3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha

ILustrasi tatkala.co / Nana Partha

KETURUNAN GAJAH MADA DI BALI

Sugi Lanus by Sugi Lanus
January 25, 2021
in Esai

Catatan Harian Sugi Lanus, 25 Januari 2021


1. Gajah Mada memiliki keturunan di Bali. Kisah ini masih beredar di Bali tahun 1842.

Kisah yang diturunkan secara turun-temurun ini mengatakan bahwa Gajah Mada memiliki keturunan dan tinggal di Bali Tengah yang sekarang dikenal dengan nama kawasan Mengwi. Keturunannya dikabarkan tinggal di sana, sebelum akhirnya terbentuk Kerajaan Mengwi sekitar tahun 1723.

2. Dimana bisa ditemukan naskah dan catatan yang menyebutkan Gajah Mada punya keturunan di Bali?

  • Di Kerambitan terdapat naskah ketikan yang mengatakan bahwa Gajah Mada memiliki 8 putra. Penjelasan ini terselip di antara kisah tentang para bangsawan di kerajaan di Bali. Sayangnya, naskah lontar aslinya tidak bisa saya temukan hanya tertinggal salinan dalam bentuk ketikan.
  • Tahun 1842 ada utusan Belanda ke Bali mencatat khusus bagaimana sistem pemerintahan dan strata sosial di Bali. Catatan khusus ini dilaporkan ke ke Jean Chrétien baron Baud — Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-44 yang berkuasa antara tahun 1834 – 1836. Dalam catatan terungkap cukup panjang lebar tentang bagaimana keturunan Gajah Mada dan para Arya yang datang dari Bali menjadi penyusun strata kebangsawanan baru di Bali setelah mereka hijrah ke Bali. Sebelumnya tidak terdapat strata kebangsawanan di Bali, Gajah Mada dan keluarga para Arya serta pandita dari Majapahit yang membuat kemunculan atau adanya strata kebangsawanan di Bali.
  • Catatan lain yang juga ditulis penelit Belanda, yaitu R. Friederich (1887), mencatat bahwa ada keturunan dari Gajah Mada menjadi penguasa lokal yang tersebar di Bali. Catatan panjang R. Friederich seperti membenarkan catatan lain sebelumnya yang ditulis 1842. Gajah Mada dan keluarganya disebutkan sebagai penguasa dan wilayah Mengwi sebelum terbentuknya Kerajaan Mengwi dan Kerajaan Badung. Disebutkan pula bahwa informasi keberadaan Gajah Mada di Bali dihilangkan dari lontar USANA JAWA. Terjadi rekontruksi penulisan sejarah tradisional Usana dan Babad yang menghilangkan informasi keberadaan Gajah Mada di Bali.

3. Dari catatan bertanggal 14 Maret 1842 (Laporan ke Jean Chrétien baron Baud — Gubernur-Jenderal Hindia Belanda) kita mendapat informasi bagaimana terbentuknya kebangsawanan di Bali dan sistem strata di Bali adalah bagian dari dampak kepindahan masyarakat Jawa ke Bali. Muncullah gelar kebangsawanan di Bali yang tidak dikenal sebelumnya. Stara sosial pasca kedatangan bubaran  Majapahit ke Bali ini membentuk strata sosial yang ditemukan di Bali tahun 1842.

Catatan tersebut jelas menyebutkan bahwa:

