sejatinya pendidikan karakter sudah menjadi fokus pendidikan Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Penguatan Pendidikan Karakter oleh Kemendikbud diberikan pengertian sebagai gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Ada lima nilai utama dalam Penguatan Pendidikan Karakter, yaitu RELIGIUS yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. INTEGRITAS yaitu upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
GOTONG ROYONG mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama. NASIONALIS dimana sikap menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. MANDIRI yakni
tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Di Taman Bung Karno ini semua nilai ini dapat kita lihat. Tidak saja dalam sebuah pertunjukkan tetapi juga dalam keseharian dapat mengingat kembali pesan-pesan Bung Karno saat mengawali kemerdekaan dan menjaga kedaulatan NKRI. Tidak berlebihan jika setiap dari kita akan merasakan kehadiran diri kita sebagai bagian tumpah darah Indonesia dan mensyukuri tanah air Indonesia.
Dengan demikian apa yang disampaikan Pak Koster dalam pidatonya di Taman Bung Karno seakan menjadi pesan khusus bagi generasi muda dan masyarakat Buleleng. Begitu banyak hal yang akan dibangun di daerah Bali Utara ke depan. Begitu besar harapan masyarakat Bali akan kebangkitan Bumi Den Bukit sebagai kebanggaan yang tak terpisahkan.
Saatnya bersama mengawal penguatan pendidikan karakter generasi muda Buleleng agar pada masanya nanti penerus Buleleng, yakni anak cucu kita dapat berperan sebagai tokoh-tokoh dalam teater kisah kemajuan dan kesejahteraan Buleleng, bukan menjadi penonton dan pendengar kisah sukses pendatang di negeri kita.
DIRGAHAYU KOTAKU ke 418
BANGKIT – BERSERI