31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Aud Kelor: “Anak Kedua” Carma Citrawati yang Komikal, Satir dan Menggemaskan

Ari DwijayanthibyAri Dwijayanthi
August 11, 2020
inUlasan
Membaca Kelor dalam Aud Kelor

Bila dalam bumbu masakan Bali ada yang namanya basa genep maka dalam kumpulan cerpen berbahasa Bali, Aud Kelor, Carma Citrawati menyuguhkan kelor dengan berbagai rasa. Kelor yang lengkap: pedas, agak kelebihan jahe, asinnya pas mengunci cita rasa, ada juga yang terasa bukan seperti bumbu Bali. Ya, kelor yang bukan terasa seperti bumbu Bali sering kali dicecap, penuh kejutan di tiap alurnya sehingga pembaca digiring untuk selalu ke luar dari ekspektasi-ekspektasi rasa yang ingin dicari.

Aud Kelor menjadi “anak kedua” seorang Carma Citrawati setelah anak pertamanya bernama Kutang Sayang Gembel Madui lahir 2016 silam. Perjalanannya dalam mengasuh Kutang Sayang Gembel Madui, menjadikannya “ibu” yang lucu, serius, banyak akal, bahkan sesekali psikopat (maaf mungkin berlebihan) untuk menjadikan “anak pertamanya” sedikit penurut agar dia bisa melahirkan adik terbaik. Perjalanan “ngidam” Carma dimulai dari kesibukannya menonton drama Korea, membaca karya-karya penulis lainnya, membaca lontar, memasak makanan yang resepnya diganti, menertawai hidup, berdiskusi, dan yang paling sering: berbicara dengan bonsai milik suaminya (mungkin).

Seperti umumnya perempuan yang sedang “ngidam”, seperti itu pula Carma mencoba meramu berbagai macam ide-ide yang berlompatan di kepalanya. Tak bisa dielakkan kadang ide itu berakhir mangkrak, seperti darah yang luruh di dinding rahim, namun sekali lagi Carma bukan perempuan yang menyerah untuk itu. Tanpa larut dalam kesedihan, Carma mencoba ramuan-ramuan baru di setiap harinya, hingga melahirkan berbagai gaya dalam penyajian cerpennya.

Buku Aud Kelor memuat tiga belas cerpen yang kalau diperhatikan hampir sebagian besar tokoh dalam dalam cerpen menggunakan nama Kelor. Sungguh menggelitik, mengapa Kelor yang dipilih, mengapa bukan yang lain? Apa karena Kelor sedang naik daun untuk kesehatan? Atau karena ungkapan aud kelor dalam bahasa Bali berarti kondisi tak bersalah namun diikutkan menanggung kesalahan orang lain? Alih-alih dibela, namun menjadi kambing hitam? Kelor di sini lebih dari itu, Carma menghadirkan tokoh-tokoh Kelor yang satir, brutal, kalem, licik, cerdas, bijak untuk menjungkirbalikkan keadaan normal. Celakanya, Carma selalu berhasil memutar logika dengan baik, akhir cerita yang disiapkan tanpa terkesan dipaksa.

Satu hal yang membuat benar-benar terkejut, tiga belas cerpen sebagian besar menggunakan laki-laki sebagai tokoh utama. Kalau pun ada hanya satu judul cerpen saja pada Ka-rauh-an, selebihnya pada cerpen-cerpen lain tokoh perempuan hanya bagian dari konflik untuk menuju alur yang lain. Menarik bukan, penulis perempuan biasanya terjebak dalam eksplorasi keperempuanannya, yang kemudian menjadi pendukung garis keras feminisme. Carma tidak begitu. Sekali lagi Carma menjadikan “aku” diri sebagai “Kelor” laki-laki. Ataukah ini juga semacam meminjam karakter laki laki untuk menguatkan, bahwa suara perempuan akan didengar apabila lelaki yang bicara. Ya, di sini mari bersepakat tentang feminisme bukan sekadar urusan kelamin, tapi urusan karakter yang ada dalam diri tiap individu baik laki-laki maupun perempuan.

Pada cerpen yang berjudul Wayan Kelor misalnya, penulis menghadirkan nuansa komikal sekaligus satir yang terjadi di akhirat, saat tokoh Wayan Kelor dipaksa masuk akhirat atas catatan kematiannya yang mati dipatuk ular. Wayan Kelor yang logis dan sederhana, tidak ingin mati, dia hanya ingin pulang ke dunia, menjalani hidup sebagai manusia. Dialog penuh drama terjadi antara Wayan Kelor dengan Sang Suratma yang bertugas sebagai pencatat segala dosa dan karma baik manusia. Sang Suratma tidak menoleransi kesalahan sekecil apa pun, Sang Suratma tidak mau menerima alasan pada setiap hal buruk yang dilakukan meski pun itu tujuannya baik. Perhitungan Sang Suratma mutlak: salah ya salah. Di sini penulis hadir dengan percakapan yang menggiring membaca pada alur berikutnya, yaitu lahirlah kesepakatan Wayan Kelor mau masuk akhirat bilamana Sang Suratma turun dulu ke dunia menjadi Wayan Kelor. Sepakat pada akhirnya Sang Suratma yang mencoba menjadi Wayan Kelor frustasi hidup di dunia, lalu ingin kembali ke akhirat, sayangnya Wayan Kelor yang menjadi Sang Suratma membuat skenario baru: Sang Suratma tetap menjadi Wayan Kelor, Wayan Kelor menjadi Sang Suratma.