  • Telah terjadi pergantian atau konversi agama di Majapahit.
  • Raja tua tidak rela ada pertumpahan darah dengan putranya. Raja Brawijaya tidak ingin ada pertumpahan darah antar masyarakat Majapahit. Oleh karena itu bagi yang setia mengikuti “paham Brahma” mereka diajak pindah ke Bali.
  • Disebutkan Raja Brawijaya berjuang keras pindah ke Bali bersama rombongan besar. Tidak terhindarkan ada penolakan dari masyarakat Bali. Terjadi pertumpahan darah di Bali akibat exodus masyarakat Majapahit. Penolakan masyarakat Bali menyebabkan banyak bentrok-bentrok di kalangan masyarakat pendatang Majapahit dan Bali mula.
  • Raja Brawijaya sendiri yang disebutkan men-setting berdirinya kerajaan baru di wilayah sekitar Klungkung [kemungkinan yang dimaksud adalah Samprangan dan Gelgel].
  • Gajah Mada menduduki wilayah Bali bagian tengah, yang kini dikenal sebagai Mengwi.
  • Semenjak itulah terjadi pembentukan strata sosial dan muncul gelar kebangsawanan di Bali. Kerumitan gelar kebangsawanan muncul karena ada kebiasaan berpoligami sehingga muncul berbagai gelar yang sangat rumit — kemungkinan yang dimaksud adalah asal strata dari istri atau latar belakang keluarga pihak perempuan turut menentukan penamaan atau gelar kebangsawanan dari anak-anak mereka. Sekalipun berayah atau bapak sama, tapi kalau beribu dengan latar belakang berbeda mereka menyandang status berbeda, tergantung juga sah tidaknya hubungan mereka, ini yang kadang membuat keturunannya punya beragam gelar, bahkan tidak memakai gelar formal, sekalipun masih diakui sebagai keturunan atau keluarga mereka.

4. Keturunan Gajah Mada disebutkan dalam laporan 1842 dan R. Friederich (1887) mereka masuk sebagian menjadi keturunan penguasa kerajaan Mengwi, bangsawan Marga, sebagian di Badung, dan sebagian ikut menyusun kebangsawanan di Karangasem. Keturunan Gajah Mada disebutkan bergelar Gusti.

5. Saya sendiri mendengar dari penuturan langsung dari Biang Bulan Trisna Djelantik (Prof. Dr. dr Ayu Bulantrisna Djelantik, spesialis THT) yang lebih dikenal sebagai maestro Legong, tak lain putri dari Dr. AA Made Djelantik, saudara dari Raja Karangasem terakhir, bahwa di masa kecilnya mendengar penuturan dari keluarganya kalau keluarga mereka punya darah kebangsawanan terkait Patih Gajah Mada. Informasi ini tidak umum di Bali namun “informasi internal” keluarga bangsawan inti ini masih ada jejaknya, kalangan terbatas yang lahir tahun 1940-an masih mengetahui kisah keberadaan keluarga yang punya leluhur terkait dengan Gajah Mada. Kisah lisan ini sejalan dengan catatan bertahun 1842 yang ditujukan kepada Gubernur-Jenderal Hindia Belanda Jean Chrétien baron Baud, dan sesuai dengan yang ditulis oleh R. Friederich (1887).

6. Teks lets Over Bulie en deszelfs bewoners (bertanggal 14 Maret 1842, yang merupakan laporan ke Jean Chrétien baron Baud — Gubernur-Jenderal Hindia Belanda) dan tulisan R. Friederich (1887) ‘An account of the island of Bali’ dimuat dalam Miscellaneous Papers Relating to Indo-China and the Indian Archipelago, Volume 2 (1887), menjadi rujukan menarik dan perlu dipelajari lebih jauh mengingat disebutkan oleh R. Friederich bahwa keberadaan Gajah Mada disengaja dilenyapkan dalam penulisan USANA JAWA. Kini USANA JAWA menjadi banyak rujukan penulisan sejarah lokal Bali. Demikian juga kisah “lenyapnya Gajah Mada” dan hilangnya jejak misterius Gajah Mada lenyap tanpa keturunan yang beredar di Jawa, yang menjadi opini yang beredar luas, ternyata sangat berbeda dengan sejarah lisan di Bali tahun 1842.

Pembentukan Kerajaan Mengwi tahun 1723 akhirnya “menumpuk” dengan sejarah sebelumnya, kedatangan Majapahit yang dikenal umum bertahun Śaka “sirna hilang kertaning bhumi” (1400) atau 1478 M. Sejarah Kerajaan Mengwi yang seakan menumpuk kisah keluarga Gajah Mada, membuat jadi tidak lagi terjejaki, padahal kisah itu dahulunya jelas disebutkan bahwa keturuan Gajah Mada disebutkan menjadi penguasa atau tinggal di wilayah Bali bagian tengah — dikenal selanjutnya sebagai Kerajaan Mengwi setelah dibentuk kerajaan ini. Seiring bertumbuhnya Kerajaan Mengwi itulah diperkirakan memudar pula ingatan keberadaan kedudukan Gajah Mada dan keluarganya di Bali bagian tengah ini.

