1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membangun Diskusi dari Kisah-kisah Imajiner Desa Tani

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali ModernbyLomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern
January 30, 2022
inUlasan
Membangun Diskusi dari Kisah-kisah Imajiner Desa Tani

Sampul buku Mesaput Poleng di Tegal Pekak Dompu karya I Gusti Bagus Weda Sanjaya.

Oleh Wayan Esa Bhaskara

Sebuah sayembara selalu berhasil jadi motivasi pengarang untuk menulis. Begitu pula keberadaan Gerip Murip sebagai salah satu sayembara bagi pengarang sastra Bali modern. Dari sayembara ini, yang dimulai sejak 2017, bermunculan karya-karya berkualitas. Entah mengapa, sayembara, lomba, atau penghargaan sastra dalam konteks sastra Bali modern selalu memunculkan karya-karya bagus.

Bukan berarti karya yang diterbitkan secara mandiri tidak atau kurang berkualitas. Namun, keberadaan sayembara, lomba, atau penghargaan sastra telah melewati meja kurator yang tidak ada dalam penerbitan karya secara mandiri. Pada sisi lain, peran editor dalam penerbitan karya mandiri menurut saya kurang maksimal.

Pada sayembara Gerip Murip oleh Penerbit Pustaka Ekspresi tahun 2021, melahirkan muka baru dengan kumpulan cerpen bernas Punyan Kayu ane Mesaput Poleng di Tegal Pekak Dompu karya I Gusti Bagus Weda Sanjaya. Kumpulan cerpen ini cukup menarik perhatian saya. Mengambil judul panjang bukan satu-satunya daya tarik. Daya tarik berikutnya dari segi kisah-kisah pada 12 cerpen bergerak dengan napas-napas baru.

Melihat sudut pandang lain, keberadaan sayembara dan sejenisnya menjadi bumerang sebab inisiatif seseorang menulis hanya ketika ada sayembara atau lomba. Selain keberadaan sayembara, jika ditilik inisiatif menulis menurut Orwell dalam esainya Mengapa Saya Menulis (1946), ada empat motif seorang penulis menulis atau menerbitkan karyanya.

Pertama, sekadar sebagai egoisme, yaitu keinginan untuk tampak lebih pintar, populer, dikenang setelah dirinya meninggal, ataupun menempatkan diri pada kedewasaan semu. Dalam konteks ini, seseorang menulis bertujuan sekadar ingin membalas terhadap penghinaan-penghinaan atas kehidupan masa kecilnya.

Kedua, antusiasme estetis, yaitu keterpesonaan pada kata-kata. Persepsi atas keindahan dan hasrat ingin berbagi pengalaman yang dianggapnya cukup bernilai. Ketiga adalah impuls historis, yaitu mencari fakta-fakta sejati dan menyimpannya untuk keperluan pelacakan asal-usul. Keempat adalah menulis sebagai tujuan politis. Politis dalam makna yang sangat luas.

Mencermati semua cerpen yang termuat dalam kumpulan ini, tampak tujuan keempatlah yang mendekati. Tujuan keempat ini sebetulnya dipertegas oleh Suparno dan Yunus (2009), yang mengungkapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang penulis adalah menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan, dan membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan, dan nilai estetika.

Pada cerpen pertama, Ujan Ai di Desa Kawiswara sudah melecut kepala pembaca dengan metafora kuning dan merah. Jika pembaca adalah warga Tabanan, yang juga kota kelahiran IGB Weda, pasti merasa sangat dekat dan terwakilkan oleh kisah tersebut. Atau bisa jadi, pembaca yang lahir pada era sebelum reformasi pun sangat menyukai kisah dalam cerpen ini. Melalui cerpen ini, terlihat representasi ideologi sosial sekaligus ideologi penulisnya yang dihadirkan sebagai bentuk kritik terhadap tatanan sosial.

Cerpen berikutnya, Putu Leser Uli Cenik Tuara Bisa Nyledet bagi saya adalah contoh anekdot yang sering kita temukan di sekitar. Kembali, IGB Weda menempatkan cerpennya sebagai media kritik terhadap budaya korup. Formula yang digunakan dalam cerpen ini cukup jarang dieksekusi oleh penulis lain. Keberadaan kritik dalam cerpen-cerpen berbahasa Bali selama ini hanya selintas lalu atau tersirat dan tidak dibangun sejak awal cerita.

