31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mereka Menenun Zaman | Tentang Tenun Desa Jinengdalem dan Hal-hal yang Membuat Bimbang

Putu Dinda AyudiabyPutu Dinda Ayudia
March 11, 2022
inKhas
Mereka Menenun Zaman | Tentang Tenun Desa Jinengdalem dan Hal-hal yang Membuat Bimbang

Luh Sariani sedang merapikan beberapa benang tenunnya di Desa Jinengdalem, Buleleng {Foto: Dinda Ayudia]

Poni. Begitu panggilan akrabnya. Adalah seorang perempuan bernama lengkap Ketut Sriponi yang berasal dari Desa Jinengdalem, Kabupaten Buleleng, Bali. Disini mungkin belum nampak hal yang menjadikan seorang Ketut Sriponi istimewa. Namun nyatanya Ketut Sriponi adalah pemilik dari Poni’s Songket Weaving Centre, sebuah UMKM pusat kerajinan tenun di Desa Jinengdalem.

Hasil perjalanan beberapa waktu lalu membuahkan hasil perbincangan dengan Poni. Sekitar 1-3 km dari gapura masuk ke Desa Jinengdalem, kita akan melalui Pura Dalem Desa Jinengdalem, menyusuri jalanan yang menurun hingga sedikit berbatu. Awalnya cukup sulit untuk mencapai rumah Poni yang sekaligus juga menjadi galerinya, tapi dengan bermodalkan kemantapan hati sampai juga menemukan plang yang tergantung cukup jelas “Poni’s Songket”. Perbincangan malam itu cukup hangat, sambil tersenyum Poni mempersilahkan kami masuk ke showroomnya. mencari data mengenai usaha tenunnya, “Ya ibu sih selalu melayani kalau ada mahasiswa yang datang. Sering, kok”

Poni menjadi salah satu dari pengrajin tenun khas Jinengdalem yang masih eksis hingga sekarang. Sebagai seorang pengepul, Poni juga memiliki beberapa pengrajin tenun yang langsung mengerjakan dan mengalami sendiri proses pembuatan kain yang tak bisa dikatakan sebentar ini.

Salah satunya, Luh Sariani, seorang penenun dari Desa Jinengdalem yang telah menenun selama 10 tahun juga menyebut bahwa proses pembuatan selembar kain bisa memakan waktu 1-1,5 bulan tergantung pada tingkat kerumitannya dan jenis kainnya, “Lamanya kain tenun selesai bergantung juga dari ukurannya, kalau kamen (kain panjang) lebih lama, kalau selendang bisa lebih cepat”. Sembari berbincang santai, Luh Sariani juga menunjukkan kainnya yang masih seperempat jadi.

Baik Luh Sarini dan Poni keduanya masih bergairah dengan pekerjaan yang mereka lakoni dalam kesenian tenun. Kendati tenun menjadi kegiatan yang rumit dan menghabiskan banyak waktu serta tenaga, keduanya melihat bahwa dengan tenunlah hidup mereka bisa terus berlanjut, bahwa dari menenunlah mereka memperoleh pengupa jiwa.

Untuk mengenal lebih jauh mengenai budaya menenun songket, kita harus berjalan sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Singaraja menuju ke sebuah desa. Adalah Desa Jinengdalem yang menjadi tempat ibu-ibu ini mengenal dan meneruskan kerja tenun mereka.

Gambar 1. Kain yang sedang ditenun Luh Sariani

Jinengdalem memiliki sejarah panjang yang erat dengan perkembangan seni budaya, salah satunya kesenian tenun songket Jinengdalem. Tidak banyak saat ini yang bisa diulik mengenai sejarah lahir dan berkembangnya budaya tenun di desa ini karena minimnya penelitian budaya dan sumber tertulis tentang Jinengdalem. Namun, apabila bertanya pada masyarakat setempat dimana kita bisa melihat produk kain songket Jinengdalem, jawaban yang akan kita dapat adalah Poni’s Songket.

Sejak bertahun-tahun lalu kerajinan tenun songket Jinengdalem yang ditekuni oleh Ketut Sriponi dipandang telah menghasilkan jenis kain yang terkenal kualitas bahan, warna, dan motifnya yang sangat nyeni. Keterkenalannya tidak pula meredup walaupun saat ini telah banyak pengrajin muncul ke permukaan dan turut pula dalam percaturan industri fashion dan tekstil, ditambah hantaman pandemi Covid-19.

Sayangnya, dibalik glorifikasi seni tenun sebagai sebuah eksotisme budaya, kondisi kesenian tenun sendiri sekarang seperti lantunan dalam lagu Judika, putus atau terus. Terjadi kelesuan proses pewarisan pengetahuan tenun pada generasi muda di Jinengdalem.

Selain karena anak-anak muda yang sudah disibukkan dengan kegiatan sekolah, banyak dari mereka juga memilih untuk bekerja pada sektor industri yang lebih besar dengan anggapan memperoleh penghidupan yang lebih terjamin. Proses mempelajari seni tenun juga bukan kegiatan yang mudah dan cepat, proses belajar yang lama dan kompleks di dalam pola kehidupan yang serba instan juga menjadi faktor terputusnya rantai pewarisan pengetahuan budaya tenun.