7. Catatan saya pribadi, setelah membandingkan Usana Bali dan Usana Jawa, ada beberapa kejanggalan Usana Jawa memang sepertinya direvisi dan beberapa hal yang sensitif dihilangkan. Seperti Arya Damar yang dalam peperangan melawan laskar Bali secara “tidak sengaja” membunuh Pasung Grigis, lalu dalam USANA BALI disebutkan Pasung Grigis diajak berperang ke Sumbawa dan gugur di sana. Usana Jawa masih memuat gugurnya Pasung Grigis dalam perang di wilayah Ularan menghadang pasukan Arya Damar. Kebencian penduduk Bali mula yang berperang menolak Majapahit sepertinya ingin dilunakkan dalam penulisan Usana Bali dengan mengatakan Pasung Grigis — mahapatih di Kerajaan Bali sebelum ditaklukkan Majapahit — tidak gugur dalam perang di Bali melawan Arya Damar, tapi disebutkan berpulang melawan penguasa Sumbawa. Nama keturunan Arya Damar di Bali tersamar seperti “berganti nama” (?) atau “disamarkan” (?) menjadi Arya Kenceng, kemungkinan ingin “menghapus ingatan” dari masyarakat Bali mula yang ditundukkan oleh pasukannya Arya Damar bersama Gajah Mada. Demikian juga, kalau kita percaya sumber informasi dari R. Friederich — bahwa Usana Jawa telah diubah dan dihapus nama keberadaan Gajah Mada dan keturunannya yang berkuasa di kawasan Mengwi Revisi — mungkin punya maksud tertentu. Ada kemungkinan “pelenyapan informasi” keberadaan keluarga Gajah Mada di Bali sengaja dilakukan agar tidak ada sentimen atau kebencian muncul di kalangan masyarakat Bali mula yang ditundukkan di masa lalu. “Pelenyapan informasi” keturunan Gajah Mada ini juga sekaligus untuk menjamin kedamaian dari keturunannya untuk hidup sebagai “orang kebanyakan” yang tidak perlu lagi dibebani sejarah perang masa lalu yang sangat besar melekat pada nama Gajah Mada.

Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Ilustrasi berjudul Memahami Komunitas oleh  Oceu Apristawijaya
Esai

Mengetuk Pintu dan Memasuki Suatu Komunitas || Dari Buku “Melawan Setan Bermata Runcing”

Dari semua acara di  tahun 2020 yang saya hadiri,  yang paling meninggalkan kesan mendalam adalah pameran seni  sekaligus diskusi buku ...

January 14, 2021
Foto-foto: koleksi penulis
Perjalanan

Deru Angin Dini Hari di Puncak Gunung Abang

OKELAH, aku harusnya menulis ini September tahun lalu. Entah mengapa ada saja kegiatan yang mesti didahulukan, sehingga tulisan ini menjadi ...

February 2, 2018
PMI menggalang dana
Khas

Memulihkan Kembali Nama Baik PMI

Dua bulan terakhir, nama PMI mencuat ke permukaan dengan stigma yang begitu negatif. Muncul di media sosial sampai terjadi aksi ...

May 19, 2020
Ilustrasi diolah dari sumber google
Cerpen

Cerita Di Balik Penjara

  SEMUA ini berawal pada malam penghujung September 1965, Indonesia mengalami politik yang berdarah. Salah satunya ditandai dengan penculikan dan ...

February 2, 2018
Foto: Surya Hermawan
Esai

Tentang Batu, Rindu, Hingga Toleransi – Catatan Ringan Mahasiswa Bali di Malang

ADALAH kursi taman ini yang mengingatkanku tentang kejadian yang hampir genap setahun berlalu. Kala itu, langkah kaki ini masih menyendiri. ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In