Jika berkunjung ke desa-desa di wilayah Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, Anda akan menemukan kuliner tradisional yang sudah menjadi semacam sajian yang wajib kepada tamu atau untuk dinikmati sehari-hari.
Ya, wilayah Tejakula memang terkenal dengan menu mengguh. Namun tak banyak yang tahu bahwa setiap desa di wilayah itu memiliki versi mengguh masing-masing yang beda-beda.
Di Desa Les misalnya, mengguh bukan sekadar sajian sesaat tapi sudah menjadi semacam tradisi. Bayangkan saja, mulai di pasar desa setiap pagi, sampai di pelosok gang kecil dan sudut dusun, serta pinggir pantai dan jalan bisa dijumpai pedagang mengguh.
Apa itu mengguh di Desa Les?
Mengguh adalah perpaduan antara beras yang dimasak (dijadikan bubur) ditambahkan dengan sedikit kunyit sehingga memberi efek warna kuning dan berkuah dengan paduan bumbu bali yang diulek. Hampir setiap orang di setiap rumah tangga bisa membuat makanan wajib segala musim ini.
Dengan satu gelas beras saja, beberapa siung bawang putih, jahe, kencur, cabai, sedikit irisan kulit jeruk limo, garam laut secukupnya, mengguh sudah bisa dinikmati oleh satu keluarga (empat orang). Di Desa Les, mengguh sering sekali disajikan sebagai makanan pembuka sekaligus penutup pada hajatan dan kumpul keluarga atau kumpul-kumpul komunitas.
Yang paling menjadi ciri khas dari mengguh Desa Les ini adalah bubur matang yang berkuah dan sudah dicampur bumbu akan ditambahkan dengan topping sayur-sayuran. Sayur seperti kacang panjang, kedongkol, bayam, taoge akan dicampur dengan bumbu kacang yang sudah diulek halus.
Dihidangkan saat masih hangat adalah saat terbaik menikmati makanan ini bersama kerupuk beras dan sepotong tahu. Uniknya, kebiasaan orang Desa Les yang menyebut mengguh “mata katak” adalah mengguh dengan level kematangan terbaik.
Mata katak yang melotot, diumpamakan sebagai kondisi dimana beras dihangatkan bersama bumbu hampir menyerupai bentuk mata si katak. Tentunya itu hanya ungkapan, tetapi memang begitulah umumnya mengguh yang paling dicari, karena tidak terlalu mentah namun tidak terlalu lembek.
Untuk menambah rasa, secara umum mengguh ditambahkan dengan daging ikan dan kuah pindang. Jadilah ini makanan komplit, pembuka sekaligus penutup. Sampai ada yang beranggapan apapun minumannya, makanannya ya mengguh. [T]