11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

Luki AntorobyLuki Antoro
February 24, 2021
inKhas
Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

Lambang Garuda Pancasila Logam buatan tim pengrajin di Nursih Basuki Art Studio, Kotagede Yogyakarta

Pernahkah kamu berkunjung ke Kotagede? Sebuah kawasan kecil padat penduduk namun dulu adalah cikal bakalnya tentang cerita Yogyakarta. Kotagede masih dihiasi bangunan berarsitektur Eropa klasik berpaduan dengan jawa kuno, disana juga terdapat pasar tradisional yang masih aktif hingga beragam aktivitas ekonomi kreatif lokal yang dikemas ke dalam “living museum”.

“Living Museum” (baca: museum hidup dengan sejarah kehidupan) inilah yang mungkin menjadi daya tarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk jalan-jalan menyusuri setiap gang sempit di Kotagede dan berburu romantisme di sudut jogja tersebut. Peradaban masa lalu inilah yang membuat Kotagede dipandang menjadi  paling spesial.

Disebut paling spesial karena kawasan pusaka tersebut yang paling berjasa menjadi saksi munculnya peradaban di Yogyakarta, mulai dari Kerajaan Mataram Islam, kotagede disebut sebagai kota perak hingga kotagede adalah tempat pertama kalinya gudeg jogja ditemukan.

Padahal, jauh sebelum muncul istilah “Living Museum”, nama Kotagede juga sudah lama dikenal lewat seni kriya  logam, yaitu produk kerajinan perak, baik dikenal di Jogja hingga benua Eropa khususnya Belanda. Saking terkenalnya, dulu Kotagede hingga dijuluki sebagai ‘kota perak’ di Indonesia. Tidak hanya berkualitas seni tinggi, beberapa kerajinan perak buatan perajin di Kotagede mampu diterima oleh masyarakat mancanegara.

Sanggar Pengrajin logam di Nursih Basuki Art Studio Yogyakarta

Perkembangan Kotagede dalam bidang kerajinan logam memang tidak bersifat instan. Sejak zaman Kerajaan Mataram Islam, produk kerajinan bautan perajin logam di Kotagede diakui oleh banyak pihak. Karena itu, ketika berada di bawah kendali abdi dalem kriya milik kerajaan, Kotagede dijadikan pusatnya dalam membuat kerajinan logam khususnya perhiasan berbahan perak.

Hal ini pernah disinggung oleh beberapa penelitian dan sumber sejarah yang menjelaskan alasan Kotagede dijadikan pusatnya kerajinan logam terbaik. Menurutnya, Kotagede memiliki kepentingan ekonomi terkait perkembangan industri kreatif di bidang kerajinan logam tersebut karena Kotagede juga menghaslkan pengrajin logam dengan hasil yang bagus. Bahkan pmerintah Belanda di masa penjajahan juga turut memberikan perhatian, salah satunya membentuk sebuah lembaga yang fungsinya turut memasarkan hingga merawat proses produksi kerajinan logam di Kotagede.

Artinya, leluhur masyarakat di Kotagede memang sudah sejak lama memiliki keterampilan membuat kerajinan logam. Mungkin bukan hanya ketika zaman Kerajaan Mataram Islam ketika di Kotagede, jangan-jangan jauh sebelum itu beberapa penduduk lokal sudah memiliki keahlian membuat kerajinan logam, hanya saja perkembangannya terlihat ketika Kotagede dijadikan pusat ibukota kerajaan dan membuat permintaan kerajinan meningkat. Kemudian, mereka mewariskan dari generasi ke generasi. Tentu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dugaan tersebut.

Proses regenerasi yang begitu panjang, bakhan bisa memakan waktu puluhan tahun bisa jadi membuat masyarakat di Kotagede memiliki keterampilan tinggi dalam membuat kerajinan. Perkembangan kerajinan di Kotagede didukung pula oleh eksositem yang lengkap dan berkualitas. Bahkan tidak hanya satu teknik, namun di Kotagede bisa ditemui beberapa teknik pembuatan kerajinan logam hingga jenis spesialisnya. Misalnya perajin di HS Silver mereka akan fokus pada beberapa teknik dan khusus kerajinan berbahan perak saja. Sedangkan di NBAS Kotagede fokus pada ngukir/natah dan khusus membuat kerajinan berbahan tembaga dan kuningan saja.

Proses pembuatan kerajinan ukiran tembagan dan kuningan di NBAS Kotagede Kriya Logam

Karena itu, wajar saja produk-produk kerajinan perajin di Kotagede diakui sejak dahulu hingga ke luar negeri. Salah satunya ialah berbentuk perhiasan seperti cincin, kalung hingga helm ukir logam. Hampir semua masyarakat Yogyakarta mengenal produk kerajinan logam tersebut. Pasalnya, hingga sekarang Kotagede masih dijadikan sebagai rujukan utama masyarakat Jogja bahkan dari berbagai daerah untuk berburu kerajinan logam, bukan hanya perak, tetapi juga kerajinan tembaga, kuningan hingga alumunium. Malah, saya baru tahu jika dulu Sonobudoyo adalah tempat sekolah kerajinan perak pertama, namun hanya meluluskan satu angkatan saja  dan terhenti akibat agresi Perang Dunia II.

