18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus WiratamabyAgus Wiratama
May 30, 2020
inEsai
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

75
SHARES

Semasa dirumahkan, Grudug sering kali terkejut. Ia yang kuliah di kota seolah baru melihat apa-apa yang dilakukan oleh orang di kampungnya. Kala itu, ia melihat banyak sesajen di atas tembok sanggah.

Ia bertanya pada ibunya yang kala itu menghaturkan sesajen. “Untuk apa beberapa sesajen itu?”

Ibunya kaget, sebab tumben Grudug memperhatikan hal-hal seperti itu, tetapi perasaan itu dibiarkan saja lewat. Kata ibunya, “Ini untuk di Pura ini, ini di Pura itu, ini di Sanggah ini, ini di Sanggah itu,” sambil menunjuk sesajen satu per satu.

Tak habis pikir, rupanya, di tengah-tengah semua orang urung keluar rumah, hubungan dengan Tuhan bisa diselesaikan dengan begitu sederhana. Grudug yang mencoba kritis kemudian bertanya dalam hatinya, “Kalau semua bisa dibuat mudah seperti ini, kenapa tidak dilakukan pada hari-hari biasa?” Tetapi Grudug mengurungkan pertanyaan itu.

Ia segera berjalan melihat-lihat Sanggahnya seperti seorang turis. Ibunya melihat ia dengan nyinyir, berpikir, “Kesambet apa anakku” sambil membawa sesaji itu keliling. Grudug sedari kecil hobinya hanya di kamar, kali ini ia benar-benar bosan di kamar, sehingga meluangkan waktu untuk memperhatikan sekeliling Sanggah.

“Ada yang aneh,” pikir Grudug. Bagian belakang sanggah rupanya tak diukir. Hanya paras yang berbentuk wajah setengah jadi. Sanggah itu dibangun ketika ayahnya masih kecil, sekitar tahun 40-an. Hingga kini sanggah itu enggan dibongkar. Selain karena biaya, kata ayahnya, sayang membongkar peninggalan orang tua. Grudug tersenyum, tiba-tiba ia merasa memiliki ayah yang ramah sejarah.

Malam-malam ia gelisah mengingat kedua amatannya. Di satu sisi, ritual bisa dijalankan dengan praktis, tetapi di sisi lain, “Ukiran sanggah itu sangat pragmatis,” pikir Grudug. Malam itu, ia membiarkan lamunannya lepas.

Mungkinkah orang Bali sesungguhnya bisa sederhana tetapi selalu ingin menunjuk-nunjukkan kelebihannya seperti ukiran di sanggah itu? Sesungguhnya ukiran setengah jadi pun sudah bisa dikatakan jadi, tapi kenapa harus menjadikan sebagian, sementara yang di belakang tidak?

Pada beberapa sanggah, perihal ukiran memiliki kasus yang sama. Pada bagian depan bagus, sementara belakang seperti belum jadi. Tidak cuma sanggah, penataan pekarangan rumah Bali pun demikian. Dapur, kandang babi, kandang ayam, kandang bebek, bahkan tempat mengumpulkan sampah rumah tangga di bagian belakang atau teba. Kadang begitu kumuh, berantakan.

Bebek dibiarkan berkubang dan buang kotoran sesukanya. Ayam membuat sampah berserakan. Genangan air bekas cucian piring dan lainnya dibuang begitu saja. Sementara di halaman depan? dinding bale daja diukir dengan biaya mahal sehingga terlihat berkelas. Bale dauh dicat emas dengan biaya menggelegar. Sanggah diukir lebih bagus dari bagian rumah yang lain, lengkap dengan cat emas. Semua itu tentu untuk ditunjukkan, sementara yang di belakang? untuk empunya rumah saja.

Jauh sebelum Grudug tinggal di rumah karena pandemi, ia pernah mengajak temannya singgah ke rumah. Ibunya segera membelikan capcay, lalapan, fuyunghai untuk makan bersama. Padahal mereka sudah bosan dengan makanan itu dan kangen sekali dengan sambal goreng, pindang, bahkan uyah lengis ala kampung. Tetapi, sambal goreng dan kawanannya itu disembunyikan. Bukan karena pelit, justru sambal dan kawanannya disembunyikan karena dianggap tidak elit. Yang elit adalah untuk tamu, yang tidak elit biarkan tuan rumah saja yang makan.

“Mungkin orang Bali memang suka pamer,” Lanjut Grudug dalam hati. Bila odalan, ibunya akan membuat banten yang mewah. Sekali membuat banten tegeh bisa menghabiskan Rp. 300.000. itu cuma sehari, seandainya odalan berlangsung tiga hari? Padahal bisa saja buah-buahan itu tersimpan hingga membusuk karena banyaknya persediaan “Mungkin ibu berniat memperlihatkan penghasilannya yang besar sebagai pedagang,” Pikir Grudug.

Ketika odalan di Pura-Pura besar, orang-orang rela berdesakkan, ngantre untuk sembahyang. Parfum yang biasa disimpan dalam lemari karena mahal pun digunakan meski akan luntur aromanya oleh keringat orang lain karena berdesakan. Kebaya paling mahal tiba-tiba digunakan, begitu pula bedak yang sedari pagi ditata rapi pada wajah. Padahal, Setelah berdesakan seperti itu, bagaimana caranya sembahyang dengan hening?

Sembahyang dari rumah dengan maksud menghaturkannya pada Dewa yang melinggih di sebuah Pura melalui tembok Sanggah bukanlah hal baru. Istri sahabat Grudug, misalnya. Karena takut berkendara jauh menuju kampung halaman waktu hamil, lama ia tidak pulang kampung, bahkan ketika Galungan ia hanya ngayat melalui tembok sebelah timur laut Sanggah. Alhasil katanya dia merasa pulang kampung. Barangkali ini alternatif yang sangat efektif. Tapi karena dianggap alternatif, cara ini hanya digunakan pada saat-saat tertentu.

Beberapa waktu lalu, setelah wabah terjadi, Grudug dibuat terkejut oleh ibunya. Ceritanya begini, Ibunya sore itu menggunakan kamen dan selendang. Grudug pikir ibunya punya acara dengan tetangga, tapi ketika ditanya, Ibunya bilang, “Mau ke pura A”

Grudug kesal, “Musim korona seperti ini mau bepergian jauh! Gak usah!” ibunya pun berpura-pura harus ke sana. Setelah itu, ibunya ke sanggah, datang dari Sanggah ibunya bilang, “Ibu sudah ke Pura A” sambil tertawa cekikikan, “Lewat Short cut,” lanjutnya.

Kita hidup lebih sederhana kala masa seperti ini. Banyak hal yang sesungguhnya memang sederhana lalu dibuat ribet, kembali lagi ke jalan sederhana. Meskipun begitu karakter Sanggah setengah jadi itu sepertinya memang tidak bisa hilang dari orang Bali. Suatu kali Grudug bosan benar di kamar, juga di rumah.

Ia berkeinginan keluar sekadar melihat situasi jalanan di desa. Ia tergesa-gesa sebab lama ia memendam keinginan itu, tetapi segera dicegat oleh ibunya, “Pakai maskermu dulu! Gak enak dilihat sama tetangga!” [T]

Tags: balicovid 19renunganSeni Ukir
Previous Post

PMI : Mulih Nandur Bulih

Next Post

Balada “Gelebeg” – [dengan rasa hormat kepada almarhum bapa]

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Balada “Gelebeg” – [dengan rasa hormat kepada almarhum bapa]

Balada “Gelebeg” – [dengan rasa hormat kepada almarhum bapa]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co