Tahu Rumah Plastik? Sayang sekali jika tidak tahu.
Rumah Plastik adalah sebuah lembaga pengelola sampah pastik yang berdiri sejak 2016. Tempatnya di Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng, Bali.
Setiap bulan Rumah Plastik mengelola sampah plastik sekitar 30 ton. Dan itu bukanlh pekerjaaan mudah. Kemampuan Rumah Plastik mengelola plastik hingga mencapai 30 ton per bulan itu dapat dikatakan cukup banyak, apalagi mengingat luas Rumah Plastik hanya 700 meter persegi.
Dengan areal yang terlalu luas, dibutuhkan managemen pengelolaan yang sangat baik sehingga tempat itu tidak mirip TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan sampah yang menumpuk. Kuncinya, sampah harus dipilah dengan cepat, cermat, dan cerdas. Sehingga, memilah sampah pun dibutuhkan seorang ahli, seseorang yang sudah berpengalaman.
Kenapa Rumah Plastik bisa memilah dan mengelola sampah plastik dengan baik dan cepat? Salah satu rahasianya ternyata ada seorang ibu yang bekerja di tempat itu. Usianya sudah 49 tahun namanya Ketut Sinar Wati.
Ibu itu tinggal di Banjar Dinas Dalem Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan. Dari rumahnya menuju gudang Rumah Plastik memerlukan waktu sekitar 20 menit naik motor.
Yang luar biasa dari wanita yang biasa dipanggil Ibu Sinar ini adalah kemampuannya dalam memilah sampah. Dalam 1 hari ibu enam anak ini mampu menyelesaikan proses penyortiran sampah plastik yang ada di rumah plastik sampai 900 Kg.
Untuk proses pemilahan secara spesifik sesuai jenis plastiknya dalam sehari ia bisa menuntaskan plastic mencapai 200 kg.
Proses penyortiran yang dilakukan di Rumah Plastik adalah proses membagi sampah plastik yang datang dari bank sampah sesuai jenisnya, sekaligus membuka label yang masih menempel pada plastik. Untuk tahap ini ada 5/10 jenis plastik yang dibedakan, mulai dari jenis PP Bening, PP Warna, HDPE PET Bening, PET Biru Muda, PET Warna, LDPE, PVC dan jenis plastik lainnya. Agak rumit bukan?
Bahkan proses pemilahan secara spesifik akan lebih detail lagi mulai dari perbedaan warna dari masing-masing jenis plastik. Ada 58 jenis plastik yang harus dipisahkan sebelum plastik itu dapat didaur ulang kembali. Bayangkanlah, betapa pekerjaan itu membutuhkan kecermatan dan ketelitian.
Karena proses pemilahannya yang cukup detail ini maka diperlukan keahlian khusus untuk mampu mengenal jenis plastic hanya dengan sekali lihat. Nah, kemampuan Ibu Sinar Wati menjadi sangat istimewa. Dengan kemampuan istimewa itu, Rumah Plastik dapat melakukan proses pemilahan yang tepat dan cepat, dan dengan cepat pula dapat dilakukan proses pencacahan sampah plastik, lalu hasilnya segera dapat dikirim ke pabrik untuk didaur ulang.
Dari mana datangnya kemampuannya Ibu Sinar itu?
“Melajah pedidi gen, nak uling tahun 2004 be nyemak gae milah sampah, jadinya sube apal jenis-jenis plastiknya,” ujar Ibu Sinar Wati ketika ditemui pertengahan Juni di Rumah Plastik, Desa Petandakan. Artinya, “Saya be;lajar sendiri, sejak tahun 2004 sudah melakukan pekerjaan memilah sampah, sehingga sudah hapal jenis-jenis plasti.”
Jadi, kata Ibu Sinar, semuanya berjalan begitu saja. Belajar dari pengalaman.
Hampir sudah 17 tahun dia bekerja di dunia persampahan, waktu yang memamg tentu sudah mampu menjadikan orang masuk pada level ahli dalam melakukan pekerjannya.
“Sing ade gaen len, dadine nyemak gae milah sampah, pang idaang nulungin suami untuk kehidupan sehari-hari,” ungkap istri dari Nyoman Yasa ini. Artinya, “Tak ada pekerjaan lain, sehingga melakukan pekerjaan memilah sampah, agar bisa membantu suami untuk menopang kehidupan seha-hari.”
Di Rumah Plastik, Ibu Sinar sudah bekerja sejak tahun 2017. Sebelumnya ia bekerja di tempat-tempat pengepul smpah yang ada di wilayah Desa Kerobokan dan Kelurahan Penarukan yang dekat dengan rumahnya.
Ia diajak teman untuk membantu memilah sampah di Rumah Plastik. Karena hasilnya sesuai dan setiap harinya selalu ada sampah yang bisa dipilah, jadinya ia memilih terus bekerja di Rumah Plastik.
Dari hasil bekerja ia sudah bisa membuka usaha warung dirumahnya dan juga membantu biaya sekolah anaknya.
“Jani be ngelah warung jumah, warung kecil-kecilan, pang ade masih tambahan,” katanya. Dari hasil bekerja trus dikumpulkan untuk membuat usaha warung.
Usahanya dibantu anak-anaknya di rumah, “Warung di jumah panakke ane nongosin, dadua be nganten, empat orang ade ane be megae ade masih ane nu masuk,” jelasnya. Warungnya dijaga anaknya. Dua anaknya sudah menikah, empat anaknya yang lain ada yng sudah bekerja, ada yang masih sekolah.
Meski sudah punya usaha warung kecil, ibu yang berasal dari Karangasem ini mengatakan ia akan tetap terus bekerja di Rumah Plastik. Karena baginya, bekerja memilah sampah sudah memberikan kenyamanan dan kenikmatan tersendiri.
“Yen sube tusing ngidaang kije mare suud megae. Nak nu demen megae milah sampah!” Begitu ungkapnya sambil tangannya tetap memilah sampah plastik. Kalau sudah tak bisa ke mana-mana barulah selesai bekerja. Kini masih menikmati bekerja memilah sampah.
Apa kata Founder Rumah Plastik, Eka Darmawan?
“Kemampuan memilah sampah memang terlihat sederhana, tetapi memiliki peranan yang sangat penting, dalam proses pengelolaan sampah, pemilahan adalah kunci untuk keberhasilannya prosesnya” ujarnya.
Karena memilah itu penting, kata Eka Darmawan, pemerintah dan para penggiat lingkungan selalu mendorong masyarakat untuk memilah sampah dari sumbernya.
“Melalui proses pemilahan sampah yang baik, sampah tidak lagi jadi masalah, bahkan bisa memberikan nilai ekonomi,” kata pria dengan dua anak ini. [T]