Daya tahan Bali semakin diuji virus Covid-19. Setahun berlalu, satu per satu sendi-sendi ekonomi Bali rontok. Jika kondisi tak berubah, tahun 2021, diperkirakan pariwisata Bali bakal jadi yang pertama mati suri.
Kondisi ini sebenarnya telah dikhawatirkan sejak awal, jika pandemi ini berlangsung melewati tiga bulan maka sektor usaha yang paling terdampak adalah pariwisata.
Sebagian pelaku pariwisata telah mengibarkan bendera putih dibandingkan tetap bertahan di dalam gelangang. Ibarat petinju yang telah babak belur, namun tetap semangat bertahan, akhirnya menyerah juga. Pelaku pariwisata pun demikian. Ia memilih menyerah daripada berakhir mengenaskan.
Kabar banyak hotel di Bali yang dijual murah efek dari Covid-19 sebenarnya mulai muncul di bulan Juni 2020. Info itu awalnya dibantah oleh otoritas pariwisata. Dilansir dari Kompas.com, bahwa Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebutkan bahwa kabar banyak hotel di Bali yang dijual murah rentang harga Rp 200 miliar hingga Rp 1,5 triliun tidak benar adanya. Data tersebut (hotel dijual di Bali) tidak benar dan tidak akurat,” kata Hariyadi saat itu.
Kabar itu pun perlahan berubah-ubah, namun yang pasti makin menyesakkan. Hampir setahun Covid-19 terjadi, isu samar-samar itu menjadi kenyataan. Hotel di Bali yang dijual di marketplace mulai menyeruak. Sekitar 60 hotel, diantaranya hotel berbintang, yang tersebar di Pulau Dewata sudah ditawarkan secara online.
Ketua PHRI Badung, Bali Rai Suryawijaya pun mengiyakan. Ia mengatakan bahwa hotel yang dijual itu akibat tak mampu mendanai biaya operasional, gaji karyawan, dan kewajiban bank. Tingkat hunian hotel yang mencapai 5-7 persen tak cukup untuk menutupi seluruh biaya tersebut.
Dikhawatirkan, jika kondisi ini terus berlanjut dalam waktu lama, maka semakin banyak hotel yang rontok kemudian pailit. “Makin lama pandemi ini, maka semakin banyak yang pailit,” ujar Rai.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan I Gusti Bagus Made Damara mengatakan sekitar 90 persen hotel di Tabanan sebenarnya sudah tutup sejak tahun lalu. Namun di Tabanan tidak banyak ada hotel berbintang kebanyakan hotel-hotel kecil. “Ya, yang kecil-kecil itu pada tutup, karena tak ada wisatawan,” katanya.
Apakah ada hotel di Tabanan yang dijual? “Kalau pun dijual siapa yang mau beli?” kata Damara sembari tertawa.
Kunjungan Wisman ke Bali Menukik Tajam
Memasuki awal tahun 2021, kemungkinan pariwisata Bali memasuki masa kritis kian menjadi kenyataan. Indikator awal adalah banyaknya pemilik yang menjual hotel di pasaran online.
Indikator lainnya juga mesti dihitung secara cermat untuk memprediksi denyut nadi pariwisata Bali. Rujukannya adalah data-data tingkat kunjungan wisatawan mancanegara selama tahun 2020. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali menukik tajam hingga mencapai titik nadir di penghujung tahun 2020.
BPS menyebutkan jumlah kunjungan wisman ke Bali pada bulan Desember tahun 2020 sebanyak 150 orang. Bila dibandingkan dengan bulan Desember tahun 2019 (year on year), BPS mencatat turunya hampir mencapi 100 persen (-99,97%).
Tingkat penghunian kamar hotel berbintang pada bulan Desember 2020 tercatat 19 persen. Jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember 2019 (y o y) yang mencapai 62,55 persen, tingkat hunian kamar pada bulan Desember 2020 menukik sedalam 43,55 poin.
