- Judul Buku : Menjerat Gus Dur
- Penulis : Virdika Rizky Utama
- Penerbit : PT. Numedia Digital Indonesia
- ISBN : 978-602-52420-6-9
- Halaman : xxi + 376
_____
Akhir tahun 2019 kalangan elit politik cukup diguncangkan dengan terbitnya sebuah buku yang dapat membuka tabir kebenaran masa lalu yang selama kurang lebih 20 tahun ini dipendam sangat dalam. Salah satu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia yakni, proses lengsernya Presiden RI ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Setelah peristiwa tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia hanya mengetahui bahwa Gus Dur dilengserkan oleh MPR RI kala itu karena Gus Dur kala itu melakukan kesalahan yang bahkan hingga hari ini belum bisa dibuktikan secara hukum. Tetapi melalui buku ini Virdi mencoba mengungkap kebenaran sesungguhnya dan menguak siapa dalang dibalik runtuhnya pemerintahan Gus Dur kala itu. Persekongkolan apa yang terjadi kala itu hingga berhasil memaksa Gus Dur menanggalkan jabatan Presiden RI?
Keberadaan buku ini semakin membuat saya tertarik karena kebetulan di Bali akan diselenggarakan acara bedah buku di PWNU Bali dan yang paling ditunggu-tunggu adalah acara ini mendatangkan penulis buku “Menjerat Gus Dur” Virdika Rizky Utama.
Tentu saya sangat antusias untuk mengikuti acara ini dan tentu menyiapkan uang untuk membeli buku ini hehe. Diskusi yang berlangsung hingga tengah malam ini membuat saya semakin tidak sabar untuk membaca buku ini, apalagi Bang Virdi dalam sesi diskusi mengatakan secara jelas bahwa Gus Dur murni di kudeta oleh oknum-oknum yang nama-namanya sudah disebutkan secara gamblang dalam buku ini. Mari kita bahas beberapa hal menarik dalam buku ini.
Buku yang terdiri dari 376 halaman ini tujuh bab ini menuturkan secara runut dari awal orde baru hingga klimaks buku ini yaitu lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan. Pertama, dalam buku ini mengungkap alasan Soeharto menggunakan Islam sebagai salah satu kepentingan politiknya diawal tahun 1990 hingga secara singkat juga diungkapkan penyebab utama Soeharto tak bisa mempertahankan kekuasaannya. Kedua, diungkap secara singkat pula berbagai upaya yang dilakukan Habibie selaku Presiden RI ke-3 guna mereformasi segala sisi kepemerintahan. Ketiga, Virdi mengungkap alasan Gus Dur tak melanjutkan pendidikannya ke luar negeri dan memilih mengurus Nahdatul Ulama kala itu. Dan tentu yang paling penting adalah disini secara terang benderang disampaikan bagaimana proses pelengseran Gus Dur serta pihak mana saja yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Menjadi presiden nampaknya bukan hal yang mengejutkan bagi Gus Dur, hal ini pun juga sempat ia sampaikan pada awal tahun 1990an bahwa ia suatu saat nanti akan menjadi Presiden RI. Entah itu hanya lelucon atau tidak, yang pasti bahwa apa yang disampaikan oleh Gus Dur kala itu menjadi nyata pada 20 Oktober 1999. Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4 dengan mengantongi 373 suara anggota MPR RI 1999-2004 mengalahkan Megawati yang hanya mengantongi 313 suara saja. Menjadi presiden karena kerja mesin politik yang disebut poros tengah itu tidak membuat Gus Dur tunduk pada partai pengusungnya. Tipe kepemimpinannya yang tak mengenal kompromi ini diikuti dengan berbagai keputusan dan kebijakan yang dianggap kontroversial kala itu. Berbagai kontroversi yang disebabkan oleh Gus Dur ini pun membuat partai pengusung di parlemen merasa waswas dan menganggap bahwa manuver Gus Dur mesti dibatasi.
Tipe kepemimpinan Gus Dur yang Non Kompromistis inilah yang membuat poros tengah menganggap bahwa Gus Dur ini liar dan sulit untuk dikendalikan. Sampai pada titik dimana Gus Dur memberhentikan dua menteri yang berasal dari partai pendulang suara terbanyak ke-1 dan ke-2 pada Pemilu 1999 yang menjadi awal mula panasnya hubungan Istana dengan Senayan.
Berbagai cara dilakukan parlemen untuk menggugat manuver-manuver yang dilakukan oleh Gus Dur, puncaknya adalah dibentuknya Pansus Buloggate dan Bruneigate oleh DPR RI dibawah pimpinan H. Bachtiar Chamsyah, SE selaku Ketua Pansus dari Fraksi PPP. Pansus yang bertugas untuk mengadakan penyelidikan terhadap kasus dana miliki Yayasan Dana Sejahtera (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kasus Dana Bantuan Sultan Brunei DS. Kepada Presiden RI ini berakhir pada kesimpulan bahwa patut diduga Presiden Abdurrahman Wahid berperan dalam pencairan dan penggunaan dana Yanatera Bulog.
Dengan kasus tersebut, ditambah jatuhnya Memorandum I dan II membuat langkah perlawanan Gus Dur terhadap Parlemen semakin sulit, puncaknya pada 23 Juli 2001 walaupun Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya sangat kontroversial tetapi secara resmi Presiden Ri ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR RI pada Sidang Istimewa yang sekaligus melantik Megawati Soekarno Putri menjadi Presiden RI ke-5.
Dengan terbitnya buku ini bisa dikatakan merupakan wujud konkret dari jawaban Gus Dur dulu yang selalu memberikan jawaban diplomatis kepada siapapun ketika ditanya apa penyebab ia lengser. Gus Dur selalu menjawab bahwa “Biarkanlah sejarah yang menjawab” dan sejarah telah menjawab dengan ditemukannya dokumen-dokumen otentik pelengseran Gus Dur dan terbitnya buku yang berjudul “Menjerat Gus Dur” ini. Jika kalian penasaran dengan isi buku ini, silahkan baca bukunya. [T]
Denpasar, 23 Februari 2020