14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ibu, Canang dan Sekolah | Catatan Lomba Teater Rai Srimben di Singaraja

A.A.N. Anggara SuryabyA.A.N. Anggara Surya
March 27, 2022
inEsai
Ibu, Canang dan Sekolah | Catatan Lomba Teater Rai Srimben di Singaraja

tim teater SMP Negeri 1 Sukasada

Catatan Sutradara:

 “Tiang nak ten uning, Gus!”

“Pokoknya tiang serahkan sama Gus saja!”

“Tiang percaya sama, Gus!”

Kurang lebih itu perkataan yang paling saya ingat ketika pertama kali diminta menjadi pelatih untuk lomba Teater se-Buleleng Tingkat SMP. Perkataan tersebut menjadi sangat berbekas karena entah kenapa kepercayaan diri saya saat itu seketika naik, terlebih lagi pada kata terakhir tersebut. Dan memang, terselip sedikit soal bagaimana sifat seseorang yang mengucapkan kata tersebut.

Dalam pengalaman saya, agak jarang seseorang langsung mengucapkan kata tersebut tanpa sebuah ‘pembukaan’ terlebih dahulu. Rasanya, caranya berucap seperti bagian akhir naskah Rai Srimben ini saja dimana Srimben memberikan petuah bagi Soekarno sebelum dan sesudah memproklamasikan Indonesia.

Ini kali pertama saya menjadi pelatih untuk teater SMP. Sebelumnya memang kebanyakan SMA dan Mahasiswa. Tentu, ada beberapa hal yang menjadi pembeda, yang paling utama tentulah tingkat pemahaman pada sesuatu. Misalnya ketika saya bertanya apa itu kesedihan, kecenderungan anak SMA akan menjawab ‘chat saya tidak dibalas tapi dia online’ atau ‘Ngeliat si dia jalan sama sahabat sendiri’.

Intinya soal cinta atau gairah anak muda. Sedangkan anak SMP biasanya masih seputaran uang yang hilang di kelas, tidak kebagian nasi di kantin, kuota habis saat main game dan lain-lain. Setidaknya itu yang menjadi pikiran awal saya karena masa SMP saya begitu. Namun, ketika saya lontarkan pertanyaan apa itu kesedihan, jawabannya malah seperti anak SMA. Ini membuat saya sedikit tertawa dan terdiam. Setidaknya satu hal sudah pasti, saya akan lebih nyaman bicara. Kalau mahasiswa? Emmm ‘2 centang biru’

Naskah Kemuliaan Ibu Nyoman Rai Srimben karya Kadek Sonia Piscayanti, kurang lebih menceritakan tentang kisah hidup Nyoman Rai Srimben dari kecil sampai akhirnya Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Ada hal yang cukup menarik, ketika saya tanya pada siswa-siswa apakah mereka tau siapa Rai Srimben, jawabannya tidak tau. Saya cukup beruntung sudah lebih dulu tau, karena kalau tidak, entah apa yang akan saya sampaikan pada siswa-siswa. Barangkali ini salah satu upaya yang bagus untuk mengenalkan siapa Rai Srimben kepada siswa SMP dan mungkin khalayak umum. Tidak banyak yang tau jika Rai Srimben itu adalah ibunda dari Soekarno. Untuk hal ini, panitia penyelenggara patut diberi apresiasi.

Sejak awal saya memang memikirkan soal seberapa cocok  konsep teater yang biasa saya lakukan terhadap pemahaman konsep anak SMP. Tapi setelah melihat naskah lebih detail dan mengingat kembali pementasan terkait Rai Srimben yang pernah saya lakoni, saya menyadari naskah ini memang akan sangat mudah diterima. Jadi konsep secara umum saya anggap selesai. Tinggal menambahkan detail-detail, pemahaman keaktoran, vokal dan hal-hal dasar lainnya.

Kenapa Patung Bung Karno di Buleleng Menunjuk ke Timur? Jawabannya Bisa Puitis dan Bisa Logis

Di Tengah-tengah proses latihan, saat ada adegan membuat canang, salah seorang guru berkata

“Kalau jaman dulu, ngga gitu canangnya, Gus!”

“Gini bentuknya!”

Beliau mengucapkan hal tersebut sembari menunjukkan pada saya bagaimana bentuk canang yang dimaksud. Saat itu juga saya menyadari keterbatasan saya. Saya hidup bukan di masa Rai Srimben, sehingga pemahaman saya terhadap canang, banten, adat dan lain-lain tidak bisa dijadikan sumber utama.

