Apa yang kita rasakan berbeda saat ada sekelompok orang kampanye dengan saat duduk di dewan? Apalagi saat dimasa sulit sekarang ini.
Pasti berbeda..
Karena itu apa yg bisa dipetik dengan pengalaman ini, karena selalu berulang dialami sebagian BESAR masyarakat yang trus menerus tak sadar !!
Apalagi saat Grubug/pandemi covid19 ! makin nyata terdeteksi antara kata dan tindakan..
Simpati dan empati..
Janji tanpa bukti.
Apakah turun membantu masyarakat yang kena PHK , masyarakat terdampak covid19? tidak banyak dan jika pun ada seperti kurang berarti kecuali hanya untuk memenuhi birahi politik nya saja. begitu juga partai politik. Solidaritas yang mestinya terbangun , kedekatan yang ada tanpa sekat antara dewan dengan pemilihnya jauh dari harapan. jauh dari kesan yang seharusnya. ini entah salah siapa. dan saat sekarang, saat masyarakat kesulitan ekonomi dari dampak covid19 yang begitu berat dirasakan oleh pemerintah, dan mestinya tidak semua beban diserahkan kepada pemerintah, sudah seharusnya mereka berempati turun bergotong royong membantu masyarakat yang sekarang banyak bertambah miskin..
Syukur jika di Bali Desa Adat, Banjar Adat dan kelompok-kelompok masyarakat dan relawan turun membantu pengadaan APD bagi para dokter dan paramedis serta memberikan sembako , masker, bagi warganya agar dapat meringankan beban ekonominya..Sudah sepatutnya Desa Adat sebagai garda terakhir harus kuat dan ikut turut ambil ambil tanggung jawab atas keselamatan warganya. tidak saja kesehatan tetapi juga periuk nasinya disaat susah.. disinilah nilai pesuka dukaan nampak diuji.
Politik dan Kapital.
Akurasi data saat pemilihan dengan data saat pembagian baksos trus berubah. pasti. tergantung kebutuhan dan kepentingan..
Untuk apa dan bagi siapa?
Jika hal nya demikian akan membuat pengambilan keputusan ditingkat pusat pasti kesulitan karena selalu tidak up date. baksos apapun bentuk nya misal BLT, sekarang saat diberlakukan nya PSBB di beberapa daerah di Indonesia, dengan oemberian bantuan sembako bagi masyarakat yang terkana dampak ekonomi karena covid19, data yang belum disiapkan atau ada data penerima yang tak jelas dan salah sasaran . Disamping itu ada saja trrus menerus merasa terus kurang..karena sikap mental sebagian dari masyarakat kita selalu menuntut.. bukan sebaliknya. meringankan benan pemerintah dengan pengadaan bahan pangan bagi diri dan lingkungan sekitarnya.. Jumalah warga bagi kepentingan politik hanya dihitung deretan angka suara pemilih yang dipentingkan.. orang hanya dihitung sebagai kesatuan jumlah, yang akan menghitung benar-benar modal kapital yang perlu untuk dikeluarkan dan berapa lama serta bagaimana akan diperoleh kembali.. penghitungan ini seperti hukum ekonomi nya Adam Smit.. modal sekecil kecilnya dengan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya; Disini masyarakat secara umum tidak mempunyai pemikiran sampai kesana..masyarakat kita dulu masih lugu akan tetapi sekarang sudah lebih terbuka dan malah sebagian membuka diri untuk dibayar dengan kompensasi sejumlah suara. Transaksional tak dapat dipungkiri terjadi. Namun setalah itu apa? masyarakat kita mudah lupa.. lupa kalau sudah pernah mendapat kan sesuatu pada masa kampanye apakah oleh-oleh , apakah janji-janji ( money politik) , baik berbentuk barang maupun tak berbentuk.. hanya janji tanpa bukti , tidak sebagaimana jargon beberapa partai politik..
