8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ibu, Canang dan Sekolah | Catatan Lomba Teater Rai Srimben di Singaraja

A.A.N. Anggara SuryabyA.A.N. Anggara Surya
March 27, 2022
inEsai
Ibu, Canang dan Sekolah | Catatan Lomba Teater Rai Srimben di Singaraja

tim teater SMP Negeri 1 Sukasada

Catatan Sutradara:

 “Tiang nak ten uning, Gus!”

“Pokoknya tiang serahkan sama Gus saja!”

“Tiang percaya sama, Gus!”

Kurang lebih itu perkataan yang paling saya ingat ketika pertama kali diminta menjadi pelatih untuk lomba Teater se-Buleleng Tingkat SMP. Perkataan tersebut menjadi sangat berbekas karena entah kenapa kepercayaan diri saya saat itu seketika naik, terlebih lagi pada kata terakhir tersebut. Dan memang, terselip sedikit soal bagaimana sifat seseorang yang mengucapkan kata tersebut.

Dalam pengalaman saya, agak jarang seseorang langsung mengucapkan kata tersebut tanpa sebuah ‘pembukaan’ terlebih dahulu. Rasanya, caranya berucap seperti bagian akhir naskah Rai Srimben ini saja dimana Srimben memberikan petuah bagi Soekarno sebelum dan sesudah memproklamasikan Indonesia.

Ini kali pertama saya menjadi pelatih untuk teater SMP. Sebelumnya memang kebanyakan SMA dan Mahasiswa. Tentu, ada beberapa hal yang menjadi pembeda, yang paling utama tentulah tingkat pemahaman pada sesuatu. Misalnya ketika saya bertanya apa itu kesedihan, kecenderungan anak SMA akan menjawab ‘chat saya tidak dibalas tapi dia online’ atau ‘Ngeliat si dia jalan sama sahabat sendiri’.

Intinya soal cinta atau gairah anak muda. Sedangkan anak SMP biasanya masih seputaran uang yang hilang di kelas, tidak kebagian nasi di kantin, kuota habis saat main game dan lain-lain. Setidaknya itu yang menjadi pikiran awal saya karena masa SMP saya begitu. Namun, ketika saya lontarkan pertanyaan apa itu kesedihan, jawabannya malah seperti anak SMA. Ini membuat saya sedikit tertawa dan terdiam. Setidaknya satu hal sudah pasti, saya akan lebih nyaman bicara. Kalau mahasiswa? Emmm ‘2 centang biru’

Naskah Kemuliaan Ibu Nyoman Rai Srimben karya Kadek Sonia Piscayanti, kurang lebih menceritakan tentang kisah hidup Nyoman Rai Srimben dari kecil sampai akhirnya Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Ada hal yang cukup menarik, ketika saya tanya pada siswa-siswa apakah mereka tau siapa Rai Srimben, jawabannya tidak tau. Saya cukup beruntung sudah lebih dulu tau, karena kalau tidak, entah apa yang akan saya sampaikan pada siswa-siswa. Barangkali ini salah satu upaya yang bagus untuk mengenalkan siapa Rai Srimben kepada siswa SMP dan mungkin khalayak umum. Tidak banyak yang tau jika Rai Srimben itu adalah ibunda dari Soekarno. Untuk hal ini, panitia penyelenggara patut diberi apresiasi.

Sejak awal saya memang memikirkan soal seberapa cocok  konsep teater yang biasa saya lakukan terhadap pemahaman konsep anak SMP. Tapi setelah melihat naskah lebih detail dan mengingat kembali pementasan terkait Rai Srimben yang pernah saya lakoni, saya menyadari naskah ini memang akan sangat mudah diterima. Jadi konsep secara umum saya anggap selesai. Tinggal menambahkan detail-detail, pemahaman keaktoran, vokal dan hal-hal dasar lainnya.

Kenapa Patung Bung Karno di Buleleng Menunjuk ke Timur? Jawabannya Bisa Puitis dan Bisa Logis

Di Tengah-tengah proses latihan, saat ada adegan membuat canang, salah seorang guru berkata

“Kalau jaman dulu, ngga gitu canangnya, Gus!”

“Gini bentuknya!”

Beliau mengucapkan hal tersebut sembari menunjukkan pada saya bagaimana bentuk canang yang dimaksud. Saat itu juga saya menyadari keterbatasan saya. Saya hidup bukan di masa Rai Srimben, sehingga pemahaman saya terhadap canang, banten, adat dan lain-lain tidak bisa dijadikan sumber utama.

Karena itulah, saya menyerahkan detail-detail artistik pada guru-guru yang lebih senior. Saya percaya pasti akan lebih baik dibanding saya merasa tau soal apa itu canang. Bahkan sampai ke hal sekecil soal bagaimana orang membawa penarek dan pajegan  pun mereka perhatikan. Saya tidak bisa lebih melebarkan senyum lagi. 

