Ada tiga garapan seni yang menyedot perhatian penikmat seni di ajang Denpasar Festival (Denpest) 2021. Yakni “Rentet” sebuah komposisi musik Selonding, serta Damar Kurung dan Rejang Amustikarana yang meruapakan dua koreografi tari. Meski selonding atau rejang sudah dikenal banyak orang, tapi garapan seni di Pelataran Pasar Badung, Jumat, 17 Desember 2021 malam itu terkesan baru, apik dan tak hilang kesan klasik.
Garapn itu diepersembahkan Ebano Bali, sebuah sekaa seni yang masih belia di Kota Denpasar. Garapan itu dipersembahkan serangkaian Denpasar Festival (Denfes) ke-14 di Pelataran Pasar Badung, Jumat (17/12).
Sekaa Ebano Bali yang beralamat di Jalan Narakusuma 54 Banjar Sebudi, Desa Tanjung Bungkak, Denpasar itu tampil penuh ekspresif dalam ajang tahunan yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar itu.
Tiga sajian seni yang didukung anak-anak muda dari Banjar Bengkel Denpasar ini mengolah ide-ide kreatif dengan menggunakan gamelan Selonding dengan memainkan nada-nada kekinian. Hal itu diwujudkan dalam Tabuh Rentet, sebuah karya musik yang terdengar indah di telinga.
Komposisi musik ini disusun berdasarkan sudut pandang seorang penata yang mencermati gending-gending klasik, seperti di Desa Tenganan, Karangasem. Komposisi ini dimainkan menggunakan saih sadi dengan teknik permainan ngucek.
Rudy Artana selaku komposer menyebut Rentet itu memiliki makna rentetan, yaitu suatu yang berurutan dan memiliki keterkaitan. Kata rentet digunakan berpijak pada formulasi gending yang disusun berdasarkan urutan nada rendah menuju nada tinggi.
Penampilan yang kedua, menyajikan Tari Rejang Amustikarana. Dua gadis dengan busana bernuansa putih itu menyajikan gerak-gerak tari yang polos, namun memiliki makna yang sangat dalam. Tayungan, gerak tangan dan komposisi penari yang sangat sederhana memiliki simbol-simbol dalam menjaga keagungan alam.
Amustikarana merupakan sebuah sikap ketika melakukan Puja Tri Sandya. Bagaimana proses masyarakat Hindu Bali dalam melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa harus fokus dan seimbang. Dua penari itu juga lambing dari sikap amustikarana.
Semua itu menggunakan rasa bukan pikiran, seperti sikap amustikarana. Tangan kanan dan kiri ditaruh di ulu hati dan ibu jari menuju keatas. Sejalan dengan teknik permainan gamelan selonding, tangan kiri dan kanan harus seimbang, memiliki porsi yang sama dalam memainkan instrumen.
Para penari memakai busana yang sederhana, namun terkesan sangat indah dan klasik. Penari menggunakan baju putih dan kain putih, di bagian badan dibalut kain cagcag Nusa Penida dikombinasi songket benang khas Klungkung. Gelungannya terinspirasi dari Gelungan Tari Baris kombinasi dengan Gelungan Rejang khas Karangasem. Tari ini ditata Mang Mus dan Hadi Mulyawan sebagai penata iringan.
Diakhir pertunjukannya, Ebano Bali menampilkan Tari Damar Kurung yang dibawakan seorang penari wanita dengan karakter yang sangat kuat. Tari ini, menggambarkan sebuah kebebasan yang sangat penting untuk perkembangan peradaban.
Namun, dalam bersosial harus memiliki batasan tertentu. Penata tari, yakni Mang Mus dan Rudy Artana sebagai penata iringan memvisualkan damar kurung kedalam bentuk karya tari tunggal. Dari perspektif musik, karya ini dibuat berdasarkan eksplorasi penata terhadap harmoni. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat pada sebuah eksprimen menghasilkan suara-suara baru dari gamelan selonding.
Memang sangat indah, sehingga komposisi musik baru yang menggunakan media ungkap gamelan selonding ini dapat lebih berkembang kedepannya. Apalagi, digarap lebih spesifik menggunakan ide, tema dan kepentingan musik itu sendiri, pasti menjadi sajian seni yang sangat beda.
Lebih menarik lagi, Tari Damar Kurung yang digarap Koreografer Mang Mus dan Komposer Rudy Artana itu dipadu dengan peresmian Patung Ratu Mas Melanting karya dari Putu Marmar Herayukti dan Patung Sang Kala Tri Semaya karya I Nyoman Gede Sentana Putra (Kedux) oleh Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara dan Wakil Walikota I Kadek Agus Arya Wibawa.
Artinya, Tari Damar Kurung persembahan pamungkas Sekaa Ebano Bali itu dielaborasi dengan acara peresmian patung sebagai mascot di Pasar Badung itu. “Kami sangat senang dan bangga mendapat kesempatan turut mendukung program Pemkot Denpasar ini,” ucap Pendiri Ebano Bali sekaligus penanggung jawab, I Ketut Kertyasa atau akrab disapa Tut Ker.
Tu Ker, pria yang merupakan alumnus STSI (kini ISI) Denpasar mengatakan, semula Tari Damar Kurung tarian tunggal yang menggambarkan kebebasan sangat penting untuk perkembangan peradaban. Pada saat gladi, sehari sebelumnya ternyata disaksikan oleh Walikota Jaya Negara yang kemudian mengkolaborasikan tari itu sebagai bagian dari upacara peresmuan Patung Ratu Mas Melanting yang ada di Pasar Badung.
“Kami tidak menyangka, Walikota memantau ketika Ebano Bali gladi. Saat itu, beliau memanggil Marmar dan Marmar kemudian menghubungi Anak Agung Gede Agung Rahma Putra untuk mengelaborasi garapan sesuai dengan kebutuhan peresmian,” terangnya.
Atas ide Walikota Jaya Negara, Tari Damar Kurung menjadi lebih manis dan sesuai dengan tema yang diangkat saat itu. Marmar yang menterjemahkan ide tersebut, lalu Gung De Rahma yang mengeksekusi melalui penataan kostum. Hiasan kepala yang semu berbentuk karawista, kemudian dikresaikan menjadi berbentuk hiasan janur yang sangat menarik yang sesuai dengan hiasan kepala pada patung Ratu Mas Melanting.
“Kami sangat senang dengan ide Walikota, sehingga garapan menjadi lebih baik. Kami sekaa yang masih baru dapat berkolaborasi dengan Marmar, pembuat patung ogoh-ogoh terkenal dan Gung Gede Rahma Putra merupakan seorang koreografer & pendiri Yayasan Pancer Langit,” ucapnya penuh syukur.
Tut Ker mengaku senang dengan penampilan seni ini. Ebano Bali yang berawal dari menjual fashion aksesoris kepada para wiatawan itu, kini ikut melestarikan kesenian dan memfasilitasi para seniman muda untuk berkreatifitas.
Aktivitas berkesenian, memang bukan kali pertama baginya. Sebab, sebelum itu pria lincah yang berprofesi sebagai pengusaha ini juga aktif dalam berkesenian. Ia sempat mendidikan dramatari arja, dan seni lainnya. “Di masa pandemi ini, menjadi moment untuk melestarikan kesenian melalui pembinaan dan pelatihan terhadap generasi muda. Kalau penasaran, bisa saksikan melalui You Tube Kreativi Denpasar & MaxStream,” sebut pengusaha muda ini bersemangat. [T/*]