Karya sastra bisa menjadi penanda terjadinya kemajuan, bisa juga menjadi penanda terjadinya krisis. Pada saat kita menghadapi gering agung, seperti pandemi Covid-19 saat ini, karya sastra harus bicara, para sastrawan harus tetap bergairah, menuliskan karya terbaiknya.
Yayasan Puri Kauhan Ubud puny acara sendiri untuk menciptakan gairah bersastra di masa pandemi ini. Yakni, dengan menggelar lomba Penulisan Kreasi Sastra dengan tajuk Sastra Saraswati Sewana, Pamarisuddha Gering Agung.
Dalam ajang ini para penulis karya sastra di Bali ditantang untuk menuliskan karya mereka, baik berupa karya sastra klasik maupun karya modern. Karya sastra klalsik itu semacam geguritan, kidung dan satua Bali, baik dengan Bahasa Bali maupun Bahasa Kawi. Karya sastra modern, berupa puisi dan cerpen berbahasa Bali. Karya-karya yang diciptkan berkaitan dengan tema Gering Agung atau Pandemi Covid-19.
“Pandemi atau gering agung tidak boleh menghentikan kreativitas masyarakat dalam bersastra. Justru di masa pandemi ini, kita akan memiliki momen untuk mulat sarira. Melihat kembali apa yang tengah terjadi.” – Begitu kata tokoh Puri Kauhan Ubud, AA GN Ari Dwipayana, yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden.
Poster lomba dan workshop ini sudah tersebar di berbagai media sosial dan sudah dibagikan berkali-kali dari laman ke laman sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan ini. Dalam ajang ini, Dewan Juri akan memilih 30 karya terbaik, dalam 6 kategori untuk mendapatkan hadiah dana apresiasi dan piagam penghargaan.
Pengiriman karya dilakukan pada 14 Juni-1 Agustus 2021 dan penyerahan hadiah dilakukan 28 Agustus 2021.
Lomba ini tentu saja mendapat dukungan dari berbagai kalangan, terutama para pecinta Sastra Bali Klasik maupun Sastra Bali Modern. Lihatlah juri-juri yang terlibat dalam penciptaan iklim dan gairah bersastra itu. Antara lain ada nama Ketut Sumarta dan Mas Ruscitadewi, serta tokoh-tokoh muda yang sedang mencorong namanya dalam komunitas sastra di Bali seperti Guna Yasa, Darma Putra dan Putu Supartika.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa sastra klasik dan sastra modern di Bali harus berjalan seiring, dengan gairah pergerakan yang sama penting. Untuk itulah, di dalamnya kegiatan ini ada lomba penulis karya sastra klasik dan sastra modern.
“Selain sastra Bali klasik, juga dilombakan sastra modern yakni cerpen dan puisi berbahasa Bali,” kata Ari Dwipayana.
Dan yang lebih penting. “Ajang kreasi ini bukan semata-mata perlombaan, karena juga akan didahului dengan serangkaian workshop,” kata dia.
Workshop-nya tentu juga tentang sastra Bali klasik dan sastra Bali modern bagi para peserta. Pengajar dalam workshop adalah pengajar kompeten di bidangnya, antara lain Dewa Windhu Sancaya, Guna Yasa, dan Mas Ruscitadewi. [T]