Karena itulah, saya menyerahkan detail-detail artistik pada guru-guru yang lebih senior. Saya percaya pasti akan lebih baik dibanding saya merasa tau soal apa itu canang. Bahkan sampai ke hal sekecil soal bagaimana orang membawa penarek dan pajegan  pun mereka perhatikan. Saya tidak bisa lebih melebarkan senyum lagi. 

Banyak muncul detail-detail artistik lainnya yang saya yakin saya tidak akan kepikiran. Pabuan sebagai contoh. Dari yang diceritakan, pabuan biasanya digunakan sebagai penolak bala dan cukup diletakkan di depan tikar saja. Tentu detail artistik ini saya pakai. Keberuntungan lainnya adalah soal artistik-artistik yang memang perlu seorang anak Seni Rupa dan kebetulan di sekolah ini ada. Begitu pula dengan penyanyi, pemain gitar dan pelatih tari, semuanya ada. Maka sekarang tinggal konsep lebih detail.

Kembali pada naskah, saya merasa ada sekian detail-detail yang memang tidak tertulis di neben teks namun tertulis di dialog. Sebagai contoh, misalnya dalam dialog berkata “Di sini ribut”, logikanya tentu ada bunyi atau keributankan? Namun pada neben teks tidak tertulis apa-apa sama sekali. Karena itulah, saya harus cukup jeli pada detail-detail semacam ini dan saya dapatkan beberapa detail. Selain memperhatikan detail itu, saya juga kerap bertanya pada siswa-siswa apakah mereka paham apa yang mereka lakukan dalam beberapa adegan.

Saya tidak ingin membuat konsep yang bagi saya keren tapi tidak dipahami sama sekali oleh siswa-siswa. Adegan-adegan saya buat mudah dipahami, misalnya soal penanda bahwa waktu telah berlalu sekian tahun, bahwa mimpi bisa dibuat dengan cara yang saya tunjukkan. Begitu pula pada keaktoran, jangan terpaku pada nama dan umur tokoh karena tidak semua orang yang berumur sama bersifat dan berpostur sama.

Soal musik saya buat live musik karena saya memang ingin menjadikan pementasan ini pementasan yang memanfaatkan warga sekolahnya. Terlebih lagi dari panitia memang mengijinkan untuk musik live dan pemainnya yang penting dari kalangan sekolah (tidak harus siswa).

Soekarno Lahir dari Drama Cinta Jawa-Bali yang Romantis

Iya saya tau  musik yang paling umum dipakai untuk ini adalah musik gong. Tapi saya putuskan untuk memakai gitar yang mengikuti not gong. Soal ini, saya sempat diajari oleh senior saya perbedaan not Do Re Mi dengan not gong terletak pada satu not saja, jadi jika saya memainkan gitar dengan berusaha mengikuti not gong tersebut, berarti saya ‘memainkan’ gong bukan?

Demikianlah yang saya konsepkan pada pementasan ini. Soal siapa Ibu yang mengucapkan kata tersebut, apa detail-detail yang saya temukan, apa artistik yang perlu anak seni rupa untuk dibuat, bagaimana konsep dasar saya (mimpi, keaktoran dll) dan bagaimana gitar yang berusaha mengikuti not gong, baiknya disaksikan dan dilihat saja sendiri. Jika dilihat dari jadwal, saya dan warga SMP ini mendapatkan kesempatan pentas pada tanggal 28 Maret jam 20.20 malam. Maka saksikanlah jika ada pertanyaan dan rasa penasaran yang tertinggal di pembaca. Terima kasih, salam budaya.

Catatan Pemusik :

“Jangan Samakan Musik dalam Band dengan Musik dalam Teater”

Dalam dua bulan terakhir saya sebagai pemain gitar mendapatkan dua tawaran untuk mengiringi pementasan teater. Dalam pandangan saya sebagai seorang pemain gitar di sebuah band, saya kira mengiringi teater lebih mudah dari pada memainkan lagu dalam sebuah band. Dalam bayangan saya sendiri jika ingin membuat suasana sedih, ya saya carikan nada yang minor dan tempo yang lambat dan kalau ingin suasana bahagia, tinggal carikan not mayor.

