- Judul : Dongeng Kayu. Mogok Sekolah!
- Penulis : Kadek Sonia Piscayanti
- Ilustrator : Ni Kadek Heny Sayukti
- ISBN : 978-623-7220-51-0
- Penerbit : Mahima Institue Indonesia
- Cetakan : Pertama, Mei 2020
Sebelumnya saya mohon ijin untuk Penulis: Ibu Sonia. Guru, sekaligus idola saya di bidang sastra. Kalau diijinkan bercerita, saya sudah mengidolakan beliau semenjak masuk di bangku Sekolah Menegah Atas melalui karya-karya beliau. Sepertinya kalau tidak salah, Buku Cerita Anak Bergambar ini merupakan buku perdana di dunia literasi anak anak. Karena selama ini saya mengenal beliau adalah seorang penulis prosa, sajak dan karya sastra monumental. Mungkin, inilah salah satu prosa sederhana beliau yang mudah dipahami oleh anak-anak Sekolah Dasar. Namun bukan berarti karya ini tidak monumental. Karya ini mewakili ungkapan sederhana seorang ibu yang bersedia sabar merawat buah hatinya.
Sebagai seorang penulis, Ibu Kadek Sonia mampu membawa drama anak dalam buku cerita bergambarnya. Bagaimana Kayu, seorang anak berumur lima tahun yang tidak mau bersekolah hanya karena mengompol dan ditertawai oleh teman-temannya. Hal ini menjadi sebuah peringatan bagi sekolah dan dunia pendidikan, bagaimana “bullying” dapat berpengaruh besar terhadap psikologi anak sampai pada akhirnya Kayu tidak mau sekolah hampir satu setengah bulan.
Namun peran ‘bunda’ dalam cerita ini mampu menjadi solusi ‘mogok sekolah’ yang dilakukan oleh Kayu. Pada halaman 10 dijelaskan bahwa Kayu berulang tahun yang ke-lima dan Kayu ingin merayakan ulang tahunnya. Bagaimana bisa Perayaan tersebut berlangsung meriah tanpa kehadiran teman-temannya? Sedangkan di lain hal Kayu ‘mogok sekolah’ dan tak pernah ke sekolah.
Pada bagian ini banyak perdebatan yang dilakukan oleh Kayu dan juga bunda. Singkatnya Kayu mau mengundang teman-temannya dan Kayu memutuskan pergi ke sekolah mengundang teman-temannya.
Di akhir cerita, ketika Kayu merayakan ulang tahunnya tampak dalam ilustrasi Kayu dan teman-temannya tampak ceria seolah melupakan apa yang menjadi gejolak seorang Kayu selama hampir dua bulan ‘mogok sekolah’. Sebuah pesan singkat sarat makna juga tersirat dalam cerita ini bahwa ‘penerimaan’ di dalam komunitas itu sangat penting bagi siapapun sekalipun anak yang baru berumur lima tahun.
Buku cerita anak ini banyak memiliki nilai ‘plus’. Hampir tidak ada ‘kecacatan’ sedikitpun. Ini merupakan ungkapan yang wajar terlepas Bu Sonia adalah seorang sastrawan yang hebat. Dari Design sampul dan isi, Buku Anak ini tak main-main. Dengan harga yang tergolong ekonomis, buku ini dapat menjagkau bagi orang tua siswa yang ingin anaknya getol menikmati sastra. Karena sejujurnya, buku ini asyik untuk dinikmati.
Ni Kadek Heny Sayukti sebagai illustrator buku ini juga tak main-main dalam berkarya, beliau mampu dengan detil memahami isi dari cerita yang disampaikan penulis. Sehingga karakter dalam ilustrasi beliau sangat kental. Buku ini colourfull. Jika buku ini ada di rak buku perpustakaan anak, saya yakin buku ini mendapat perhatian yang khusus. Selain buku ini memiliki ukuran yang besar, buku ini memiliki warna yang cerah sehingga menarik minat siswa untuk membacanya. [T]