22 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

Apakah Industri E-commerce Punya Peluang Bagi Pekerja Seni?

Vincent Chandra by Vincent Chandra
May 14, 2020
in Esai
6
SHARES

Berbagai golongan masyarakat yang telah nyaman bekerja secara tradisional sebagai karyawan di gedung-gedung perkantoran, pabrik, hingga perusahaan besar yang dirumahkan hari ini “mau tidak mau” harus banting setir agar bisa terus memenuhi kebutuhan hidup dengan mulai menjalankan bisnis-bisnis berskala kecil secara mandiri. Namun mereka diuntungkan sebab perkara pemasaran produk, pembelian, hingga proses transaksi hari ini adalah perkara mudah dengan adanya praktik e-commerce yang didukung oleh kemajuan teknologi dan internet. Mereka hanya perlu belajar mengoptimalkan kerja-kerja gawainya dan tinggal masalah waktu untuk dapat menguasai pola perdagangan digital ini. Adanya teknologi dan internet memang adalah sebuah advantage nyata yang bisa kita rasakan khususnya di masa pandemi sekarang.

“E-commerce is the future!”, begitu ramalan Jack Ma pada tahun 2018 lalu dalam sebuah konferensi atas jalur perdagangan berbasis digital yang ia yakini akan menjadi solusi bagi ekosistem perdagangan dan ekonomi global. Sejak 20 tahun sejak praktik e-commerce dikenalkan pun tidak ada yang menyangka bahwa masa depan yang ia maksud adalah hari ini. Ketika semua orang dari berbagai profesi terpaksa harus meninggalkan cara perdagangan tradisional yang dinilai kurang efisien selama kondisi-kondisi khusus seperti sekarang. Perubahan ini begitu abstrak dan cepat. Hanya saja masih tersisa pertanyaan apakah industri e-commerce akan punya efek yang sama terhadap setiap pelakunya?

Secara pribadi, potensi dari industri e-commerce pertama sekali saya nikmati kurang lebih pada 7-8 tahun yang lalu. Dengan jumlah teman yang sangat terbatas saya berniat untuk mengiklankan jasa menggambar saya lewat aplikasi-aplikasi yang sedang trend pada masa itu seperti BBM, yahoo, dan twitter. Jasa saya saat itu dihargai Rp.5.000-10.000 dan dibayar lewat pulsa oleh orang yang sama sekali belum saya kenal secara langsung.

Aktivitas tadi kemudian terjadi berulang-ulang sehingga saya yang saat itu hanya seorang remaja SMP cukup beruntung karena dapat melunasi sendiri ponsel yang saya beli dan memenuhi kebutuhan lainnya. Pengalaman pribadi saya adalah contoh sederhana dari praktik e-commerce yang telah berkembang seperti sekarang. Hanya saja platform dan penyedia layanannya kini kian canggih dan cukup baik dalam membaca kebutuhan masyarakat hari ini.

Pada saat itu saya amati beberapa teman yang juga melakukan praktik e-commerce yang serupa namun pada sektor yang berbeda-beda seperti fashion, produk kecantikan, hingga jajanan. Dalam waktu singkat keuntungan yang mereka peroleh cenderung jauh lebih banyak dari keuntungan saya. Saya tidak bisa memahami apa penyebabnya.

Saat itu kami punya akses internet yang sama baiknya, cara komunikasi yang tidak buruk-buruk amat, dan jumlah teman yang sama banyak. Perlu waktu untuk saya menyadari bahwa penyebabnya adalah anggapan rata-rata masyarakat kita yang akhirnya melabeli seni hanya sebagai pemanis saja. Bahkan jauh sebelum adanya pandemi ini pun seni adalah kebutuhan nomor sekian setelah kebutuhan yang utama seperti barang-barang konsumtif dan kesehatan terpenuhi.

Sejalan dengan data pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia yang dirilis tahun lalu menunjukkan bahwa industri ini telah didominasi oleh penjualan ritel dari beberapa kategori seperti fashion, kebutuhan-kebutuhan pokok, produk kecantikan, dan kesehatan. Sementara penjualan karya seni, material seni, dan jasa-jasa kreatif lainnya lewat e-commerce masih cenderung musiman, popularitasnya tidak segemerlap sektor lainnya. Ditambah dengan berlangsungnya situasi perekonomian yang melemah akibat pandemi ini juga semakin menekan sektor yang dianggap non-krusial seperti kesenian untuk dikesampingkan sementara.