Tokoh Putu Leser adalah cermin orang jujur. Dalam cerpen, ia dikisahkan dikelilingi oleh orang-orang yang bertolak belakang dengan dirinya. Inilah musabab goyahnya pendirian Putu Leser. Dicerminkan oleh pikiran tokoh, Ningeh pabesen uli panglingsir tiange ajaka dadua, nyingakin angka telungatus yuta di buku rekening desane, nadak nyledet keneh tiange…. Uli sukat ento tiang bisa nyledet (12).

Sepanjang pembacaan saya terhadap cerpen berbahasa Bali, formula yang paling digemari penulis melalui tema sosio-kultural di Bali. Persinggungan antara mempertahankan tradisi dan menjalani modernisasi yang identik dengan segala kemudahan menjadi adonan yang paling gampang ditemukan. Biasanya pengarang menyampaikan kritik sosial, pesan moral, serta kegelisahannya pada praktik sosio-kultural Bali melalui tokoh-tokohnya. Beberapa penulis yang membuat tema ini tidak jenuh ialah I Made Sugianto dan Putu Supartika. Dua pengarang yang menurut saya sangat lihai merajut alur dengan variatif dan tentu saja ciri khas ending yang ciamik dari kedua penulis.

Kali ini saya menemukan kesan sama pada cerpen Punyan Kayu ane Mesaput Poleng di Tegal Pekak Dompu yang juga dipilih sebagai judul kumpulan ini. Isu alih fungsi lahan dipadukan dengan lokalitas tentang saput poleng adalah pilihan cerdas. Betapa pengarang paham bahwa masyarakat terlalu khusuk pada simbol-simbol, di sisi lain ada sebagian dari kita yang begitu takut kepada simbol. Begitulah saput poleng ditempatkan dalam cerpen ini.

Cerpen Memen Tiang Demen Mamitra tidak saja menarik karena mengangkat isu perselingkuhan. Dalam cerpen ini, penulis mengajak pembaca memaknai bahwa kesetaraan akan bisa terjadi jika kedua belah pihak memiliki upaya yang sama. Dalam konteks selingkuh, laki-laki atau perempuan bisa sama-sama menjadi pelaku. Sebaliknya, laki-laki atau perempuan bisa juga menjadi korban.

Kritik pada cerpen ini disampaikan dengan bahasa yang lugas tanpa kesan untuk canggung melakukan oto-kritik pada masyarakat. Mengingat masyarakat kita masih kukuh pada pijakan bahwa dalam perselingkuhan sebab musababnya adalah dari pihak istri. Cerpen Memen Tiang Demen Mamitra ini memiliki daya ledak yang baik dan cukup berhasil mengaduk psikologis pembaca.

Persoalan terkait relasi laki-laki dan perempuan menjadi pilihan paling digemari oleh penulis cerpen berbahasa Bali. Kelemahan yang sering ditemui adalah terkait tema yang berkutat pada kisah cinta pacaran. Lalu apakah cerpen IGB Weda ini menyalahi norma masyarakat yang menempatkan bahwa pelaku perselingkuhan adalah perempuan? Jawabannya tentu keberadaan realitas dalam cerpen tersebut. Mengingat dalam karya sastra tedapat produksi dan reproduksi makna.

Latar agraris menjadi menu menarik pula untuk dinikmati dalam beberapa cerpen. Selain cerpen Ujan Ai di Desa Kawiswara, ada cerpen Made Yasa Padidi Dadi Petani di Desa. Kisah-kisah tentang desa tani atau desa agraris memang bukan hal baru dalam cerpen-cerpen berbahasa Bali. Kembali ditulis dan pentingnya kisah-kisah ini, terlepas dari nyata atau imajiner, tetap menarik untuk dibaca pada zaman modern seperti saat ini.

Cerpen-cerpen seperti ini sangat mungkin mengajak pembaca ke masa lalu. Bayangkan saja ketika cerpen ini kembali dibaca pada puluhan tahun mendatang, oleh generasi berikutnya, bisa jadi kosa kata seperti numbeg, ngurit, malasah, dan nandur menjadi arkais. Sama seperti para tokoh-tokohnya yang seakan-akan hadir dari masa lalu.

