11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gurat Memoar | Ida Bagus Sena, Pelukis yang Mengaku Bodoh, yang Memetik Pelajaran dari Mana-mana

Vincent ChandrabyVincent Chandra
February 5, 2021
inKhas
Gurat Memoar | Ida Bagus Sena, Pelukis yang Mengaku Bodoh, yang Memetik Pelajaran dari Mana-mana

Ilustrasi: Ida Bagus Sena sedang melukis [Vincent Chandra]

Seorang filsuf besar di Athena, Socrates—dalam rangka membuktikan salah satu kebenaran ajaran filsafatnya di ruang pengadilan tempat ia akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan meneguk segelas minuman hemlock—sempat menyampaikan bahwa kebijaksanaan tidak dapat ditemui dari seorang yang berprofesi sebagai penyair, pemahat, dan pelukis. Andai Socrates lahir di jaman yang berbeda atau masih hidup sampai sekarang dan tinggal di Bali—terlebih bila mendapat kesempatan mengikuti perjalanan kami (tim Gurat Institute) menemui Ida Bagus Sena di studionya di Tebesaya, Ubud, Bali, pada hari Senin, 1 Februari 2021—mungkin ia akan mengubah kesimpulannya.

Bagi Socrates, kebijaksanaan sejati terkandung pada pengetahuan bahwa diri kita tidak tahu apa-apa. Dengan itu saya rasa saya cukup tepat jika menyebut Ida Bagus Sena sebagai orang yang bijak. Pasalnya hampir setiap jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan tentang karya-karyanya dan kesehariannya banyak ia awali dengan amat rendah diri, “Niki sampun, tyang nak belog.. (itu dah, saya orang bodoh/ tak tahu apa)”. Walaupun selanjutnya Tu Aji (sapa kami kepada Ida Bagus Sena; sapaan untuk orang Bali yang berasal dari golongan Brahmana) sendiri dapat menyampaikan pengetahuan-pengetahuannya secara fasih kepada tim Gurat.

Dalam pertemuan singkat sekitar 4 jam itu, rombongan kami—diantaranya pak Wayan Seriyoga Parta, Made Susanta Dwitanaya, Asok Nagara, Putra Wali Aco, Totok Hariyono, I Kadek Wiradinata, Putu Yoga Satyadhi, dan saya—beberapa kali dibuat takjub oleh penyampaian Tu Aji terkait pemikiran-pemikiran yang telah mengantarkan beliau pada segala pencapaiannya yang penuh kedalaman secara visual dan maknawi, serta kesungguhan pada tiap proses berkaryanya. Soal karya-karya Tu Aji sendiri nanti akan dijelaskan lebih lanjut oleh guru-guru saya di Gurat Institute dalam buku tentang Ida Bagus Sena yang rencananya akan diterbitkan dalam waktu dekat.

Memang terkesan cukup cepat untuk menerbitkan buku lagi, mengingat pada bulan Desember tahun 2020 lalu kami baru saja menerbitkan buku “I Gusti Made Deblog, Master Seni Lukis Naturalis Denpasar Bali”. Namun tidak berarti Gurat sedang terburu-buru. Kurang lebih sama seperti riset tentang Deblog yang telah dimulai sejak tahun 2014, riset tentang Tu Aji ini telah dimulai sejak tahun 2018 oleh salah satu founder Gurat, Wayan Seriyoga Parta yang akrab kami sapa Pak Yoga. Namun riset tersebut mulanya Pak Yoga lakukan untuk kebutuhan menulis dalam porsinya sebagai kurator pameran tunggal Tu Aji di Museum Puri Lukisan pada pertengahan tahun 2018.

Memberi label “orang bijak” pada Tu Aji saya rasa belum cukup untuk menggambarkan keseluruhan tentangnya. Karena itu saya perlu mengutip apa yang telah dituliskan oleh Pak Yoga dalam katalog pameran tunggal Tu Aji, yang pertama “(Ida Bagus Sena) selalu berusaha memetik pelajaran dari banyak orang, sehingga tidak pernah pupus senantiasa selalu belajar, hal ini ia petik secara tidak langsung dari pamannya Ida Bagus Made dan begitu membekas hingga menjadi tuntunan bagi dirinya untuk senantiasa mengembangkan diri”. Kedua, Pak Yoga juga menyimpulkan bahwa karya-karya Tu Aji adalah ruang penghayatan dalam dirinya sebagai upaya untuk memahami hidup, serta memahami perannya sebagai suami dan ayah bagi keluarganya.

Ida Bagus Sena

Meski lahir dan besar di tengah lingkungan seniman, Tu Aji ternyata menemukan bahasa rupanya sendiri dengan cara otodidak. Ia tidak pernah benar-benar belajar langsung lewat kakeknya Ida Bagus Made Kembeng, pamannya Ida Bagus Made (Poleng), atau bahkan ayahnya sendiri Ida Bagus Wiri yang juga adalah seorang pelukis. Temuannya ini berhasil ia peroleh melalui dialog-dialog sunyi antara dirinya dengan pengalamannya, dirinya dengan medium gambar, dan dirinya dengan kegelisahannya. Proses kompleks yang berbekal keuletan, kemampuan teknis yang matang, serta pengetahuan-pengetahuan mengenai nilai filosofis budayanya ini membuat nama Tu Aji kemudian diakui diantara para seniman-seniman, khususnya di daerah Tebesaya Ubud.

