31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyanyi Menggunakan Basa Nosa, Dapat Apa?

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
June 20, 2020
inOpini
Nyanyi Menggunakan Basa Nosa, Dapat Apa?

Salah Satu Klip Nanang Mekaplar Berlatar Alam NP. Screenshot Video Klip Lagu “Babar Mekaplar”

192
SHARES

Bernyanyi menggunakan bahasa nasional? Ah, biasa aja kali! Atau bernyanyi menggunakan bahasa daerah, misalnya bahasa Bali? Itu pun mungkin dirasakan sudah biasa. Sudah banyak. Bagaimana kalau bernyanyi menggunakan bahasa Bali dialek Nusa Penida (basa Nosa)? Nah, ini pasti tidak biasa alias langka! Akan tetapi, kenyataannya memang ada, lho!

Sebut saja Nanang Mekaplar dan Kalego Ajoesbedik. Hingga kini, keduanya sama-sama konsisten—kreatif menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu berbasa Nosa terutama di panggung medsos (youtube). Terus, mereka dapat apa, sih?

Setahu saya, Nanang Mekaplar merupakan pionir penyanyi berbasa Nosa, sedangkan Kalego bisa disebut sebagai regenerasinya. Sebagai pionir, setidaknya Nanang Mekaplar sudah menelurkan 2 album yaitu Ledok-Ledok dan Gending Nusa Penida. Jika pada album pertama berbentuk keeping VCD, maka album kedua beredar dalam bentuk cakram DVD dengan format audio MP3 dan digarap di EMP Studio Jakarta. Lagu-lagu Nanang juga dapat dinikmati lewat medsos.

Salah Satu Klip Nanang Mekaplar Berlatar Alam NP. Screenshot Video Klip Lagu “Babar Mekaplar”

Tema-tema lagunya cukup beragam mulai dari soal cinta (romantisme), kritik sosial, spiritual, kearifan lokal, alam (geografi) dan lain sebagainya. Namun, dari beragam tema yang diusung oleh Nanang Mekaplar, sejatinya sangat kental dengan spirit kecintaan terhadap tanah air NP. Hal ini diperkuat oleh video klipnya yang hampir 98 persen berlatar belakang geografi NP—sehingga ada kesan kuat bahwa menonton klip Nanang Mekaplar—kita seolah-olah digiring berwisata menikmati pesona Pulau NP secara virtual.

Komitmen bermusik (basa Nosa) Nanang Mekaplar pantas mendapat acungan jempol. Meskipun bernaung di bawah payung indie label, tak membuat Nanang bermusik asal-asalan. Pria yang bernama asli I Ketut Sudiarta ini tampak serius mulai dari proses kreatif penciptaan lagu, pembuatan video klip, hingga proses rekaman. Bukan hanya menguras pikiran, energi, waktu, melainkan juga menghabiskan isi kantong (modal). Namun, semua dapat dilaluinya tanpa alangan serius oleh Nanang Mekaplar, yang juga seorang doktor, dosen STAHN di Palangkaraya ini.

Berbeda dengan Kalego. Ia justru terjun ke dunia musik NP dengan modal nekat. Coba tonton videonya di youtube! Terlihat sangat sederhana. Menonton Kalego di youtube seperti menyaksikan penyanyi yang sedang live di satu tempat—dengan alat musik yang sangat sederhana yaitu berupa gitar akustik saja.

Meskipun demikian, Kalego bukan seniman kacangan. Lagu-lagunya di youtube mendapat sambutan luar biasa dari pencinta lagu basa Nosa. Hingga saat ini, ia berhasil mengantongi subscriber mencapai 15,5 ribu (Nanang justru masih di angka 6 ratusan). Sebuah pencapaian angka yang cukup spektakuler. Padahal, pria yang suka nyeleneh dan ngoceh ini baru dikenal oleh pecinta lagu basa Nosa beberapa tahun lalu.

Hingga sekarang, Kalego belum melahirkan album. Lelaki slengehan dan terkenal humoris ini masih menciptakan lagu-lagu secara sporadis, lalu mengunggah di chanel youtubenya. Tema-tema lagunya sangat ringan dan simpel. Dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun, ia mampu mengemasnya ke dalam lirik-lirik lagu ala dirinya yang khas. Sederhana, kocak, tetapi bobot kritik sosialnya “mekaplar” dan menyentuh.

Sama halnya dengan Nanang Mekaplar, lagu-lagu Kalego juga dapat dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat baik kelas bawah, menengah maupun kelas atas. Pun dari segala umur mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Karena lirik lagunya tidak terlalu puitis, tetapi seperti bahasa komunikasi sehari-hari, sehingga mudah dipahami oleh penutur basa Nosa.