Banyak muncul detail-detail artistik lainnya yang saya yakin saya tidak akan kepikiran. Pabuan sebagai contoh. Dari yang diceritakan, pabuan biasanya digunakan sebagai penolak bala dan cukup diletakkan di depan tikar saja. Tentu detail artistik ini saya pakai. Keberuntungan lainnya adalah soal artistik-artistik yang memang perlu seorang anak Seni Rupa dan kebetulan di sekolah ini ada. Begitu pula dengan penyanyi, pemain gitar dan pelatih tari, semuanya ada. Maka sekarang tinggal konsep lebih detail.

Kembali pada naskah, saya merasa ada sekian detail-detail yang memang tidak tertulis di neben teks namun tertulis di dialog. Sebagai contoh, misalnya dalam dialog berkata “Di sini ribut”, logikanya tentu ada bunyi atau keributankan? Namun pada neben teks tidak tertulis apa-apa sama sekali. Karena itulah, saya harus cukup jeli pada detail-detail semacam ini dan saya dapatkan beberapa detail. Selain memperhatikan detail itu, saya juga kerap bertanya pada siswa-siswa apakah mereka paham apa yang mereka lakukan dalam beberapa adegan.

Saya tidak ingin membuat konsep yang bagi saya keren tapi tidak dipahami sama sekali oleh siswa-siswa. Adegan-adegan saya buat mudah dipahami, misalnya soal penanda bahwa waktu telah berlalu sekian tahun, bahwa mimpi bisa dibuat dengan cara yang saya tunjukkan. Begitu pula pada keaktoran, jangan terpaku pada nama dan umur tokoh karena tidak semua orang yang berumur sama bersifat dan berpostur sama.

Soal musik saya buat live musik karena saya memang ingin menjadikan pementasan ini pementasan yang memanfaatkan warga sekolahnya. Terlebih lagi dari panitia memang mengijinkan untuk musik live dan pemainnya yang penting dari kalangan sekolah (tidak harus siswa).

Soekarno Lahir dari Drama Cinta Jawa-Bali yang Romantis

Iya saya tau  musik yang paling umum dipakai untuk ini adalah musik gong. Tapi saya putuskan untuk memakai gitar yang mengikuti not gong. Soal ini, saya sempat diajari oleh senior saya perbedaan not Do Re Mi dengan not gong terletak pada satu not saja, jadi jika saya memainkan gitar dengan berusaha mengikuti not gong tersebut, berarti saya ‘memainkan’ gong bukan?

Demikianlah yang saya konsepkan pada pementasan ini. Soal siapa Ibu yang mengucapkan kata tersebut, apa detail-detail yang saya temukan, apa artistik yang perlu anak seni rupa untuk dibuat, bagaimana konsep dasar saya (mimpi, keaktoran dll) dan bagaimana gitar yang berusaha mengikuti not gong, baiknya disaksikan dan dilihat saja sendiri. Jika dilihat dari jadwal, saya dan warga SMP ini mendapatkan kesempatan pentas pada tanggal 28 Maret jam 20.20 malam. Maka saksikanlah jika ada pertanyaan dan rasa penasaran yang tertinggal di pembaca. Terima kasih, salam budaya.

Catatan Pemusik :

“Jangan Samakan Musik dalam Band dengan Musik dalam Teater”

Dalam dua bulan terakhir saya sebagai pemain gitar mendapatkan dua tawaran untuk mengiringi pementasan teater. Dalam pandangan saya sebagai seorang pemain gitar di sebuah band, saya kira mengiringi teater lebih mudah dari pada memainkan lagu dalam sebuah band. Dalam bayangan saya sendiri jika ingin membuat suasana sedih, ya saya carikan nada yang minor dan tempo yang lambat dan kalau ingin suasana bahagia, tinggal carikan not mayor.

Dan ternyata setelah memulai latihan bersama pemain dan sutradara, saya baru sadar tidak semua not atau nada bisa digunakan pada suasana tertentu di dalam suatu adegan. Musik dalam dalam band itu terpaku pada tempo,bar, dan variasi chord. Namun di dalam pementasan teater ternyata musik itu harus mengalah pada suasana dan emosional di suatu adegan. Disitu saya tersadar bahwa sebagai pengiring khususnya di pementasan teater, saya harus bisa menahan diri untuk mengikuti bagaimana arahan sutradara.

Pada tahun ini saya diberi  kesempatan untuk mengiringi teater SMP Negeri 1 Sukasada, yang merupakan sekolah saya dulu. Saya selalu bersedia untuk memberikan yang terbaik kepada sekolah saya ini, selama masih bisa melakukannya. Seni peran juga menjadi hal yang saya minati. Suatu kehormatan jika bisa berkontribusi dalam pementasan teater kali ini, bersama adik-adik siswa dan guru-guru juga.