Dan ternyata setelah memulai latihan bersama pemain dan sutradara, saya baru sadar tidak semua not atau nada bisa digunakan pada suasana tertentu di dalam suatu adegan. Musik dalam dalam band itu terpaku pada tempo,bar, dan variasi chord. Namun di dalam pementasan teater ternyata musik itu harus mengalah pada suasana dan emosional di suatu adegan. Disitu saya tersadar bahwa sebagai pengiring khususnya di pementasan teater, saya harus bisa menahan diri untuk mengikuti bagaimana arahan sutradara.

Pada tahun ini saya diberi  kesempatan untuk mengiringi teater SMP Negeri 1 Sukasada, yang merupakan sekolah saya dulu. Saya selalu bersedia untuk memberikan yang terbaik kepada sekolah saya ini, selama masih bisa melakukannya. Seni peran juga menjadi hal yang saya minati. Suatu kehormatan jika bisa berkontribusi dalam pementasan teater kali ini, bersama adik-adik siswa dan guru-guru juga.

Saya merasa tim teater SMP Negeri 1 Sukasada saat ini sangat solid dan terasa kebersamaannya. Berlatih dari nol sampai dengan saya sadar begitu cepat progres para siswa dalam memahami arahan sutradara sampai sekarang mereka sudah meresapi betul peran yang mereka lakonkan. Sebagai pemain musik saya berharap akan ada banyak kolaborasi antara teater dan musik, serta bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan antar pelaku seni.

Catatan Pemimpin Produksi


“Menikmati Riuh Melelahkan”

Perintah adalah perintah, keputusan mengikuti lomba teater adalah mutlak milik kepala sekolah. Saya tahu anak-anak disini kurang mau tampil, malu di atas panggung, dan berani hanya saat ramai di belakang. Pesimis itu realistis, tapi memutuskan untuk optimis adalah sebuah ide untuk menjaga nama sekolah tetap eksis.

Siang hari keputusan pimpinan saya ambil, sore hari saya rancang support system untuk meringankan beban besar ini. Bingung harus mencari sang ahli lakon dan panggung teater, bukan ranah saya untuk mengarahkan anak-anak berakting memerankan peran. Tak lama kemudian, muncul nama disarankan seorang teman. Saya hubungi…

            “…saya siap pak.”

            “…ini crew yang saya butuhkan.”

            “...ini properti yang kita butuhkan.”

Riuhnya dimulai, lelahnya tentu menunggu. Januari dimulai dengan merekrut anak-anak yang mau bergabung. Di luar dugaan, 50 anak bersedia menjadi bagian teater. Umpama membuat candi dalam semalam, teater yang tak pernah ada disini terpaksa ada dengan anak-anak yang tentu buta akting dan bagaimana cara blocking. Januari latihan mengenal apa itu teater, apa itu dialog, membaca naskah, gesture, ekspresi, dan sejuta istilah teater lain yang menyusahkan.

Februari harus terhenti sementara, pandemi jadi bagian saya tetap bisa memimpin produksi ini. Menghentikan total bukan pilihan saya setelah berbincang dengan sutradara. Anak-anak baru saja mulai kenal teater, baru mulai masuk ke naskah, baru mulai memahami bagaimana peran masing-masing. Februari, latihan menjadi direnggangkan. Beberapa kali mulai berani memainkan gelaran gladi yang tak pernah bersih, masih kotor disana-sini. Produksi banyak tekanan karena kemampuan anak-anak memang tidak semuanya seperti smartphone dengan spesifikasi level dewa, masih ada buffering dan crash data.

Maret keputusan lomba kami dapatkan memaksa lari kami lebih kencang dan lebih bertenaga. Latihan semakin rutin dengan penekanan pada setiap babak lakonnya. Tim produksi mulai bekerja dengan semangat. Tim kostum mencari pakaian entah di pelosok pulau ini, tim properti saya paksa membuat artistik yang realistis dan fantastis, original dengan bahan seadanya. Tim lampu dan bagian elektrik lainnya digenjot untuk mendukung apa yang menjadi keinginan sutradara. Tim konsumsi dan kerohanian yang tak henti membuat nyaman perut dan rohani saya.

Lelah yang terakumulasi di akhir bulan ini akan segera cair.

Benar, kami siap tampil dengan gaya realistis kami.

Sutradara berbuat maksimal dan total.

Semua tim bekerja sama untuk pementasan yang mengesankan.

