- Diterjemahkan dari: The Battle of The Crabs dalam buku Philippines Folktales
- Dikumpulkan dan ditulis oleh: Mabel Cook Cole
____
Suatu hari kepiting darat mengadakan rapat dan salah satunya berkata:
“Apa yang harus kita lakukan dengan ombaknya? Mereka ribut sepanjang waktu sehingga mustahil bagi kita untuk tidur.”
“Baiklah,” jawab salah satu kepiting tertua, “Saya pikir kita harus berperang melawan mereka.”
Yang lain setuju dengan hal ini, dan diputuskan bahwa keesokan harinya semua kepiting jantan harus bersiap-siap melawan ombak. Mereka mulai ke laut, seperti yang disepakati, lalu mereka bertemu dengan seekor udang.
“Kalian mau pergi ke mana, teman-teman?” tanya udang.
“Kami akan melawan ombak,” jawab kepiting, “Karena mereka terlalu ribut di malam hari sehingga kami tidak bisa tidur.”
“Aku pikir kalian tidak akan berhasil,” kata udang, “Ombak itu sangat kuat dan kaki kalian sangat lemah bahkan kalian membungkuk hampir ke tanah ketika berjalan.” Lalu dia tertawa keras.
Hal ini membuat kepiting sangat marah, dan mereka mencekik si udang hingga dia berjanji akan membantu mereka memenangkan pertempuran.
Kemudian mereka semua pergi ke pantai. Tetapi kepiting memperhatikan bahwa mata udang itu berbeda dari mata mereka, jadi mereka mengira matanya salah arah dan mereka menertawakannya dan berkata:
“Hae udang, wajahmu salah arah. Senjata apa yang kamu miliki untuk melawan ombak?”
“Senjata saya adalah tombak di kepala saya,” jawab si udang, dan saat itu dia melihat gelombang besar datang dan langsung melarikan diri. Namun, kepiting tidak melihatnya, karena mereka semua melihat ke arah pantai, sehingga mereka tertutup air dan tenggelam.
Para istri kepiting menjadi khawatir karena suami mereka tidak kembali, dan mereka pergi ke pantai untuk melihat apakah mereka dapat membantu dalam pertempuran. Namun, tidak lama setelah mereka mencapai air, gelombang menyerbu dan membunuh mereka.
Beberapa waktu setelah itu ribuan kepiting kecil muncul di dekat pantai, dan udang sering mengunjungi mereka dan memberitahu mereka tentang nasib menyedihkan yang dialami orang tua mereka. Bahkan hingga saat ini kepiting kecil ini dapat dilihat di pantai, terus berlari bolak-balik. Mereka tampaknya bergegas turun untuk melawan ombak, dan kemudian, karena keberanian mereka yang tanggung, mereka berlari kembali ke tanah tempat tinggal nenek moyang mereka.
Mereka tidak hidup di tanah kering, seperti nenek moyang mereka, atau di laut tempat kepiting lainnya berada, tapi di pantai tempat ombak menyapu mereka saat air sedang pasang dan mencoba menghancurkan mereka hingga berkeping-keping. [T]
____