Komunitas Jurnalis Buleleng (KJB) memberikan penghargaan, KJB Award, kepada dr. Putu Arya Nugraha. Ia diberi penghargaan tentu bukan karena ia menjadi Direktur Utama RSUD Buleleng meski sebagai dirut ia juga punya prestasi.
Dokter Arya diganjar KJB Award karena ia selalu menjawab setiap pertanyaan wartawan tentang apa pun yang berkaitan dengan persoalan pelayanan kesehatan, terutama tentang persoalan rumah sakit yang dipimpinnya. Ia bisa ditanyai lewat WA, bisa juga diajak ngobrol panjang lebar.
Ketua KJB Ketut Wiratmaja saat menyerahkan KJB Award dalam acara Refleksi Akhir Tahun di Rumjab Bupati Buleleng, Jumat, 17 Desember 2021, mengatakan bahwa sesibuk apa pun Dokter Arya selalu menjawab setiap WA aatu telepon wartawan, dan selalu mau menemui wartawan di mana pun.
“Beliau bangun jam empat pagi, lalu keliling rumah sakit. Nah, pada saat seperti itu pun beliau tetap menjawab jika kami para wartawan mengiriminya pesan WA. Kalau beliau benar-benar sibuk, misalnya saat operasi, beliau akan meminta waktu untuk dihubungi pada jam berikutnya,” kata Wiratmaja.
Tentu saja bukan semata-mata ia menjawab setiap pertanyaan wartawan sehingga ia diganjar KJB Award. Dokter Arya juga dikenal sebagai penulis esai tentang dunia kesehatan di media sosial, media massa online, dan menulis buku tentang kesehatan plus tentang kehidupan manusia, dan menjadi pembicara yang menyenangkan dalam setiap diskusi serta seminar-seminar.
Artinya, sebagai penulis dan pembicara yang mengasyikkan, Dokter Arya bukan hanya menjawab pertanyaan wartawan, melainkan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan warga umum yang mungkin tak sempat ditanyakan wartawan.
dr. Putu Arya Nugraha adalah seorang dokter ahli penyakit dalam. Lahir di Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng, 1 Juni 1975, menyelesaikan S1 Kedokteran tahun 2000 dan ahli penyakit dalam tahun 2011.
Mengikuti berbagai kongres internasional ilmu penyakit dalam di Melbourne, Osaka dan Berlin. Tulisan-tulisannya berupa opini pernah dimuat di tatkala.co, harian Denpasar Pos, Bali Post dan Jawa Pos. Meraih juara 1 lomba penulisan esai yang diselenggarakan IDI wilayah Bali tahun 2016.
Untuk urusan menulis, ia punya teknik yang khas, sehingga tema yang berurusan denga soal-soal medis pun jadi terdengar lucu dan ringan. Tentu saja, karena ia belajar banyak dari penulis bagus yang dikaguminya, seperti Pramudya Ananta Toer, YB Mangunwijaya dan Gunawan Muhammad.
Dalam kegiatan kemanusiaan, penulis adalah pendiri Yayasan Sesama Singaraja yang mengemban visi melayani sesama dengan semangat pluralisme. Yayasan ini membantu masyarakat kurang mampu terutama dalam bidang medis dan aktif mengampanyekan semangat toleransi terhadap kebinekaan.
Dua buku yang sudah diterbitkan Mahima Institute Indonesia adalah “Merayakan Ingatan – Catatan Seorang Dokter: Dari Bali Melanglang di Pedalaman Kalimantan” (2019) dan “Obat Bagi Yang Sehat: Kisah-kisah Konyol Ala Dokter” (2019) dan Filosofi Sehat (2020). Kini ia sedang menyiapkan buku baru yang ulasannya masih terkait dengan filosofi kesehatan.
Lalu, bagaimana tanggapan Dokter Arya saat menerima KJB Award?
“Saya tentu senang. Penghargaan ini diberikan kepada saya atas apa yang memang wajib saya lakukan sehari-hari. Saya menjaga hubungan baik agar informasi sampai ke masyarakat dengan baik. Justru saya merasa terbantu oleh wartawan. Apalagi saya bekerja pada institusi pemerintah, yakni rumah sakit yang multipersepsi. Melalui media kami bisa memberikan apa yang menjadi persepsi kami untuk menyeimbangkan dengan apa yang menjadi persepsi masyarakat,” katanya.
Selamat, Dok. [T][Ole]