Sekarang kita telusur tingkat kunjungan wisatawan mancanegara langsung ke Bali selama tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Tingkat kunjungan wisman ke Bali dari bulan ke bulan selama masa pandemi 2020 bak stadion sepak bola Real Madrid berkapasitas 100 ribu orang yang selalu terisi penuh, kini hanya dihuni 5 orang pemain. Tingkat kunjungan terendah sepanjang sejarah terjadi pada bulan Agustus, wisman yang datang ke Bali sebanyak 22 orang, jika dibandingkan pada bulan Agustus 2019 sebanyak 606 ribu orang, atau terjun bebas sebesar hampir 100 persen (-99.997 persen).
Tingkat kunjungan langsung wisman ke Bali langsung anjlok sejak memasuki awal pandemi di bulan April, yaitu sebanyak 327 orang dibandingkan pada April 2019 sebanyak 447.069 orang, selanjutnya Mei sebanyak 36 orang (486.602), Juni sebanyak 32 orang (549.516), Juli sebanyak 47 orang (604.323), Agustus sebanyak 22 orang (606.412), September sebanyak 83 orang (590.398), Oktober sebanyak 83 orang (567.967), November sebanyak 53 (497.925), dan Desember sebanyak 150 orang (552.403).
Secara total, jumlah kumulatif kunjungan langsung wisman ke Bali pada tahun 2020 sebesar 1.050.505 kunjungan, menukik tajam ke dasar lembah sebesar -83,26 persen dibandingkan tahun 2019 (y o y) yang sebanyak 6.275.210 kunjungan. “Kondisi ini tercatat sebagai kunjungan terendah selama sepuluh tahun terakhir,” demikian dilansir dari BPS.
___
___
Tahun 2021, Tahun Kritis Pariwisata Bali
Melihat tren kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2020, sepatutnya untuk semakin waspada dengan stunami pailit, tak hanya hotel yang mengalami pailit namun pariwisata Bali secara keseluruhan juga akan dihantam stunami pailit.
Seandainya pandemi ini akan berlangsung selama setahun lagi, hingga akhir tahun 2021, melihat tren kunjungan wisman setiap bulan secara rata-rata tak lebih dari 100 orang setiap bulan, maka dikhawatirkan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali tak lebih dari 1.000 orang dalam satu tahun ini.
Banyaknya aksi jual hotel yang terjadi di marketplace semestinya telah menjadi lampu merah bagi pemangku kepentingan di Bali dan Indonesia.
Bagi pemerintah Indonesia, rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali akan mengurangi pasokan devisa yang bersumber dari pariwisata Bali. Dalam situasi normal, misalnya tahun 2019, dengan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai rekor tertinggi sebanyak 6.2 juta kunjungan, setoran devisa pariwisata Bali ke kas negara sebesar 75 triliun dari total 270 triliun devisa nasional (28,9 persen) atau 40 persen dari sektor devisa pariwisata saja.
Di awal pandemi Covid-19, telah diprediksi bahwa negara akan kehilangan devisa dari sektor pariwisata hingga 90 persen (Kompas.com). Bisa dibayangkan berapa jumlah devisa pariwisata yang dihasilkan dari pundi-pundi pariwisata Bali ke negara pada tahun 2021 jika kunjungan wisman terancam terjun bebas hingga titik nadir atau mati suri.
Bagi pemerintah Bali, rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2020, yang kemungkinan akan semakin suram di tahun 2021 mesti dijadikan lampu merah. Gubernur Bali dan para bupati/walikota sejak dini harus sudah mulai memikirkan ketahanan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Pemimpin dan masyarakat Bali harus mulai waspada dan eling terhadap bahaya gelombang stunami dari efek domino rontoknya pariwisata Bali. Jangan sampai terjadi, pariwisata Bali yang mati suri akan menyebabkan ekonomi Bali terseret ke masa kegelapan.
Menparekraf dan Gubernur Bertemu
Pada Kamis 11 Februari 2021, Gubernur Koster saat menerima kunjungan kerja Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar. Pada pertemuan Gubernur dan Menparekraf itu dibahas sejumlah poin penting, di antaranya menyinggung soal soft loan (pinjaman lunak) Rp9,9 triliun bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Bali.
Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan usulan Pemerintah Provinsi Bali bersama Kadin Bali adalah konsep stimulus (dana segar yang on top of the existing loan) yang ditujukan sejumlah Rp1,5 miliar untuk cashflow pelaku pariwisata, “Sekarang hal tersebut sedang dalam pembahasan dan masuk dalam program pemulihan ekonomi nasional,” kata Menparekraf.
Sandiaga juga menyebut rencana program-program padat karya pemulihan pariwisata Bali yang sudah mulai tahap realisasi lewat pencanangan 177 desa wisata, pembangunan jogging track, perbaikan destinasi wisata hingga pengolahan sampah di Klungkung. “Juga Pak Gubernur menambahkan rencana pengolahan sampah di Kuta dan beberapa lokasi destinasi wisata lain yang diharapkan mampu membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya,” jelas Menparekraf yang turut didampingi Ketua Kadin Bali Made Ariandi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho, dan Kadis Pariwisata Bali I Putu Astawa.
Dalam kesempatan itu, Sandiaga juga menyinggung pembahasan terkait upaya mendatangkan kembali wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata. Pihaknya pun tengah mengkaji konsep Free Covid-19 Corridor pada masa pandemi ini untuk diterapkan di Bali. Ini sesuai usulan yang diajukan Pemprov Bali beserta pelaku pariwisata.
Konsep tersebut akan mengizinkan warga negara asing datang ke Bali dengan syarat sudah divaksin di negara asalnya. Kemudian begitu tiba di Bali harus melakukan rapid test antigen untuk memastikan wisman tersebut bebas dari Covid-19.”Hal ini sudah dibicarakan dengan Menkumham, Menkes dan Menlu serta Satgas Covid-19. Pada prinsipnya usulan sudah ada dalam pembahasan di tingkat akhir di Pusat,” ungkapnya.
Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas program vaksinasi Covid-19 yang seiring makin membaiknya kondisi, maka Bali akan mendapatkan prioritas. Teknis pelaksanaan vaksin gotong-royong dan vaksin mandiri masih digodok oleh Kadin Indonesia Pusat. Melalui dana recovery sektor pariwisata yang diarahkan ke vaksin dengan target 1,2 juta pekerja di sektor pariwisata akan mampu menumbuhkan dan membangkitkan kepercayaan publik terhadap Bali.
“Kita doakan bersama semuanya cepat pulih, pariwisata bisa kembali lagi. Jika pariwisata pulih kembali, maka ekonomi akan kembali. Dan jika bicara pariwisata Indonesia, maka tak bisa lepas dari Bali,” katanya.
Sementara itu Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan terima kasih terhadap pemerintah pusat khususnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam upaya mempercepat pemulihan dampak pandemi Covid-19 di Bali.
“Beliau sudah menunjukkan komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap pariwisata di Bali,” kata Gubernur Koster.
Gubernur Koster yang didampingi Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengatakan pihaknya beserta jajaran telah mendiskusikan program-program khusus guna menyelamatkan kepariwisataan Bali yang terdampak sangat signifikan akibat pandemi.
“Untuk jangka pendek, menengah dan panjang sudah kami diskusikan, dan kami dukung sepenuhnya karena memang merupakan aspirasi para pelaku pariwisata di Bali maupun sektor-sektor pendukung alainnya,” ujar pria kelahiran Desa Sembiran, Buleleng ini.
Pihaknya berharap, semua program yang telah dicanangkan tersebut dapat segera direalisasikan pada tahun 2021 ini. Hal ini agar para pelaku parwisata dan mereka yang terdampak di Bali bisa segera tertolong dan diselamatkan minimal dalam jangka pendek.
“Semakin cepat akan semakin baik (realisasinya, red), dan saya berterima kasih kepada Bapak Menteri (Sandiaga Uno, red) yang secara rutin datang ke Bali menyampaikan progres penyelesaian program-program ini,” ucap Gubernur Koster.
“Kita doakan bersama agar pandemi ini bisa kita lewati dengan baik, dan pariwisata bisa pulih kembali,” harapnya.
Semoga! [T]
- Editor: Adnyana Ole