***

Penulis mewawancarai Poni mengenai keberlangsungan kerjanya dalam bidang tenun dan pandangan tentang tenun saat ini di mata generasi muda.

  • Sejak kapan Ibu mulai berkecimpung di dunia tenun?

Ibu sudah menenun dari usia 11 tahun, saat itu keterampilan tenun ‘kan masih diwariskan secara turun-temurun dan saat itu masih bekerja bersama kakak.

  • Ceritanya sampai bisa mendirikan Poni’s Songket?

Dulu itu sebenarnya kesenian tenun di Jinengdalem sempat mati suri karena banyak ditinggalkan penenunnya. Kemudian di tahun 2011 ada pembinaan untuk UMKM tenun dari Garuda Indonesia. Dibina teknis-teknisnya sampai cara pencelupan benang, dsb lalu Garuda Indonesia juga memberikan modal awal untuk penghidupan UMKM tenun sebesar lima puluh juta. Sistemnya dengan kredit, saat itulah ibu gunakan kesempatannya untuk mendirikan Poni’s Songket.

  • Berapa penenun yang bekerja dengan Ibu?

Dulu di awal sekali hanya 4 orang, sekarang sudah mencapai 30 orang.

  • Apakah Ibu menenun jenis kain selain songket?

Saat ini masih kain songket saja.

Gambar 2. Luh Sariani sedang merapikan beberapa benang tenunnya
  • Motif-motif apa saja yang ada pada kain tenun yang Ibu produksi?

Ada motif jumputan, kangkungan dan kalau yang asli dari Buleleng dan sudah ada sejak lama ada motif patrasari, patrapunggel, sungenge, bunga anggur, dan bunga pot.

  • Apakah COVID memengaruhi keberlanjutan para penenun yang bekerja dengan Ibu?

Syukurnya pengrajin yang bekerja dengan Ibu masih bertahan. Permintaan-permintaan kain songket masih tetap ada juga.

  • Apakah ada acara tertentu yang biasa Ibu lakukan terkait usaha tenun ini?

Sering. Ibu sering mengikuti pameran dan mewakili Kabupaten Buleleng. Beberapa kali kain dari Ibu juga dipercaya dan digunakan oleh beberapa petinggi, salah satunya digunakan oleh bapak Presiden Joko Widodo, yang dipakai saat pidato di HUT PDIP tahun 2018.

Gambar 3. Beberapa kain yang ada di galeri Poni’s Songket
  • Sepengetahuan ibu, bagaimana minat generasi muda dalam melakoni pekerjaan tenun?

Ibu melihat sekarang generasi muda sudah semakin kecil minatnya ke dunia tenun, kami para penenun bertahan di usia tua seperti ini. Jika dilihat kedepannya paling yang muncul hanya beberapa saja dan tidak sebanyak dulu. Mungkin karena pengaruh terlalu asik dengan bermain handphone, ya? Hahaha. Padahal jika diseriusi, menenun dari rumah saja menjanjikan keuntungan yang tidak kalah dengan sektor industri. Akan tetapi kuncinya harus yakin dan telaten karena proses belajar hingga menenunnya memerlukan waktu yang lama. Sayang sekali ibu belum melihat minat seperti itu di generasi muda sekarang.

  • Kalau begitu terkhusus untuk usaha Ibu sendiri, apa yang dicita-citakan?

Berharapnya sih ya makin berkembang, hahaha. Mungkin kedepan bisa diteruskan oleh anak atau mungkin menantu. Supaya budaya tenun khas Jinengdalem juga tidak punah begitu saja.

***

Bagi Poni dan penenun lainnya, tenun adalah tentang budaya dan penghidupan. Bagi masyarakat, tenun adalah identitas. Identitas sendiri bukanlah suatu hal yang absolut, maka dari itu ia bisa terlepas kapan saja begitu praktiknya mulai ditinggalkan oleh para pelakunya. Sangat diperlukan adanya perubahan, namun pertama-tama perlu sekali penyadaran.

Terima kasih atas wawancaranya, Ibu Poni dan Ibu Sariani! [T]

Tags: balibulelengDesa Jinengdalemkain tenunKain Tenun Jinengdalemtenun
Previous Post

Ada Durian Emas di Desa Tajun | Yang Punya Pohonnya Bisa Hidup Sejahtera

Next Post

Hal-hal Sepele yang Sesungguhnya Hal-hal Penting dalam Berbisnis

Putu Dinda Ayudia

Putu Dinda Ayudia

Mahasiswa ilmu komunikasi tahun ketiga. Menyukai fenomena dengan isu perempuan, adat, serta pendidikan. Saat ini punya dua hobi: main sama kucing dan nonton anime.

Next Post
Hal-hal Sepele yang Sesungguhnya Hal-hal Penting dalam Berbisnis

Hal-hal Sepele yang Sesungguhnya Hal-hal Penting dalam Berbisnis

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co