Keberanian Carma menggugat kemutlakan Sang Suratma melalui tokoh Wayan Kelor adalah bentuk perlawanan manusia terhadap hukum-hukum akhirat yang konon hanya melihat benar salah. Pikiran-pikiran liar untuk sesekali menukar posisi dewa dan manusia menjadi tawaran baru menyelesaikan akhir cerita, karena di masa-masa sekarang ini ada pelajaran agama juga yang patut digugat dan didiskusikan agar tidak menakutkan. Bukankah agama itu pekerjaan, sehingga setiap pekerjaan memang selalu harus diperbaharui kontraknya untuk bisa tetap langgeng?

Carma dalam cerpen Gamongan Kladi Jaé terlihat sangat rapi dalam menuntun pembaca mencari-cari aroma bangkai yang dicium oleh tokoh Lecir. Penggambaran ketakutan tokoh Lecir membuat pembaca bertanya-tanya apa yang terjadi terdahulu, bagaimana bisa ada bau bangkai di rumah tetangganya yang mahajudes bernama Pan Puspa padahal rumah itu sudah ada penghuni baru setelah Pan Puspa menghilang entah ke mana. Lalu siapa penghuni barunya itu, mengapa ada bau bangkai lagi setelah penghuni itu datang. Lecir bertanya-tanya penuh ketakutan, hingga mencoba berkenalan dengan penghuni barunya. Apa yang terjadi? Saya mencoba untuk tidak mengungkapkannya di sini, bagi yang belum membaca silahkan membaca Gamongan Kladi Jaé, sebab saat saya membaca ini, jujur saya merasa terteror. Yang jelas, Carma berhasil dengan sabar meneror pembaca dan menggiring pembaca untuk mengetahui nasib tokoh Lecir setelah mencium bau bangkai serta apa yang sesungguhnya terjadi di rumah Pan Puspa. Ini sama terterornya saat menonton drama Korea, Terius Behind Me.

Sementara pada cerpen lainnya, Ka-rauh-an, Carma menghadirkan dua tokoh perempuan yang mengintimidasi dan terintimidasi dalam sebuah percakapan yang dibalut dalam pengamatan penulis tentang maraknya karauhan di sekolah. Sekali lagi, Carma cukup berhasil memainkan emosi pembaca dengan dialog yang dominasi oleh tokoh Wayan Murni. Diceritakan Wayan Murni dan Luh Suti adalah sama-sama guru di sekolah favorit, keduanya sedang mengawas ujian, keduanya memiliki nasib yang sama: janda. Percakapan Janda Murni cukup membuat marah Janda Suti, keduanya lalu saling cakar, saling teriaki, murid-murid ketakutan (ada yang melompat ada yang berlari), wartawan menyerbu, kepala sekolah panik. Apa isi percakapan dan bagaimana kepala sekolah meredam isu, Carma mencoba menggali konflik lain tentang janda yang bukan hanya rebutan pacar tetapi juga tentang kesetiaan pada keluarga. Membaca cerpen ini, seperti melihat dunia “perjandaan” lainnya yang ada di Bali.

Kurungan adalah cerpen Carma yang menghadirkan lima kepribadian dalam satu diri tokoh bernama Wayan Kacrut. Pergantian satu kepribadian dengan kepribadian lain digarap dengan sangat teliti oleh Carma, kontruksi konflik yang dibangun menjadikan Kurungan layak disebut gaya baru penulisan cerpen berbahasa Bali. Sepertinya saat “ngidam” cerpen ini, Carma sedang tergila-gila dengan eksplorasi tokoh Cha Do Hyun dalam drama Korea Kill Me Heal Me. Eksplorasi yang tidak dipaksa melahirkan karya yang bernas dalam cerpen Kurungan.

Selain empat cerpen tersebut Carma juga mengangkat fenomena-fenomena sosial yang terjadi seperti dalam cerpen PNS (tokohnya dipaksa menjadi PNS oleh ayahnya), Me (anak lelaki yang menikahi ibunya), Maberuk Tanah (absurbditas sorga neraka dengan jalan cerita yang cukup sunyi), Pingit (kesepian seorang ayah atas kesalahannya), Keneh Pasih (tentang reklamasi), Majalan Puyung (tentang menjual warisan).  

Secara keseluruhan, dibanding Kutang Sayang Gembel Madui, Carma memperlihatkan kemajuan dalam gaya penulisan dan keutuhan cerita. Hanya saja dalam beberapa cerpen, masih ditemui kesan ekshibisionis dimana penulis mencoba menampilkan pengetahuan personalnya ke dalam tokoh. Penjelasan tampak berpanjang-panjang dalam narasi dan dialog sehingga tema yang diangkat jadi tidak tajam, cenderung datar. Pilihan menggunakan percakapan yang seolah “terlalu apa adanya” juga membuat cerita kehilangan greget dan sisi urgensinya.

Terakhir, selamat mencicipi olahan kelor dalam Aud Kelor, jika cita rasa kelornya belum ditemukan di awal, bersabarlah, kunyahlah tiga puluh dua kali: temukanlah. [T]

Tags: Bukukelorresensi buku
Previous Post

Pura Mobil di Nusa Penida dan Riak Teologi Lokal

Next Post

Tentang Kasta di Bibir Gelas

Ari Dwijayanthi

Ari Dwijayanthi

Bernama lengkap Ni Made Ari Dwijayanthi, lahir di Tabanan, 1988. Lulusan S2 Jawa Kuno, Unud, ini banyak menulis puisi dan prosa dalam bahasa Bali, antara lain dimuat di Bali Post dan Pos Bali. Bukunya yang berjudul Blanjong (prosa liris Bali modern) mengantarkannya meraih penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali tahun 2014

Next Post
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Tentang Kasta di Bibir Gelas

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co