Saya merasa tim teater SMP Negeri 1 Sukasada saat ini sangat solid dan terasa kebersamaannya. Berlatih dari nol sampai dengan saya sadar begitu cepat progres para siswa dalam memahami arahan sutradara sampai sekarang mereka sudah meresapi betul peran yang mereka lakonkan. Sebagai pemain musik saya berharap akan ada banyak kolaborasi antara teater dan musik, serta bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan antar pelaku seni.

Catatan Pemimpin Produksi


“Menikmati Riuh Melelahkan”

Perintah adalah perintah, keputusan mengikuti lomba teater adalah mutlak milik kepala sekolah. Saya tahu anak-anak disini kurang mau tampil, malu di atas panggung, dan berani hanya saat ramai di belakang. Pesimis itu realistis, tapi memutuskan untuk optimis adalah sebuah ide untuk menjaga nama sekolah tetap eksis.

Siang hari keputusan pimpinan saya ambil, sore hari saya rancang support system untuk meringankan beban besar ini. Bingung harus mencari sang ahli lakon dan panggung teater, bukan ranah saya untuk mengarahkan anak-anak berakting memerankan peran. Tak lama kemudian, muncul nama disarankan seorang teman. Saya hubungi…

            “…saya siap pak.”

            “…ini crew yang saya butuhkan.”

            “...ini properti yang kita butuhkan.”

Riuhnya dimulai, lelahnya tentu menunggu. Januari dimulai dengan merekrut anak-anak yang mau bergabung. Di luar dugaan, 50 anak bersedia menjadi bagian teater. Umpama membuat candi dalam semalam, teater yang tak pernah ada disini terpaksa ada dengan anak-anak yang tentu buta akting dan bagaimana cara blocking. Januari latihan mengenal apa itu teater, apa itu dialog, membaca naskah, gesture, ekspresi, dan sejuta istilah teater lain yang menyusahkan.

Februari harus terhenti sementara, pandemi jadi bagian saya tetap bisa memimpin produksi ini. Menghentikan total bukan pilihan saya setelah berbincang dengan sutradara. Anak-anak baru saja mulai kenal teater, baru mulai masuk ke naskah, baru mulai memahami bagaimana peran masing-masing. Februari, latihan menjadi direnggangkan. Beberapa kali mulai berani memainkan gelaran gladi yang tak pernah bersih, masih kotor disana-sini. Produksi banyak tekanan karena kemampuan anak-anak memang tidak semuanya seperti smartphone dengan spesifikasi level dewa, masih ada buffering dan crash data.

Maret keputusan lomba kami dapatkan memaksa lari kami lebih kencang dan lebih bertenaga. Latihan semakin rutin dengan penekanan pada setiap babak lakonnya. Tim produksi mulai bekerja dengan semangat. Tim kostum mencari pakaian entah di pelosok pulau ini, tim properti saya paksa membuat artistik yang realistis dan fantastis, original dengan bahan seadanya. Tim lampu dan bagian elektrik lainnya digenjot untuk mendukung apa yang menjadi keinginan sutradara. Tim konsumsi dan kerohanian yang tak henti membuat nyaman perut dan rohani saya.

Lelah yang terakumulasi di akhir bulan ini akan segera cair.

Benar, kami siap tampil dengan gaya realistis kami.

Sutradara berbuat maksimal dan total.

Semua tim bekerja sama untuk pementasan yang mengesankan.

Lalu, apakah melelahkan?. Ya tentu, produksi ini riuh. Banyak riak kecil di sekitarnya. Pikiran dan fisik pasti lelah. Tapi, apakah tidak bisa dinikmati?. Ya tentu, produksi ini nikmat. Saya bisa menyadari banyak pembelajaran di dalamnya. Bersama anak-anak dan orang dewasa di sekitar, saya yakin saya orang yang masih belum ada apa-apanya.

Ya sudahlah, riuh ini melelahkan, dinikmati saja. [T]

Tags: bulelengBung KarnoLomba Teater BulelengLomba Teater Kisah Ibunda Bung KarnoTaman Bung Karno BulelengTeater
Previous Post

Kadang di Belakang, di Depan Kadang-Kadang | Catatan Mahima March March March dari Layar Belakang

Next Post

Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

A.A.N. Anggara Surya

A.A.N. Anggara Surya

Pemain teater, menulis puisi dan cerpen. Tulisannya berupa ulasan pementasan teater sering dimuat di media massa. Kini sedang menempuh pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja.

Next Post
Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

Ikonografi Men Bajra yang Bertugas Mengundang Memedi

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co