13 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca Danarto dengan Segala Imajinasinya | Catatan Diskusi Semenjana

Lingkar Studi Sastra DenpasarbyLingkar Studi Sastra Denpasar
November 9, 2021
inEsai
Membaca Danarto dengan Segala Imajinasinya | Catatan Diskusi Semenjana

Danarto

Memilih membaca karya-karya Danarto adalah jalan untuk mengenal lebih dekat dengan penulisnya. Danarto adalah seorang yang mampu menyuguhkan cerita dengan berbagai tema, situasi, waktu, kejadian, hingga berbagai tokoh. Dalam buku yang berjudul “Proses Kreatif-Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang Jilid 1”, Danarto menyebutkan bahwa menulis selalu ada kaitannya dengan ruang dan waktu.

Cerpen-cerpennya seolah menggiring pembaca untuk ikut lebur di dalamnya. Membacanya adalah upaya untuk menyelami pengalaman hidup yang telah dilalui oleh Danarto. Cerita yang dibangun olehnya pun sangat dekat dengan pembaca, itu karena memang sebagian besar karya-karyanya berangkat dari apa yang ia alami.

Lingkat Studi Sastra Denpasar memilih Danarto sebagai bahan diskusi Semenjana (Seri Membincang Jalan Ninja) edisi bulan Oktober 2021. Diskusi ini mencoba membicarakan cerpen-cerpennya, sekaligus mendedah proses kreatifnya yang dilakukan dengan membaca beberapa karyanya maupun sumber lain yang dirasa mewakili. Adapun cerpen-cerpen yang didiskusikan, yaitu: Bengawan Solo, Macan Lapar, dan Telaga Angsa.

Interpretasi Budaya dalam Karya Danarto

Dalam tulisannya yang dikutip di buku “Proses Kreatif-Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang Jilid 1”, Danarto mengatakan bahwa dirinya adalah penulis yang tidak pernah terikat oleh tempat. Ia hanya menulis segala sesuatu yang ada kaitannya dengan jelmaan ruang-waktu tersebut.

Berangkat dari hal tersebut, ia merasa memiliki ikatan yang kuat dengan kata, kalimat, hingga irama dan tempo membaca pun dipikirkan. Keluwesannya itu membawanya kepada banyak kejadian yang bisa dituangkan lewat cerpennya. Budaya menjadi topik utama yang kerap kali ditonjolkan Danarto dalam cerpen-cerpennya.

Tiga cerpen yang didiskusikan pun mengeksplorasi budaya. Membicarakan budaya adalah membicarakan kebiasaan. Budaya kerap kali disuguhkan dengan cara yang serius. Tapi, Danarto mampu menyuguhkannya dengan cara yang ringan, namun tetap sarat akan pesan moral di dalamnya. Seperti pada kutipan-kutipan berikut :

“Kiai Kintir alias Kiai Hanyut adalah kiai-tak seorang pun tahu nama aslinya-yang punya kebiasaan menghanyutkan tubuhnya di Bengawan Solo. Itulah jalan spiritualnya.” -Bengawan Solo

“Eko menyarankan supaya John menikah dengan gadis Solo saja. Di samping gemi, nastiti, ngati-ati (irit, terperinci, berhati-hati), putri Solo gaya berjalannya persis macan lapar yang bisa membekukan waktu.” – Macan Lapar

“Saya setuju, Eyang. Cobalah nikmati tari bedoyo. Dalam dandanan kebaya pinjungan, menyembulkan semburat merah jambu gunung kembar yang menjenguk lewat dada yang lebar terbuka. Para pujangga menyebutnya “Glatik Nginguk” artinya “Burung Gelatik yang Menjenguk” yang membuat dada para raja dan pangeran “maksir”, tergetar. Mendorong keanggunan Sembilan penari yang gemulai dalam balutan kain yang ketat. Dalam balet, seorang penari harus lebar-lebar merentangkan kakinya supaya bisa terbang, sedang dalam bedoyo para penari bahkan untuk berjalan biasa saja, cukup sulit, itulah keunikan tiap tradisi yang mewariskan budaya dunia. Suatu dakwah keindahan tiada tara.” – Telaga Angsa

Tiga kutipan dari tiga cerpen di atas menjadi penguat bahwa dalam karyanya, Danarto memang memiliki ketertarikan yang mendalam soal budaya. Seperti yang ia katakan bahwa saat dirinya memasuki suatu ruang, berdinding atau tidak, terjadilah perubahan di dalam dirinya. Suatu transformasi dan metamorfosa yang berkaitan dengan ruang tersebut—dan ruang tersebut tidak bisa dilepaskan dari yang namanya budaya. Tiga cerpennya pun seolah menegaskan bahwa Danarto mampu membawa konflik cerita dengan berbagai metode.

Cerpen Telaga Angsa, misalnya. Dimulai dengan menghadirkan suasana santai di mana banyak tokoh yang dihadirkan penulis menikmati suasana minum wine setelah pertunjukan. Cerita sedikit tidaknya berubah dengan percakapan satu keluarga dengan dua sudut pandang yang berbeda.

