Masa pandemi banyak memunculkan kesadaran baru bagi pemuda. Misalnya bagaimana berbagai sistem yang tadinya tampak digdaya ternyata begitu rapuh dan goyah dalam waktu singkat di hadapan Covid-19, terutama pada konsep-konsep ketahanan pangan kita.
Warga yang tinggal di perkotaan terhenyak ketika pekerjaan mereka terhenti, perputaran uang tak selancar waktu lalu, pasokan pangan keluarga juga mulai menipis. Lantas jika pandemi ini berlangsung lama, perkerjaan macet, lalu hendak makan dari mana? Padahal di perkotaan hampir semua harus membeli.
Kita menjebak diri kita untuk tergantung pada sistem yang tidak memandirikan diri kita sendiri. Ketahanan pangan kita tergantung pada industri dan pasar.
Inilah saatnya pemuda, kita bergerak dengan cara sederhana mengambil tongkat estafet kepemimpinan menuju kemandirian. Meskipun tidak banyak lagi yang mewarisi pengetahuan bertani, karena sesungguhnya belajar bertani, ya belajarnya dari petani.
Bersuykurlah pemuda desa yang masih mewarisi lahan. Artinya, jalan terjal untuk membangun kultur menanam, tidak sesuram teman-teman muda di perkotaan.
Mengembalikan kultur menanam tentu saja bukanlah hal yang mudah. Selain harus menata kembali pengetahuan dan menumbuhkan kebiasaan, kita semua juga tahu ada banyak sekali permasalahan di dunia pertanian.
Kelak bukan tidak mungkin kita akan berhadapan pada pihak -pihak yang memang tidak ingin pemuda desa dan pemuda kota mandiri dan berdaulat pangan
Mari kita belajar bersama dengan cara sederhana. Misalnya dengan memanfaatkan telajakan rumah kita terutama yang tinggal di kota untuk memulai membuat lumbung pangan keluarga, mengelola sampah organik nya dengan cara sederhana dibuat kompos alami dengan membuat biopori, yang manfaatnya kita ketahui sangat banyak sekali diataranya mencegah banjir, memperbaiki air tanah,dan pengelolaan sampah organik agar biopori berfungsi dengan maksimal.
Cara membuat Biopori sangat sederhana, dengan membuat lubang kedalaman 70 cm sampai 100 cm dengan menggunakan bor biopori atau cangkul setelah itu tutup dengan beton sesuai ukuran lubang yang kita buat. Ada komunitas yang menyediakan alat dan bahan biopori serta langsung menerima jasa pasang.
Selain membuat biopori kita juga bisa econzyme yang sudah ada penelitiannya secara ilmiah membuat ecoenzyme sangat mudah sekali dengan rumusnya (1.3.10)1gram/Kg molase atau gula merah 3 gram/Kg buah yang belum diolah atau bisa kulit buahnya 1000Ml/ 10 liter air, jika air mengandung kaporit kita biarkan satu hingga dua hari.
Ecoenzyme ini menggunakan sistem fermentasi selama tiga bulan. Satu bulan pertama setiap minggu di aduk, setelah itu tunggu panen lagi dua bulan. Manfaat ecoenzyme sebagai disfektan alami,campuran deterjen, sabun mandi dan perawatan luka. Ampas ecoenzyme bisa kita masukan ke biopori agar cepat terbentuk mikroba.
Untuk plastik bisa ditabung di bank sampah terdekat yang punya harga yang tak punya harga bisa digunakan untuk membuat ecobrick. Membuat ecobrick sangat mudah tapi harus dimulai dengan cara yang benar serta ada pemahaman kenapa kita membuat ecobrick. Berat standar ecobricks 200 hingga 500 gram tergantung jenis botolnya jika ecobrick jumlahnya banyak bisa kita membuat kursi, meja, pembatas ruangan bahkan taman.
Mari memulai, jika tidak kreatif dan inovatif disanalah polusi itu timbul. Salam lestari hormat rahayu lan santi.