12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Perjuangan Tiada Henti Masyarakat Adat Dalem Tamblingan untuk Kembalikan Hutan Adat

tatkalabytatkala
February 23, 2021
inBerita
Perjuangan Tiada Henti Masyarakat Adat Dalem Tamblingan untuk Kembalikan Hutan Adat

Tamblingan | Foto Putu Ardana

Masyarakat Adat Dalem Tamblingan terdiri dari empat desa adat, yakni Desa Adat Munduk, Desa Adat Gobleg dan Desa Adat Gesing yang berada di wilayah Kecamatan Banjar, dan Desa Adat Umajero yang berada di wilayah Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali.

Sejak 2019, Masyarakat Desa Adat Dalem Tamblingan melakukan proses permohonan kepada negara untuk mengembalikan posisinya menjadi hutan adat. Sebelumnya hutan itu berstatus sebagai hutan negara yang dikelola oleh negara.

Areal hutan yang dimohon untuk dikembalikan menjadi hutan adat itu Alas Mertajati yang luasnya 1.300 Hektar.  Alas Mertajati adalah bagian dari Cagar Alam Batukaru yang luasnya 16000 Ha. Cagar Alam Batukaru ini adalah penyuplai 1/3 kebutuhan air Pulau Bali.

Alas Mertajati dan Danau Tamblingan selama ini sebagai penyuplai air bagi subak besar di tiga kecamatan di Kabupaten Buleleng yaitu Kecamatan Banjar, Busungbiu dan Seririt. Selain itu juga menyuplai persahawan indah di Jatiluwih di Tabanan.

Namun proses permohonan untuk menjadikan Alas Mertajati itu sebagai hutan adat yang dijaga oleh adat ternyata tidak berjalan mulus. Namun tampaknya warga Masyarakat Adat Dalem Tamblingan terus akan berjuang. Ungkapan kekecewaan sekaligus tekad perjuangan tiada henti itu terunggah dalam laman media sosial Adat Dalem Tamblingan, 19 Februari 2021.

Ketua Tim 9 Masyarakat Adat Dalem Tamblingan, Jro Putu Ardana, menjelaskan Alas Mertajati dan Danau Tamblingan adalah dua situs yang sangat disakralkan oleh Masyarakat Adat Dalem Tamblingan. Masyarakat Adat Dalem Tamblingan adalah masyarakat adat dengan keimanan yang dinamakan Piagem Gama Tirta, yang memuliakan air dan selalu menjaga harmoni dengan alam. Masyarakat Adat Dalem Tamblingan adalah penjaga Alas Mertajati itu.

Sejak awal masa kemerdekaan, alas (hutan) ini diklaim sebagai hutan negara dan dikelola oleh negara. Sejak 2018 sebagian besar alas Mertajati statusnya dijadikan TWA (Taman Wisata Alam) oleh negara. Semakin ke belakang, Masyarakat Adat Dalem Tamblingan melihat terjadi degradasi pada Alas Mertajati akibat pembalakan dan perburuan liar termasuk pencurian anggrek-anggrek langka dan endemik yang ada di areal itu.

“Dampak nyata sudah sangat terlihat dengan turunnya debit air pada subak-subak yang airnya tergantung dari Alas Mertajati dan Danau Tamblingan,” kata Jro Ardana.

Untuk itulah Masyarakat Adat Dalem Tamblingan berinisiatif untuk melakukan permohonan kepada negara lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar Alas Mertajati dikembalikan posisinya menjadi hutan adat untuk bisa dijaga kesucian dan kelestariannya oleh Masyarakat Adat Dalem Tamblingan.

Langkah awalnya dimulai pada bulan Juli 2019 dengan melakukan pemetaan partisipatif oleh segenap komponen masyarakat adat terutama kaum mudanya dengan difasilitasi oleh Yayasan Wisnu dan juga lembaga lain seperti BRWA, Arupa, Samdana Insitute.

Sudah sejak lama MADT ingin memohon kepada negara agar alas Mertajati dikembalikan posisinya sebagai hutan adat. Untuk itu, sejak Juli 2019 mulai dilakukan pemetaan partisipatif sebagai yang hasilnya akan dijadikan sebagai data-data sebagai persyaratan pengajuan itu.

Keinginan itu, kata Ardana, sebetulnya sudah lama. Namun pemetaan partisipatif mulai Juli 2019. “Pemetaan partisipatif itu bukan hanya pemetaan spasial, tapi juga pemetaan sosial, budaya, ekonomi dan juga menyusun program-program tentang apa-apa yang akan dilakukan kalau hutan itu sudah jadi hutan adat,” ujar Jro Ardana yang juga mantan Bendesa Adat Munduk, salah satu desa adat yang menjadi bagian dari Masyarakat Adat Dalem Tamblingan.

Dasar pengajuan permohonan adalah pasal 18b ayat 2 UUD 45 yang mengakui eksistensi masyarakat adat dan keputusan MK No 35 tahun 2012 yang menyatakan bahwa hutan adat adalah hutan yang berada diwilayah adat dan bukan lagi hutan negara.

Salah satu persyaratan untuk bisa diajukan ke kementerian adalah SK Bupati yang menyatakan tentang eksistensi Masyarakat Adat Dalem Tamblingan. Masyarakat Adat Dalem Tamblingan kemudian menghadap Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana pada bulan November 2019 agar dibuatkan SK.