Baik Nanang Mekaplar maupun Kalego sama-sama mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat NP. Keduanya mendapat apresiasi dari penutur basa Nosa yang tinggal di Pulau NP, Bali daratan, daerah trasmigrasi bahkan di luar negeri. Umumnya, mereka menyambut baik adanya penyanyi berbasa Nosa. Lalu, Nanang dan Kalego dapat apa?

Pertanyaan ini pantas diajukan mengingat jumlah penutur basa Nosa terbatas. Rasionalnya, pendengar/ penikmatnya terbatas pula, kan? Jumlah penutur setidaknya berpengaruh terhadap ruang lingkup penikmatnya. Semakin luas jangkauan bahasa yang digunakan oleh sang penyanyi, maka makin terbuka lebar untuk meraup penikmat (penggemar) lebih banyak.  

Kalau berpikir untung/ rugi, rasanya agak sulit memperoleh finansial yang menjanjikan dari total menjadi seorang penyanyi (musisi) lagu berbasa Nosa. Realita bicara bahwa pangsa pasarnya sangat terbatas. Sehebatnya-sehebatnya musisi NP, mereka tetap bergulir di seputaran penutur basa Nosa.

Persoalan akan berbeda apabila status penyanyi lagu Nosa mereka jadikan sebagai batu loncatan. Misalnya, setelah unjuk kualitas dan mimiliki massa, mereka menggandeng musisi kelas lokal Bali. Bisa jadi popularitasnya kian melebar. Lebih luas lagi misalnya, menggandeng musisi nasional atau internasional. Bisa jadi, kan?

Jika demikian adanya, semua pihak akan diuntungkan. Pertama, menguntungkan musisi itu sendiri karena potensial mendatangkan profit. Ya, mereka akan memiliki massa (penikmat) dan sekaligus pangsa pasar yang lebih luas. Artinya, potensi untuk meraup finansial lebih terbuka. Kedua, menguntungkan masyarakat NP karena berpeluang mempromosikan basa Nosa lebih luas ke publik. Jika sudah dikenal oleh massa di luar penutur NP, tentu lebih mudah menarik massa. Apalagi massa itu merupakan penggemar. Kok, bisa?

Anggaplah mantan penyanyi Nosa sudah menjadi idola masyarakat Bali atau nasional misalnya, maka lebih mudah mereka mempopulerkan basa Nosa. Lagu dalam bahasa apapun (termasuk basa Nosa) yang nantinya dibawakan, penggemar  pasti akan berusaha menikmatinya. Dengan kata lain, mereka (para penggemar) sesungguhnya sedang belajar basa Nosa.

Mungkinkah Nanang Mekaplar atau Kalego akan melakukan lompatan itu? Biarkan waktu yang menjawabnya nanti. Sekarang, coba ditimbang mereka dapat apa dari komitmen bernyanyi basa Nosa di medsos. Ya, mungkin orang-orang akan mengatakan bahwa mereka ingin ketenaran, follower atau sekadar melampiaskan ekspresi berkreasi (seni). Menurut saya, misi tersebut mungkin ada, tetapi persentasenya tidak besar.

Penyanyi Nosa dan Soal Dedikasi

Kecenderungan yang saya lihat justru kepada misi “memberi” (meyadnya), bukan berorientasi pada materi atau finansial. Mereka (para penyanyi Nosa) mempertaruhkan dedikasinya demi tanah kelahiran. Dedikasi untuk menunjukkan bahwa betapa mereka sangat bangga dan cinta terhadap Pulau NP. Dedikasi inilah yang mendorong mereka berani menyanyikan lagu berbasa Nosa di panggung youtube. Mengapa saya katakan “berani”? Karena faktanya, basa Nosa masih dianggap sebagai dialek ledekan, walekan dan bullyan—walaupun sering dalam konteks bercanda.

Salah Satu Klip Nanang Mekaplar Berlatar Alam NP. Screenshot Video Klip Lagu “Babar Mekaplar”

Saya menangkap, ada komitmen dari seorang Nanang dan Kalego untuk mengangkat martabat orang NP melalui bernyanyi dengan mengunakan media bahasa. Mereka ingin menunjukkan ke publik bahwa orang NP dengan dialeknya tidak lagi relevan dipandang sebagai stereotip terisolir (terbelakang)—yang selama ini mungkin memberi efek minder kepada beberapa penutur NP. Sebaliknya, Nanang dan Kalego menginginkan kesetaraan dialek, bukan “kasta dialek”. Basa Nosa adalah salah satu bentuk dialek daerah, yang kelasnya sama dengan dialek-dialek daerah lainnya di Bali.