Meski jelas kini ada ketimpangan antara satu sektor dengan sektor lainnya, kita tetap harus fair dan percaya bahwa industri ini sebetulnya punya peluang yang sama rata untuk setiap pelakunya. Tidak ada satu sektor pun yang memerlukan simpati karena tiap-tiap nya memiliki fungsi, tujuan, dan pasar yang beragam. Alih-alih menyoalkan anggapan masyarakat yang mainstream tentang seni dan pelakunya, saya lebih tertarik mendiskusikan apa yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan diri, tetap mendapatkan penghasilan, sekaligus beradaptasi sebagai seorang pekerja seni di tengah pandemi ini.

Kekhawatiran kita sebagai pekerja seni, baik yang berkecimpung dalam cagar budaya, permuseuman, maupun dalam ‘alam liar’ kesenian lainnya yang terdampak secara tidak langsung coba diatasi oleh pemerintah dan lembaga yang di awal pandemi kemarin telah menunjukkan perhatiannya terhadap ekosistem di bidang kesenian dan kebudayaan. Selain menawarkan bantuan sosial, mereka juga mengampanyekan praktik e-commerce untuk coba dilakoni setiap pekerja seni. Yang sesungguhnya tidak lagi asing dan telah sepenuhnya dipraktikkan oleh mereka lewat berbagai bentuk pengiklanan acara, penjualan tiket masuk konser, museum, dan galeri, serta keperluan acara lainnya.

Pemerintah sendiri telah mendukung praktik dagang daring ini sejak lama sebab industri ini adalah salah satu punggung perekonomian negara. Sebelum kondisi hari ini pun pemerintah bersama lembaga-lembaga terkait telah mengambil langkah inisiatif dengan menyiapkan ekosistem industri ekonomi digital untuk menyambut potensi-potensi baru yang akan lahir. Seperti penyediaan jasa layanan antar atau logistik, provider telekomunikasi, edukasi terkait dan SDM yakni pelaku utama e-commerce ini (Kominfo).

Rangkaian pematangan layanan ini tidak menjadi priviles untuk hanya satu sektor namun juga membuka peluang emasnya untuk setiap pelaku e-commerce termasuk juga para pekerja seni. Ini sekaligus adalah babak baru bagi industri ekonomi kreatif. Para pelakunya akan belajar untuk mengkonvensi pasarnya kedalam bentuk digital dan meresponnya sebagai ranah produksi yang baru. Kita dapat memanfaatkannya dengan mengadakan workshop atau kelas online terkait keterampilan-keterampilan yang dimiliki masing-masing pekerja seni.

Seperti yang Enin Supriyanto nyatakan bahwa situasi ini memberikan peluang bagi pekerja seni untuk berkarya, karena mereka memiliki pola pikir dan strategi untuk beradaptasi dan melakukan hal yang berbeda ditengah-tengah krisis. Ini adalah satu momentum yang bagus. [T]

Tags: e-commercemedia sosialSeniTekhnologi Informastika
Vincent Chandra

Vincent Chandra

lahir dan besar di Medan, menempuh pendidikan S1 di Undiksha, Singaraja. Senang menggambar, melukis, menulis, dan terus ingin belajar hal-hal baru.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Pendidikan & Keutuhan Bangsa

“Hormatilah dalam pada itu segala adat istiadat yang kuat dan sehat, yang terdapat di daerah-daerah yang tidak mengganggu atau menghambat ...

May 3, 2019
Adinia Wirasti dan Aurora Ribero, para pemeran film Susah Sinyal (Google)
Ulasan

“Susah Sinyal”, Komedi yang Memberi Perenungan

Sutradara        :  Ernest PrakasaPemeran         :  Adinia Wirasti, Ernest Prakasa, Aurora Ribero, Niniek L. KarimPenulis             :  Ernest Prakasa, Meira Anastasia Film-film ...

August 21, 2019
Ilustrasi: Kabul Ketut Suasana
Cerpen

Wanita yang Belum Mengerti Tentang Kepergian

  Cerpen: Alif Febriyantoro             Ya. Saya tahu, bahwa saya adalah wanita yang belum mengerti tentang kepergian. Tapi pada akhirnya ...

February 2, 2018
Dari Corona Sampai ke Edmodo/  Ni Made Sanistiawati
Esai

Dari Corona Sampai ke Edmodo

Oleh: Ni Made Sanistiawati - Amlapura Virus Covid-19 sudah mulai menyebar sangat luas di Indonesia. Setiap hari kasus positif corona ...

April 2, 2020
Pementasasn Teater Orok, Beruang Penagih Hutang” di Kampus Bawah Undiksha
Ulasan

Malam Minggu Bersama “Beruang Penagih Hutang” di Kampus Bawah Undiksha

Semoga tidak terlalu terlambat untuk saya membagi cerita malam minggu. Ini peristiwanya minggu yang lalu, Sabtu 16 Maret 2019. Ini ...

March 24, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Bulelang Barat

by Sugi Lanus
January 21, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In