Saat itu, kata Jro Ardana, Bupati menyatakan sangat mendukung keinginan Masyarakat Adat Dalem Tamblingan menjadikan Alas Mertajati sebagai hutan adat. Tetapi soal SK-nya agar dirundingkan dulu dengan tim hukum bupati di bawah koordinasi asisten I.

“Tim Masyarakat Adat Dalem Tamblingan kemudian berunding dengan tim hukum Bupati. Tetapi perundingan menemui jalan buntu pada soal nama entitasnya,” katanya.

Masyarakat Adat Dalem Tamblingan yang mengajukan permohonan itu bertindak sebagai masyarakat hukum adat sesuai UUD 45. Sementara tim hukum Pemkab merujuk kepada Perda Desa Adat No 14 tahun 2019 di mana pada perda tersebut tidak ada nomenklatur masyarakat hukum adat. Dalam Perda itu hanya ada istilah desa adat.

“Oleh kebuntuan ini, tim Pemkab Buleleng berjanji akan menindaklanjutinya dengan membawa persoalan itu ke Pemprov Bali dengan difasilitasi oleh tim Pemkab. Tetapi sampai setahun lebih tidak ada kabar tentang tindak lanjut dari hal yang dijanjikan tersebut,” ujarnya.

Masyarakat Adat Dalem Tamblingan kemudian berinisiatif mengambil jalan administatif yang lain dengan mengacu pada rujukan yang sama dengan rujukan yang dipakai tim hukum Pemkab yaitu perda desa adat.

Dibuatlah skema kerjasama antara empat desa adat yang menjadi bagian dari Masyarakat Adat Dalem Tamblingan yaitu Desa Adat Gobleg, Munduk, Gesing dan Umajero. Keempat desa adat secara bersama-sama mengajukan permohonan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menjadikan Alas Mertajati sebagai hutan adat.

Dalam skema ini, Bupati hanya perlu menandatangani peta spasial keempat desa adat sebagai pembenaran bahwa keempat desa adat itu memang menempati wilayah sesuai yang tergambar pada peta. Setelah beberapa pertemuan, peta spasial wilayah adat kemudian diserahkan ke Pemkab yang diterima oleh Asisten I pada tanggal 21 Januari 2021, namun taka da jawaban.

“Karena tidak ada kabar tentang perkembangannya meski Bupati dan Asisten I beberapa kali sudah dihubungi lewat pesan WA, maka pada tanggal 11 Februari 2021, dengan didahului pesan WA, Masyarakat Adat Dalem Tamblingan mengirim surat dalam format Pdf kepada Bupati, dengan tembusan Wakil Bupati, Ketua DPRD Buleleng dan Asisten I, untuk meminta kepastian apakah Bupati bersedia menandatangani peta tersebut atau tidak,” kata Jro Ardana.

Sampai tanggal 19 Februari 2021 tetap tidak ada jawaban resmi tentang kepastiannya. “Hanya pesan WA singkat yang sifatnya kualitatif seperti, menurut ahli bupati tidak boleh tanda tangan, peta tidak boleh dibuat sembarangan, sedang dikaji narasumber dan sebagainya,” katanya.

Padahal, menurut Jro Ardana, peta itu sudah dibuat semaksimal mungkin sesuai kaidah-kaidah pembuatan peta secara modern dengan didampingi oleh lembaga yang punya kompetensi untuk itu.

“Padahal kami sangat terbuka dan bahkan sangat berharap Pemkab memberi arahan yang jelas bahkan kami sangat siap kalaupun peta yang kami buat harus direvisi misalnya karena ada syarat teknis yang tidak dipenuhi. Karena Pemkab-lah yang jelas-jelas mempunyai resources secara teknis,” kata Ardana.

Dari situasi seperti ini, Jro Ardana bersama warga adat bertanya-tanya. “Apakah pernyataan dukungan bupati saat awal kami mengajukan itu bukan dukungan yang serius? Atau yang lebih buruk apakah bupati atau pemda tidak mau mengakui eksistensi Masyarakat Adat Dalem Tamblingan di Catur Desa?”

Padahal, kata Jro Ardana, selama ini antara Masyarakat Adat Dalem Tamblingan dengan Pemkab sudah biasa bekomunikasi baik formal maupun non formal. Masyarakat Adat Dalem Tamblingan dan Pemkab Buleleng bahkan pernah membuat nota kesepahaman pada 2015 saat pensterilan pemukiman di Danau Tamblingan.

Jro Putu Ardana tetap menunggu kepastian dari Bupati Buleleng, namun jika tetap tak mendapat jawaban, maka pada Kamis minggu ini pihaknya tetap akan ke Jakarta untuk mengajukan permohonan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peta sementara akan ditandatangani Dane Pengrajeg dan empat bendesa yang masuk dalam Masyarakat Adat Dalem Tamblingan.

“Perjuangan itu selalu tidak mudah. Tapi sebagai panjak Pengulu, krama Masyarakat Adat Dalem Tamblingan, saya selalu yakin semesta pasti akan membukakan jalannya,” kata Jro Ardana. [T]

  • Editor: Adnyana Ole
Tags: Danau Tamblingandesadesa adathutanhutan adatMasyarakat Adat Dalem Tamblingan
Previous Post

Ayah, Rumah Pohon, dan Cara Elegan Menghadapi Problematika Masa Muda

Next Post

Selasa Pakai Endek | Mari Ingat Kembali Buleleng Endek Carnaval

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Selasa Pakai Endek | Mari Ingat Kembali Buleleng Endek Carnaval

Selasa Pakai Endek | Mari Ingat Kembali Buleleng Endek Carnaval

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co