Getir memang, sebab profesi petani tidak lebih diminati daripada dokter atau pegawai negeri. Aklesit nu ada masi di bucun keneh tiange, geginane dadi petani, memacul bilang wai ento tuah geginan ane tuara nganutin jaman. Tusing pesan ngangobin yen sambatang (hlm. 29). Kutipan dari pemikiran tokoh yang menggugah pemikiran dan menyentuh perasaan. Karena sastra adalah produk sosial, cerpen adalah salah satu bentuk teks sastra, maka inilah cermin masyarakat kita hari ini.

Cerpen yang suasananya agak berbeda ada pada cerpen Perang Leak. Cerpen ini mengisahkan kegemaran seseorang yang menonton perang leak. Cerpen dengan tema leak tentu sudah banyak ada. Tawaran baru yang diberikan ialah pada pemilihan sudut pandang penceritaan kisah remeh temeh, namun merupakan realitas sebagian masyarakat kita yang biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu seperti misalnya saat malam Nyepi. Cerpen dengan tema semacam ini akan sangat mudah diterima karena menggambarkan praksis masyarakat. Cerpen ini tidak memberikan suasana magis layaknya cerpen-cerpen lain dengan tema serupa. Ini disebabkan oleh ending cerpen yang diramu dengan humor. Formula ending yang sama dipakai lagi pada cerpen Juru Peleng. Cerpen dengan suasana magis malah saya dapatkan pada cerpen Kerauhan. Suasana magis tergambar dari narasi penggambaran latar pada awal-awal cerpen.

Asep dupa sane ngalub nusdus irung, tetabuhan saking sekaa gong sane ngalanturang ayah, lan kekidungan sane kalanturang ring coronge, ngawi cihna pujawaline sedeng kamargiang. Minab para dewata sami sampun sayaga jaga rauh saha macacingak ring kahyangan sane nedeng kapujawali (hlm. 62).

Suasana magis berikutnya saya temukan pada cerpen Soca Ulunangen. Pada kutipan berikut, Saking putih genahe jimbar, marawat raris pawakan I Dadong, mabusana sarwa putih. Malih sayan resik kantenang titiang, lan sayan miik adek titiang, sakewanten tan prasida titiang ngawedalang baos nang asiki (hlm. 70).

Mozaik cerita dengan beragam topik dipayungi oleh tema sosio-kultural Bali. Yang kemudian menjadi kekuatan adalah cara pengisahan pada cerpen-cerpen tersebut. Ada penebalan pada otokritik, formulasi pada ending, dan tentu mencoba pengisahan absurd dengan keberadaan tokoh yang bukan manusia.

Dalam tulisan ini, saya tidak mengatakan kumpulan cerpen Punyan Kayu ane Mesaput Poleng di Tegal Pekak Dompu karya I Gusti Bagus Weda Sanjaya adalah karya tanpa cela. Setidaknya, tempat yang telah diperoleh sebagai jayanti pada wimbakara Gerip Maurip bisa jadi indikator. Satu hal yang saya garisbawahi adalah cerpen-cerpen dalam kumpulan ini berpotensi memantik diskusi. Ini menarik, sebab sebagian penulis cerpen berbahasa Bali sudah cukup puas ketika karyanya hanya dibaca dan cukup sukses sampai pada frasa menghibur pembaca.

Memang bukan tugas penulis untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu salah juga ketika penulis dibebankan pada kewajiban semacam itu. Sebab ketika sudah di tangan pembaca, sebuah karya akan bebas diinterpretasikan. Tapi bagi saya, sudah saatnya sastra Bali mulai menapak pada membangun critical thingking pembaca. Peran ini hendaknya ditumbuhkan di ruang-ruang kelas. Sebagai seorang guru cum penulis, I Gusti Bagus Weda Sanjaya tidak membebankan tujuan khusus pada karya-karyanya. Namun, dalam perjalanannya karya-karyanya sendiri yang membentuk dan menemukan arah pembacaan.[T]

_____

_____

Tags: Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modernsastrasastra bali modern
Previous Post

Tubuh “Aktor Amatir”

Next Post

Pembelajaran Gamelan Selonding Berbasis Aplikasi Android

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern

Lomba Esai Timbang Buku Sastra Bali Modern 2021 diselenggarakan oleh www.suarasakingbali.com untuk memeriahkan HUT-nya yang kelima

Next Post
Pembelajaran Gamelan Selonding Berbasis Aplikasi Android

Pembelajaran Gamelan Selonding Berbasis Aplikasi Android

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co