Selain itu, saya juga melihat Nanang dan Kalego tak ubahnya seperti guru sekolah. Mereka mendidik regenerasi NP untuk belajar basa Nosa. Sasarannya, terutama kepada orang NP yang tidak menggunakan basa Nosa sebagai bahasa ibu. Lewat lirik-lirik lagunya (yang tertulis), mereka hendak mengajarkan orang-orang belajar basa Nosa secara tertulis. Setidaknya, membantu orang-orang ketika belajar mengeja basa Nosa.

Kemudian, dari rekaman audio, mereka ingin membelajarkan orang tentang pelafalan basa Nosa dengan tepat. Selama ini, jarang ada basa Nosa dalam bentuk teks tertulis maupun rekaman audio. Biasanya, hanya sebagai keperluan komunikasi lisan dan berlalu begitu saja. Dengan adanya arsip bahasa dalam bentuk tulisan dan rekaman audio, sangat membantu orang untuk mempelajari linguistik basa Nosa lebih komprehensif.

Jadi, bukan hanya menjadi guru, keberadaan lagu-lagu berbasa Nosa juga menjadi referensi dan museum digital. Kondisi ini menyebabkan orang dengan praktis dan mudah belajar basa Nosa hanya lewat jejak digital. Cukup terkoneksi dengan internet, maka orang dapat dengan mudah belajar basa Nosa. Ke depan, referensi dan museum digital ini juga menjadi semacam penyelamat budaya NP. Penyelamat seandainya penutur basa Nosa kian terpinggirkan atau mungkin di ambang kepunahan misalnya. Di samping itu, tentu dapat membantu para peneliti/ pakar linguistik yang tertarik untuk meneliti basa Nosa.

Di luar guru sekolah dan arsip, Nanang dan Kalego juga merupakan duta gratis untuk NP. Duta untuk mempromosikan secara ikhlas budaya lokal dan pariwisata NP. Lewat tema-tema lagu garapannya, mereka ingin menyampaikan kepada publik bahwa NP memiliki budaya yang unik dan adiluhung. Budaya yang tidak kalah beradabnya dengan daerah-daerah lainnya di Bali. Budaya-budaya itulah yang mestinya terus diekspos dan dipromosikan untuk menimbulkan kesadaran apresiasi kepada publik.

Kalego dan terutama Nanang Mekaplar juga gencar mempromosikan pariwisata NP. Nanang mempromosikan objek-objek wisata dengan menjadikanya sebagai latar dalam setiap video klipnya. Bentuknya ada yang berupa foto-foto slide. Akan tetapi, lebih banyak menggunakan rekaman video langsung di objek-objek wisata di NP. Nanang sangat menyadari bahwa panggung bermusik (di medsos) merupakan media efektif untuk mempromosikan berbagai aspek sekaligus. Karena itulah, ia memasukan aspek budaya, bahasa, dan termasuk pariwisata dalam sekali tindakan.

Banyak hal yang didedikasikan seorang Nanang dan Kalego. Ia tidak hanya menghibur, tetapi “ngayah” membantu mempromosikan sosio-kultural dan pariwisata NP. Namun, endingnya mereka adalah alarm identitas bagi orang NP. Alarm agar orang NP tidak gampang tergerus identitas ke-nusa-annya. Sebaliknya, orang NP harus tetap eksis dengan identitasnya. Apalagi, mereka menyadari bahwa NP terdampak pariwisata yang siap mempengaruhi bahkan mungkin menggerus identitas orang NP.

Namun, bukan berarti orang NP menutup diri terhadap perubahan global. Orang NP tetap terbuka, tetapi jangan sampai tercerabut dari akar identitas ke-nusa-annya. Mereka (musisi Nosa) mendedikasikan dirinya terhadap hal itu. Sesungguhnya, mereka sudah memiliki “kesadaran awal” tentang identitas sebelum masyarakat umum NP menyadari hal tersebut. Karena itu, jangan lagi bertanya mereka mendapatkan apa? Akan tetapi, cobalah berhitung jumlah dedikasi yang disumbangkannya kepada pulau tercinta, NP. [T]

Tags: lagumusikNusa Penida
Previous Post

Tubuh Ulang Alik Jong Menuju Puisi

Next Post

Pandemi, Momentum Menjaga Spirit Gotong Royong.

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Pandemi, Momentum Menjaga Spirit Gotong Royong.

Pandemi, Momentum Menjaga Spirit Gotong Royong.

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co