TRADISI KEWAKTUAN Bali memberi perhatian dan makna istimewa kepada hari Buda (Rabu/Wednes-day), sehingga ada momentum jeda khusus manakala Buda datang, seperti saat Buda Umanis, Buda Paing, Buda Pon, Buda Wage, hingga yang paling istimewa Buda Kliwon. Kenapa Buda begitu penting?
Pertama, karena Buda merupakan hari yang pas tepat berada pada posisi pertengahan di antara siklus tujuh harian (saptawara). Ada tiga hari mendahului sebelumnya (Redite/Minggu/Sun-day), Soma/Senin/Moon-day, Anggara/Selasa/Tues-day), ada pula tiga hari menyusul sesudahnya (Wrehaspati/Kamis/Thurs-day, Sukra/Jumat/Fri-day), Saniscara/Sabtu/Satur-day). Posisi ini seakan menjadi titik equilibrium, keseimbangan nan prima.
Kedua, secara kosmologis maupun geomitologis Bali, hari Buda dikaitkan dengan posisi di arah barat dengan pangurip (neptu) 7. Barat berarti posisi Matahari tenggelam. Keteraturan hukum kosmik meniscayakan, usai Matahari tenggelam maka datanglah malam. Malam identik dengan gelap. Malam juga bersahabat dengan Candra/Rembulan. Karena itu, gelap lantas dikaitkan dengan elemen dasar Pertiwi, yang padat, berupa tanah.
Apakah Pertiwi, tanah, atau yang padat itu? Tradisi kesadaran kerohanian Bali memberi jawaban: Tanah adalah elemen yang mengandung segala inti-sari-hakikat elemen lainnya: udara/akasa yang tenang hening, angin/bayu/yang berembus, teja/yang bersinar, dan air/yang cair. Karena itu, tanah dibahasakan sebagai sarwa-tattwa, serba-hakikat, hakikat-serba-segalanya. Artinya, dari Pertiwi, tanah, yang padat inilah dapat dipahami serba-hakikat, inti-sari-pati-maknawi keberadaan yang lain-lain. Tiada akan terpahami inti-sari-pati-hakikat-maknawi yang lain, bila tattwa Pertiwi, tanah, yang padat belum terpahami. Hakikat keberadaan Langit Angkasa Raya dapat dipahami utuh manakala tattwa Pertiwi telah terpahami dan terkuasai seluruhnya dan seutuhnya.
Tiada bakal tercapai titik equilibrium, keseimbangan prima, harmoni, apalagi damai-bahagia bila tidak santun pada Pertiwi, tanah. Tanah memang kunci pembuka awal segala pemahaman. Paham artinya tahu, dan tahu berarti di-alam-i langsung. Di-alam-i langsung berarti di-SADAR-i. Sadar itu ingat. Ingat itu tidak lupa.
Paham Pertiwi, berarti tidak melupakan tanah, apalagi mengabaikan dan menyembarangkan tanah. Ketika tanah dilupakan, diabaikan, diperlakukan sembarangan, kehidupan pun menjadi teracuni, sehingga yang gelap menjadi kian gulita. Sebaliknya, ketika Pertiwi, tanah, di-SADAR-i, maka di titik itu pula tanah yang semula gelap berubah menjadi sinar terang cemerlang gilang-gemilang. Secara spiritual dinamakan: Mahadewa. Artinya: Mahacahaya sinar terang cemerlang gilang-gemilang…
Apakah Pertiwi, tanah, yang padat itu dalam diri manusia? Tradisi susastra kesadaran Bali menuturkan: tubuh-ragawi inilah Pertiwi. Badan inilah tanah, sehingga dianjurkan: manakala tak punya karang sawah, maka sepatutnya olahlah karang awak, tanah-tubuh sendiri. Gali-gali, tanamilah badan-ragawi ini sendiri dengan benih-benih kebaikan demi kebaikan yang membaikkan hidup dan kehidupan bersama. Sayangilah tubuh agar sehat segar bugar, pahamilah tubuh agar paham keberadaan sang Jiwa yang menghidupi tubuh.
Tak heran manakala Buda pas bertepatan dengan Purnama Raya di langit, seperti Buda Wage, Warigadean, 20-10-2021 ini, tradisi pelaku olah jiwa Bali pun memaknainya dengan superkhusus-istimewa. Ini dinamakan Buda Kembang. Ada pula menyebut Buda Nadi.
Kembang berarti mekar, merekah, cerah ceria. Layaknya bunga: mekar merekah, cerah ceria, begitu tenang nan damai dan bahagia muncul alamiah dari dalam kedalamannya sendiri. Yang mekar merekah, cerah ceria, tenang nan damai dan bahagia muncul alami dari dalam kedalamannya sendiri itu dinamakan: Buddha. Tiada ubahnya dengan Bulan Purnama Sempurna.
Begitulah dikira-kirakan transformasi Buda Kembang atau Buda Nadi itu: tenang nan damai dan bahagia cemerlang gilang gemilang. Bagi para penekun penempuh ”jalan sunyi”, momentum Buda Kembang ini sungguh dimaknai sebagai kesempatan emas pas tepat buat menyadari sambungan tali-rasa kalbu-hati: antara Pertiwi-Tanah-Tubuh-dan Candra/Rembulan.
Selamat menyempurna dalam pelukan teduh Purnama, Sahabat. Rahayu selalu.[T]
- Detak detik Buda Wage, Warigadean, Buda Kembang, Purnama Kalima, 20.10.2021