Sebagai seorang yang juga belajar menggambar secara otodidak sejak kecil, melihat karya-karya Tu Aji tentu membuat saya tertampar dan termotivasi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sesungguhnya proses-proses itu dilalui oleh Tu Aji, yang pasti saya sepakat dengan yang dinyatakan oleh Pak Yoga dalam katalog pameran tunggal Tu Aji, apa yang kami lihat di studionya hari itu adalah karya-karya yang menampakkan kualitas estetik serta nilai-nilai intrinsik yang kaya dengan makna. Terutama salah satu karya hitam putihnya yang berukuran cukup besar dan mendominasi seluruh bagian ruangan, karya yang belum lama ini baru ia lahirkan setelah dikerjakan selama 3 tahun (2018-2021).

Kami tidak heran mengapa karya ini bisa dikerjakan begitu lama. Terlebih apabila dilihat secara langsung, pada tiap sudut dalam bidang lukisnya kita bisa temukan detil-detil yang membuat mata seakan ingin terus masuk menembus lapisan-lapisan warna dari gelap ke terang yang dibuat secara perlahan dan sulit dihitung jumlahnya. Karya ini Tu Aji hasilkan menggunakan kuas bambu dan tinta yang diolah dengan teknik lukis tradisional Bali yaitu mulai dari membuat sketsa (ngorten), membuat gelap terang (ngabur), menegaskan bentuk (ngucek/ngeskes), dan mendetil (nyawi). Teknik ini banyak dipakai oleh para pelukis di Ubud.

Beruntungnya selain mengobrol banyak dan cukup lama, rombongan kami juga berkesempatan untuk melihat proses berkarya Tu Aji secara langsung. Mulai dari mempersiapkan kuas bambu hingga proses ngeskes. Ditengah kesempatan itu Tu Aji juga mengeluarkan kumpulan sketsa-sketsanya yang banyak diantaranya belum sempat ia terjemahkan keatas kanvas. Sketsa-sketsa ini isinya hanya coretan-coretan garis pensil yang ia maksudkan untuk merancang komposisi dan merekam ide-ide. Sebagian besar rancangan karyanya tampak menggambarkan cerita-cerita yang bersumber dari epos ramayana dan mahabrata, sebagian kecil lagi mengangkat tema sosial.

Semua sketsa ini tampak biasa-biasa saja, sederhana dan tidak berlebihan. Namun setelah sketsa-sketsa itu dipindahkan keatas medium kanvas dan digarap hingga selesai, kita bisa tahu betapa khusyuk dan dalam penghayatan Tu Aji terhadap karya-karyanya, serta betapa peka ia terhadap unsur-unsur visual yang dapat teramati lewat caranya menyusun komposisi secara utuh. Semua kerumitan-kerumitan dalam karyanya, seperti latar depan-belakang yang penuh diisi figur-figur detail, setingan alam, hingga keesktriman dimensi warna gelap dan terang, semua itu dimulai dari sketsa-sketsa sederhananya. Salut.

Meski ada banyak cerita dari Tu Aji yang—akibat keterbatasan bahasa Bali saya—tidak bisa saya pahami, saya pribadi cukup puas dan bersyukur bisa melihat dan merasakan langsung energi positif dari karya-karya Tu Aji. Toh soal bahasa, saya percaya teks visual tidak kalah sering berbicara jujur dan apa adanya. Karena sejatinya karya seni itu sendiri dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan orang-orang. Di akhir pertemuan, kami semua berjanji untuk datang kembali dan mengobrol lebih banyak. Dan hingga saat itu tiba, tulisan ini hadir untuk mengingatkan saya sendiri tentang betapa saya tidak tahu apa, yang berkat indahnya cara semesta bekerja hingga hari ini pun saya selalu dipertemukan dengan para guru-guru kehidupan.

Walaupun menurut Tu Aji, “Untuk kehidupanmu sendiri kamu tidak butuh guru. Kamulah contoh untuk dirimu sendiri.” [T]

Ruang Antara Studio, Gurat Institute, Batubulan, 2021

Tags: balipelukisSeni RupaUbud
Previous Post

Cerita Rakyat NTT dalam Prasi Khas Bali || Yohanes de Santo jadi Pemenang di Ajang PBB

Next Post

Merevisi Nukilan Sejarah Visual | “Erotic Relief” Karya Nieuwenkamp & Relief Bale Kulkul di Klungkung

Vincent Chandra

Vincent Chandra

lahir dan besar di Medan, menempuh pendidikan S1 di Undiksha, Singaraja. Senang menggambar, melukis, menulis, dan terus ingin belajar hal-hal baru.

Next Post
Merevisi Nukilan Sejarah Visual | “Erotic Relief” Karya Nieuwenkamp & Relief Bale Kulkul di Klungkung

Merevisi Nukilan Sejarah Visual | “Erotic Relief” Karya Nieuwenkamp & Relief Bale Kulkul di Klungkung

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co