Dulu, kerajinan logam ini juga digunakan pada saat kegiatan internal kerajaan saja, sementara kerajinannya berbentuk perhiasan untuk buah tangan tamu kerajaan. Kerajinan ukir logam merupakan warisan leluhur masa lalu. Seiring perkembangan zaman, kerajinan logam ini mulai diproduksi untuk umum bahkan dipasarkan keluar wilayah Jogja dan beberapa masih diekspor ke mancanegara.

Meski demikian, produk kerajinan logam Kotagede tetap memiliki keunikan tersendiri dibandingkan produk-produk kerajinan yang mungkin ada di daerah lain. Kerajinan logam di Kotagede memiliki motif dan warna-warna yang berbeda dengan yang lainnya. Begitu juga dengan kerajinan perak di Bali misalnya. Perbedaannya terletak pada motif bahkan jika dicermati lebih detail hingga ke produksinya. Hanya saja, perbedaannya pada kerajinan seperti ini terletak pada selera peminatnya.

Motif kalsik Kotagede awalnya menggambarkan kekayaan alam di Kotagede. Konon motif ini menceritakan tentang Kotagede masa lalu yang subur dan kaya akan berbagai tumbuhan yang indah. Namun, kini penggunaan motif klasik khas Kotagede sudah sangat dinamis, dengan dipadukan atau dikombinasikan dengan motif yang kekinian. Misalnya pada helm ada ukir logam motif yang dikombinasikan dengan tema pertambangan minyak karena pemesannya adalah perusahaan tambang minyak. Salah satu ciri kerajinan khas Kotagede ini yang tidak berubah dari dulu adalah motifnya klasiknya ini, detail dan cukup rumit dan keberadaan garis tegas berbentuk ukiran atau bergelombang membuatnya semakin khas.

Helm Ukir Logam – Foto by Tarmono _ Pengrajin

Kini, kerajinan logam di Kotagede ini lebih banyak digunakan sebagai fashion etnik, koleksi, hiasan rumah hingga suvenir. Bahkan, di pusat kerajinan tembaga dan kuningan NBAS Kotagede, kerajinan ukir logam juga digunakan ke dalam berbagai bentuk karya seni salah satunya patung logam yang dijadikan ikon daerah. Meskipun mengalami dinamika, kerajinan logam ini tidak bergeser dari fungsi kegunannya sebagai hiasan.

Kerajinan logam dan upaya pelestarian

Sebagai “kota pariwisata”, Jogja tidak dapat dilepaskan dari banyaknya kunjungan wisatawan. Wisatawan ini mungkin ibarat sebuah pasar abstrak yang dinamis.  Dulu Kotagede ketika masih ibukota kerajaan tentu banyak orang yang berkunjung, banyak yang akan melihat kerajinan-kerajinan logam. Berbeda sekarang, Kotagede menjadi kawasan berpenduduk, bukan seperti dulu sebagai ibukota yang syarat akan mobilitas tinggi orang luar.

Lalu, bagaimana caranya mengembalikan pasar kerajinan logam agar terus ada? Sederhana, memastikan pasar itu harus terus ada. Orang otomatis akan berpikir bahwa kerajinan lokal itu tidak boleh punah. Ya, karena bagian dari sejarah jogja, maka harus ada upaya-upaya lebih dilakukan. Mulai dari merawatnya hingga rajin mempromosikannya.

Saking penasarannya dengan pembangunan berkelanjutan di Kotagede, beberapa waktu lalu di sebuah forum diskusi khusus saya sempat bertanya pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta perihal rencana pembangunan Kawasan Kotagede ke depan seperti apa. Terkadang sering kita kesulitan membedakan mana pembangunan infrasturuktur biasa dengan pembangunan penunjang pariwisata.

Bu Dian selaku Kabid pemeliharan dan pengembangan warisan budaya menceritakan bahwa Pemda baru saja membeli rumah kalang, sebuah rumah khas Kotagede yang berarsitektur kuno unik. Rumah tersebut akan direnovasi dan ke depan akan dijadikan sebagai pusat informasi tentang potensi Kotagede. Sehingga jika ada wisatawan berkunjung ke Kotagede diharapkan bisa mendapatkan informasi yang lengkap, misalnya bertanya tentang tempat membuat kerajinan logam di kotagede dimana saja, membuat kue kembang waru dimana saja dan kegiatan ekonomi kreatif menarik lainnya yang ada di sana.

Semangat inilah yang harus terus terjaga di kalangan pemilik kuasa kebijakan (Pemda) terkait pengembangan warisan budaya, termasuk di Kotagede. Maksudnya, ekonomi kreatif lokal tetap harus diberikan ruang apresiasi tersendiri. Sehingga, ke depan kerajinan logam tidak semakin meredup, justru di tengah laju pariwisata Jogja yang semakin meningkat, juga berdampak pada kotagede juga. [T]

Tags: baliKerajinankerajinan perakKotagedeYogyakarta
Previous Post

CITRAWILĀPA | Dari Sastra Kawi ke Jajanan Pasar Jawa

Next Post

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

Luki Antoro

Luki Antoro

Pemerhati dan pelaku ekonomi kreatif di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 7 april 1996 di Bantul, Yogyakarta. Ia lulusan jurusan prodi menejemen, fakultas ekonomi dan bisnis di UPN Veteran Yogyakarta.

Next Post
Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co