27 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Akankah Kita Kebal Setelah Infeksi, Imun Setelah Wabah?

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
April 9, 2020
in Esai
54
SHARES

Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona baru atau SARS-Cov-2, kembali mengingatkan saya pada infeksi virus yang saya alami saat kanak-kanak, yaitu infeksi virus Varicella atau cacar air (chiken pox). Di kampung saya, hingga kini, meskipun kejadiannya sudah sangat jarang, penyakit ini dikenal dengan sebutan nunas paica. Saya takjub, bagaimana bisa tetua kami dahulu  menemukan istilah sederhana yang sangat mengesankan ini.

Nunas paica adalah frasa dalam bahasa Bali halus yang berarti memohon (nunas) berkat/kekuatan (paica). Kenyataannya, sains menunjukkan, lebih dari 99.9% penderita cacar air akan kebal seumur hidupnya. Dalam suasana pagi pedesaan, saya masih bisa mengingat udara dingin yang menusuk saat saya dimandikan di bawah pancuran di sungai desa yang bening airnya. Mulai saat itu saya kebal terhadapa virus Varicella, tanpa sentuhan tangan seorang dokter atau sedikit pun obat.

Setelah menulari penderitanya, virus itu dengan sendirinya menghasilkan antigen dalam tubuh inangnya. Antigen itu dapat berupa protein atau molekul lain yang dapat merangsang respon sistem imun, terutama dengan menghasilkan antibodi. Inilah yang disebut dengan kekebalan alami, kekebalan yang tercipta dari kemenangan tubuh melawan kuman infeksius, sebuah paica.

Pertarungan ini tentu berisiko, seseorang dapat kebal atau bisa saja binasa. Meskipun virus ini sangat jarang berakibat fatal, namun pada populasi dengan daya tahan tubuh (imunitas) yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai penyulit/komplikasi serius hingga kematian. Kini, kita tak perlu mempertaruhkan jiwa melawan kuman untuk meraih kekebalan. Dewasa ini semakin banyak metode imunisasi buatan yang jauh lebih aman untuk menjadikan tubuh kita kebal akan berbagai penyakit.

Itulah yang sedang kita saksikan hari ini, infeksi SARS-COV2 penyebab Covid-19, telah menewaskan tak sedikit orang, juga membuat sebagian dari mereka kebal. Di China dan Jepang, plasma darah pasien-pasien yang telah sembuh dari infeksi Covid-19, yang kaya antibodi, diberikan pada pasien-pasien Covid-19 dengan gejala sakit berat. Dari uji coba yang masih terbatas ini, dilaporkan dalam 24 jam, pasien-pasien dengan gejala sakit berat yang menerima plasma tersebut telah menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan.

Ditandai dengan berkurangnya derajat peradangan, menurunnya jumlah virus (viral load) dan meningkatnya kadar oksigen dalam darah. Sekali lagi, tepat gagasan Sir Charles Darwin soal seleksi alam. Gagasan yang mudah diucapkan namun sering terasa kejam dan terlihat brutal. Namun demikian, peradaban manusia yang kian tinggi, telah memberi inspirasi kebaikan kepada siapa saja, bahkan kepada pasien yang baru sembuh untuk menolong sesamanya yang sekarat. Drama kehidupan ini telah memberi perspektif baru pada seleksi alam menjadi sebuah kompetisi kebaikan.

Tak hanya terjdi pada tatanan organisme individual, ekstrapolasi imunitas ini pun dapat diterapkan pada konstruksi kehidupan yang lebih luas. Kehidupan komunal pada aspek sosiokulturalnya. Dengan gamblang dapat kita lihat bagaiman bangsa Jepang telah kebal terhadap segenap bencana alam, terutama gempa dan tsunami.

Bagaimana bisa? Karena mereka telah belajar banyak menghadapi antigen-antigen tersebut dan menciptakan berbagai antibodi untuk mengimbanginya. Konstruksi bangunan yang pondasinya fleksibel menyerupai troli yang dapat beradaptasi dengan guncangan gempa, bahan bangunan dengan profil risiko cedera yang rendah, mitigasi dini dan berkelanjutan dan masih banyak lagi. Mereka telah menghadapi seleksi alam dengan sebuah rencana, tak lagi sekadar suatu reaksi akut. Seperti yang sudah disebutkan di atas, mereka pun saat ini mengembangkan terapi plasma dari pasien-pasien yang sudah sembuh (recovery) untuk pasien Covid-19 lain yang masih kritis.

Bisakah kita belajar seperti mereka? Rasanya satu hal yang masih terlampau sulit, sebab untuk bereaksi saja kita salah. Reaksi yang salah akan menumpahkan daki berceceran di mana-mana. Bau busuk yang terendus belakangan adalah tuntutan tes cepat (rapid test) yang tak proporsional. Tes cepat Covid-19 yang semestinya untuk pasien dan keluarganya atau tenaga kesehatan yang terpapar, justru ditarik-tarik oleh gerombolan politisi yang entah apa relevansinya?

Mungkin perilaku keji orang yang telah menumpuk masker atau hand sanitizer yang memalukan kita lupakan saja. Namun datang lagi hal-hal busuk lain seperti stigmatisasi pasien Covid-19 beserta keluarganya, bahkan terhadap tenaga kesehatan yang merawat mereka. Situasi ini, seakan-akan gambaran lugas dari seleksi alam yang kejam dan brutal. Sekali lagi, gagasan seleksi alam Sir Charles Darwin benar adanya, dalam perspektif yang merisaukan di negeri tercinta ini.  [T]

Tags: covid 19imunitaskesehatanvirus corona
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Benci, Benar-benar Cinta

Beberapa di antara kita mungkin heran, kehadiran kita semua di dunia ini tercipta atau lahir dari proses bercinta ayah dan ...

August 14, 2020
Gemuruh syaduh suara gamelan gong  suling dan angklung di Klenteng Ling Gwan Kiong, Singaraja, Bali
Khas

Imlek-an di Kota Rantau, Kota Singaraja: Imlek dengan Akulturasi dan Rasa Rindu

Dingin malam di kota rantauan, Kota Singaraja, Bali, rasanya lebih lekat, lebih memeluk, dari biasanya. Ada rasa yang aneh, kangen ...

February 9, 2020
Ulasan

Rasanya Kebodohan dan Longsor Nalar Kian Menular – Jadi Ingat Film Idiocrazy

SAAT melihat postingan salah satu kawan di instagram yang menyatakan “Idiocrazy” adalah film yang paling dia sukai, saya memutuskan untuk ...

February 2, 2018
[Foto: Mursal Buyung]
Esai

Covid-19 dan Sebuah Momentum Bernama Nyepi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan cuci tangan, hindari menyentuh wajah, dan menjaga jarak dengan orang lain sebagai cara-cara pencegahan penyebaran ...

March 21, 2020
Cerpen

Ibu, Kau Menyesal Mengandungku?

Cerpen: Satria Aditya Hari sudah nampak gelap, lampu-lampu di depan rumah sudah dimatikan. Beberapa anjing nampak berkeliaran seperti saling menyapa ...

March 16, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Bermain sky di Jepang {foto Riris Sanjaya]
Khas

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

by Riris Sanjaya
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Filosofi Luluh Sate

by Made Adnyana Ole
January 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1362) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In