Terus berulang saban lima tahunan, kembali dan kembali.. gerutu dan caci maki , tak jelas, tapi apalah yang mereka caci maki mendengar, seperti nya tidak peduli, atau mereka berpendapat sudah membayar lunas atas dukungan suara yang pernah diperoleh saat kampanye. mereka sudah merasa MEMBAYAR dukungan tersebut.. dan ajaib, menjelang pemilu dan saat kampanye menjelang kembali, banyak yang datang dan mendekat, datang dan kembali membawa oleh-oleh dan janji-janji politik , masyarakat welcome.. masyarakat maklum.
Apakah dengan demikian masyarakat dan sikap mental kita sangat permisif..(ini disarikan dari beberapa hasil penelitian ).
Masyarakat lupa kalau pernah dikecewakan dan rekan teman seperjuangan yang sudah duduk di dewan tak pernah hirau dengan masyarakat yang diwakilkan nya. Dengan demikian mereka menyuarakan kepentingan siapa di kursi dewan yang terhormat? Tentu banyak jawaban yang kita peroleh dari mereka yang memang jago cakap. namun apakah kepantasan dan kepatutan dari apa yang mereka cakapkan, dan apa yang mereka lakukan. tidak penting bagi mereka. itulah politik.. walauoun bukan seperti itu seharusnya, karena kembali kepada sikap mental para politisi dengan kompetensi teruji, kapabelitas dan moralitas tak tercela dalam menjalankan kepercayaan warga pemilih dan memperjuangkan hak-hak warga dalam pengambil kebijakan baik di daerah maupun di pusat.
Oleh karena itu, kesadaran politik masyakarat menjadi penting agar menjadi lebih paham hak dan kewajiban nya sebagai warga pemilik sah Negara ini..
Sikap mental pejuang ini mesti tumbuh dalam kelas menengah dan bawah .. Ini tugas kelompok masyarakat kelas menengah, kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat , tokoh masyarakat Desa Adat dan Banjar Adat untuk terus menerus menjadi penguat dan menyuarakan kepentingan masyarakat bawah agar sadar dan dapat meningkatkan kepentingan mereka sendiri.
Desa Adat di Bali memegang peran sangat strategis , mengatur tata kehidupan masyarakat adat dengan kebudayaan nya yang tinggi untuk menyelenggara dan melaksanakan Trihita Karana berdasarkan Agama Hindu, yang dalam tataran implementasinya mensejahterakan warga adat secara sekala dan niskala.
Desa Adat/desa Pekraman di Bali berjumlah 1.488 dengan Banjar Adat 3.323 merupakan potensi besar untuk terus menyatukan warga Bali dalam memperjuangkan hak dan kewajiban membangun Bali dan mendukung pembangunan Nasional. Ditengah kesulitan ekonomi sekarang inilah desa dan banjar adat gotong royong membantu warganya.
Warga Adat Bali bagitu patuh dan tunduk pada Desa Adat.. Oleh karena itu apapun program pemerintah yang diturunkan melalui Desa Adat dijalankan dengan baik walapun banyak yang merugikan warga Bali.
Kesadaran untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga bangsa sangat diperlukan ini sangat penting agar jika diajak berjuang memajukan diri, keluarga dan bangsanya TIDAK selalu punya alasan untuk menolak..dan tidak semua profram pemerintah yang jelas-jelas merugikan warga Bali mesti dapat ditolak pelaksanaannya. oleh karena nyalah warga Bali harus cerdas dan pandai serta tidak selalu terlena dengan kapital demi kepentingan politik, apalagi dalam situasi tekanan ekonomi yang sangat berat menimpa Bali karena ambroknya pondasi ekonomi masyarakat dari Pariwisata. Dibutuhkan reorientasi total pengembangan Pariwisata Bali pasca covid19.
Mari tetep berbagi, membangun soliditas dimasa sulit.
saniscara, 25.04.2020