Lalu, apakah melelahkan?. Ya tentu, produksi ini riuh. Banyak riak kecil di sekitarnya. Pikiran dan fisik pasti lelah. Tapi, apakah tidak bisa dinikmati?. Ya tentu, produksi ini nikmat. Saya bisa menyadari banyak pembelajaran di dalamnya. Bersama anak-anak dan orang dewasa di sekitar, saya yakin saya orang yang masih belum ada apa-apanya.

Ya sudahlah, riuh ini melelahkan, dinikmati saja. [T]

Tags: bulelengBung KarnoLomba Teater BulelengLomba Teater Kisah Ibunda Bung KarnoTaman Bung Karno BulelengTeater
Previous Post

Kadang di Belakang, di Depan Kadang-Kadang | Catatan Mahima March March March dari Layar Belakang

Next Post

Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

A.A.N. Anggara Surya

A.A.N. Anggara Surya

Pemain teater, menulis puisi dan cerpen. Tulisannya berupa ulasan pementasan teater sering dimuat di media massa. Kini sedang menempuh pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja.

Next Post
Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

    ‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

    by Hartanto
    May 14, 2025
    0
    ‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

    BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

    Read more

    Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

    by Asep Kurnia
    May 14, 2025
    0
    Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

    “Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

    Read more

    Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

    by Pandu Adithama Wisnuputra
    May 13, 2025
    0
    Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

    PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

    Read more
    Selengkapnya

    BERITA

    • All
    • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
      Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

      Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

      May 13, 2025
      “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

      “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

      May 8, 2025
      Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

      Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

      May 7, 2025
      Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

      Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

      April 27, 2025
      Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

      Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

      April 23, 2025
      Selengkapnya

      FEATURE

      • All
      • Feature
      • Khas
      • Tualang
      • Persona
      • Historia
      • Milenial
      • Kuliner
      • Pop
      • Gaya
      • Pameran
      • Panggung
        45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
        Kuliner

        45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

        SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

        by Komang Puja Savitri
        May 14, 2025
        Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
        Khas

        Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

        PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

        by I Nyoman Tingkat
        May 12, 2025
        Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
        Pameran

        Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

        JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

        by Nyoman Budarsana
        May 11, 2025
        Selengkapnya

        FIKSI

        • All
        • Fiksi
        • Cerpen
        • Puisi
        • Dongeng
          Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

          Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

          May 11, 2025
          Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

          Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

          May 11, 2025
          Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

          Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

          May 11, 2025
          Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

          Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

          May 10, 2025
          Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

          Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

          May 10, 2025
          Selengkapnya

          LIPUTAN KHUSUS

          • All
          • Liputan Khusus
            Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
            Liputan Khusus

            Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

            SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

            by Jaswanto
            February 28, 2025
            Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
            Liputan Khusus

            Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

            SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

            by Made Adnyana Ole
            February 13, 2025
            Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
            Liputan Khusus

            Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

            BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

            by Jaswanto
            February 10, 2025
            Selengkapnya

            ENGLISH COLUMN

            • All
            • Essay
            • Fiction
            • Poetry
            • Features
              Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

              Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

              March 8, 2025
              Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

              Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

              November 30, 2024
              The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

              The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

              September 10, 2024
              The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

              The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

              July 21, 2024
              Bali, the Island of the Gods

              Bali, the Island of the Gods

              May 19, 2024

              TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

              • Penulis
              • Tentang & Redaksi
              • Kirim Naskah
              • Pedoman Media Siber
              • Kebijakan Privasi
              • Desclaimer

              Copyright © 2016-2024, tatkala.co

              Welcome Back!

              Login to your account below

              Forgotten Password?

              Retrieve your password

              Please enter your username or email address to reset your password.

              Log In
              No Result
              View All Result
              • Beranda
              • Feature
                • Khas
                • Tualang
                • Persona
                • Historia
                • Milenial
                • Kuliner
                • Pop
                • Gaya
                • Pameran
                • Panggung
              • Berita
                • Ekonomi
                • Pariwisata
                • Pemerintahan
                • Budaya
                • Hiburan
                • Politik
                • Hukum
                • Kesehatan
                • Olahraga
                • Pendidikan
                • Pertanian
                • Lingkungan
                • Liputan Khusus
              • Kritik & Opini
                • Esai
                • Opini
                • Ulas Buku
                • Ulas Film
                • Ulas Rupa
                • Ulas Pentas
                • Kritik Sastra
                • Kritik Seni
                • Bahasa
                • Ulas Musik
              • Fiksi
                • Cerpen
                • Puisi
                • Dongeng
              • English Column
                • Essay
                • Fiction
                • Poetry
                • Features
              • Penulis

              Copyright © 2016-2024, tatkala.co