Dalam cerpen ini, Danarto mencoba menyuguhkan perdebatan yang sering kali terjadi di tengah masyarakat, bahkan di tengah keluarga sekali pun. Cara ini tampak berhasil mengundang kegeraman dan senyum pembaca dalam waktu bersamaan—hal tersebut tentu berhasil dihadirkan oleh Danarto melalui tokoh Kakek Zahra yang memiliki pemikiran yang cukup konservatif.

Ihwal Perempuan dalam Karya Danarto

Dalam sastra Indonesia, menjadikan perempuan sebagai topik atau bahkan pelengkap karya bukanlah hal baru, termasuk di dalam karya-karya yang dilahirkan oleh Danarto. Perempuan kerap kali menjadi objek dalam tiap karya sastra. Citra perempuan yang ditampilkan dalam karya sastra pun cenderung mengobjektifikasi perempuan, mulai dari fisik, kebiasaan, hingga menempatkan perempuan hanya pada peran-peran domestik saja. Hal itu juga terlihat dalam cerpen Telaga Angsa, seperti pada kutipan berikut :

“Meski Cuma berjalan di dalam rumahnya, gaya berjalan Putri Solo tetap persis macan lapar. Sehingga Putri Solo jauh lebih gandes, luwes, kewes, dan sensuous.”

“Mendadak muncul seorang gadis yang berpakaian lengkap mengesankan seorang penari. Kami terperangah melihat gaya jalannya yang Macan Lapar. Ketika pinggul kanan mencuat ke samping, pundak kanan tertarik ke belakang, sedang pundak kiri mencuat ke depan. Begitu bergantian. Sungguh cara berjalan yang menggetarkan.”

Pembaca diajak menyoroti perempuan lebih kepada fisik dan kebiasaannya, dalam hal ini cara berjalan seorang perempuan Solo. Penggambaran Danarto terhadap perempuan yang dikejar hanya karena kebiasaan yang seolah-olah hanya dimiliki perempuan tersebut melanggengkan steorotipe perempuan dalam kehidupan sastra di Indonesia. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Y.B. Mangunwijaya, “Perempuan adalah bumi, yang menumbuhkan padi dan singkong, tetapi juga yang akhirnya memeluk jenazah-jenazah manusia yang pernah dikandungnya dan disusuinya.”.

Ruang-Waktu Jelmaan Danarto

Dimensi cerita yang tidak jauh dari keseharian menjadi senjata di setiap tulisan Danarto. Pembaca dapat dengan mudah memahami jalan cerita yang disuguhkan dalam cerpen-cerpennya, lengkap dengan pesan moralnya. Kebiasaannya membuat sketsa—sebuah gambar corat-coret yang menjadi tempat di mana para tokoh yang diciptakannya akan bermunculan dan memainkan perannya.

Menurut Sapardi, Danarto adalah penulis yang tidak peduli pada karakteristik, plot, dan latar. Ceritanya mengalir begitu saja. Ia juga menyebutkan bahwa cerpen-cerpen Danarto seakan-akan lahir dalam suatu keadaan ‘trance’—bukan karena suatu proses kesadaran penuh, di mana penulis menguasai benar dirinya dan tahu ke mana dia akan pergi. Sehingga sangat wajar ketika cerpen-cerpennya memberi banyak hal baru dibanding cerpen-cerpen yang sudah ada sebelumnya.

Dialog-dialog yang dihadirkan oleh Danarto dalam cerpen-cerpennya pun selalu menyiratkan pesan-pesan moral. Hal ini tentu meringankan kerja narator dalam satu cerita. Penggunaan diksi keseharian, cenderung menyesuaikan dengan latar tempat pun memberikan petunjuk pada pembaca, pada kondisi dan situasi seperti apa sang penulis melahirkan karyanya.

Melalui karya-karyanya, Danarto seolah memberi tamparan kepada penulis-penulis muda yang belakangan cenderung mencari inspirasi yang berada jauh dari sekitarnya—karena sejatinya, karya-karya dapat dilahirkan dari peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar kita dengan menambahkan sedikit bumbu lewat daya imajinasi kita.

Lewat karyanya pula, Danarto memberikan pesan tersirat bahwa untuk berkarya tidak perlu mengkhawatirkan bagus tidaknya sebuah karya, karena sejelek apapun karya yang dihasilkan, paling tidak rayap pun masih bersedia untuk membacanya. [T]

  • Penulis: Teddy Chrisprimanata Putra

BACA JUGA:

Meneropong Hamsad Rangkuti dari Pusaran Kota Denpasar | Catatan Diskusi Semenjana
Meneropong Hamsad Rangkuti dari Pusaran Kota Denpasar | Catatan Diskusi Semenjana

Tags: CerpenDanartosastra
Previous Post

Belajar “Akting Buruk” dari Pentas “Hal-19: Bali” Kalanari Theatre Movement

Next Post

Poskesdes Desa Tembok Raih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik

Lingkar Studi Sastra Denpasar

Lingkar Studi Sastra Denpasar

Lingkar Studi Sastra Denpasar (LSD) adalah sebuah kelompok belajar yang meneropong sebagian kecil dari lanskap besar Sastra Indonesia. Temui mereka di Instagram: @lingkarstudisastra.dps

Next Post
Poskesdes Desa Tembok Raih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik

Poskesdes Desa Tembok Raih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co