1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mural Nestapa Pulau Subak

Doni Sugiarto WijayabyDoni Sugiarto Wijaya
March 13, 2020
inEsai
Mural Nestapa Pulau Subak

Mural yang dibuat oleh Komunitas Djamur.

19
SHARES

Di malam hari yang cerah setelah memasuki areal Bentara Budaya Bali, derap langkah bergetar melintasi keramaian pengunjung di ruang galeri pada pameran seni tanggal 26 Oktober 2019 berjudul Bali Megarupa dengan Slogan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Melihat satu per satu karya seni dengan berbagai motif dan corak yang dipajang, sambil mendengar celotehan suara-suara  orang di sekeliling, mata saya tertuju pada satu karya seni yang menarik untuk diamati. Di bawahnya tercantum keterangan bahwa ini adalah mural yang  dibuat oleh Komunitas Djamur.

Menggambarkan persawahan yang diliputi pohon kelapa yang daunnya bergoyang ditiup angin menaungi tanah di bawahnya. Buah buah kelapa tumbuh sehat. Pura dilukiskan berwarna-warni memancarkan kesakralan. Sawah menguning memberikan seruan beras siap didapat.

Air yang berwarna biru memperlihatkan kejernihan danau dan sungai dimana mahluk hidup bahagia. Udara di situ digambarkan masih sejuk. Bagian ini  yang berada di bagian atas jam pasir melambangkan lingkungan yang asri. Kemudian, warna warni tadi menyusut sedikit demi sedikit ke bagian bawah jam pasir.

Di situ, adalah gambaran yang suram dengan warna hitam kelabu, dan coklat. Beton beton berdiri menggantikan rerumputan dan pohon. Air tercemar limbah dari pariwisata. Udara tercemar pembangkit listrik.

Warna latar dusty pink pada mural melambangkan sentimentalitas dan romantis . Di sini seniman merindukan kondisi tanah dan air Bali yang dulunya hijau dan jernih. Mural ini adalah peringatan untuk seluruh Bali supaya mengkaji kembali pembangunan.

Karya seni sangkala pertiwi yang dipajang di ruang bentara budaya bali menggambarkan alam bali berupa sawah yang bukan hanya penghasil beras tapi juga bahan untuk upacara adat seperti buah kelapa, daun kelapa dan pisang. Pohon kelapa yang tumbuh di sawah menghasilkan nira untuk pemanis dan kayu untuk bahan bangunan dan kerajinan.

Daun pisang berperan sebagai pembungkus makanan.  Ikan , bebek dan siput yang ada di situ menghasikan protein bagi penduduk. Bali mulai menghadapi degradasi lingkungan parah tak lama setelah tragedi 1965.

Pariwisata masal diperkenalkan oleh rezim orde baru mulai tahun 1970. Di tahun yang sama , revolusi hijau digalakkan dengan pemakaian pupuk dan pestisida berbahan bakar fosil yang dalam jangka panjang menyebabkan degradasi lingkungan.

Sawah di Bali sebelum tahun 1970 kaya dengan keragaman burung, cacing tanah , dan serangga. Sekarang, lebih miskin. Air tidak sepenuhnya aman untuk digunakan oleh hewan apalagi manusia karena bahan kimia. Lamban laun lahan sawah terdegradasi.

Akhirnya petani memilih menjual lahan tersebut yang dijadikan komoditas bagi korporasi pengembang.  Sejak itu satu per satu sawah beralih fungsi jadi akomodasi pariwisata seperti hotel, dan vila.

Saat persawahan hancur, Bali kehilangan rohnya. Kesenian Bali terinspirasi dari sawah. Makanan khas Bali bersumber dari situ. Yang mengkhawatirkan dari kehancuran sawah ini adalah Bali tidak mampu memenuhi keamanan pangan warganya. Pisang, buah kelapa, beras, dan bunga bunga yang dipakai untuk canang seringkali didatangkan dari luar pulau karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan melaksanakan ibadah Hindu.

Seharusnya pemerintah Bali memperhatikan hal ini dan berusaha untuk menjamin ketercukupan bahan bahan yang vital bagi upacara adat dan agama. Slogan ajeg Bali dan tri hita kara yang terus digembar gemborkan menjadi slogan kosong belaka saat masyarakat Bali tidak mampu mencukupi kebutuhan yang paling vital untuk makanan pokok dan bahan upacara yang menjadi budaya itu sendiri. 

Mempertahankan Sawah Bali

Upaya pertama yang harus dilakukan untuk jangka pendek dengan sarana hukum yang ada adalah ketegasan tanpa tebang pilih untuk menindak pelaku pelanggaran hukum tata ruang dan penyalahgunaan lahan di lokasi yang ditetapkan sebagai sawah. Pemilik maupun penyewa lahan dilarang mengubah sawah menjadi bangunan di kawasan tersebut.

Izin mendirikan bangunan untuk wilayah persawahan diperketat menurut hukum yang berlaku saat ini. Pratik suap dan mafia tanah harus dibasmi. Masyarakat memantau dan melaporkan bila terjadi pratek melangkahi izin dengan uang pelicin. Penegak hukum , polisi , jaksa dan hakim harus berintegritas tinggi.

Spekualasi tanah dilarang dengan membuat aturan bahwa lahan yang diterlantar lebih dari 5 tahun kehilangan hak milik. Untuk lahan-lahan yang terlantar, pemerintah perlu memberikan bimbingan pada pemilik lahan untuk menggunakaannya sebagai produksi pangan berkelanjutan.

 Dari segi ekonomi, pemerintah dapat memberikan akses pasar kepada petani lokal Bali agar produksinya terserap supaya petani hidup layak sehingga mampu mempertahankan sawah. Petani harus dibina untuk membentuk badan usaha kooperatif yang menjunjung tinggi kerja sama dan menghindari persaingan antar sesama petani sehingga meningkatkan daya tawar di pasar.

Dengan bersatu membentuk ini, petani memiliki modal lebih banyak untuk menggunakan kendaraan mendistribusikan hasil panennya ke pasar.

Himpunan petani dapat mendirikan jalur trekking seperti yang ada di Denpasar utara bernama ekowisata Sembung Peguyangan. Lahan parkir disediakan. Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati ekosistem persawahan. Di kawasan itu pula mereka melihat proses pengolahan dan menikmati produk jadi. Karena sawahnya luas, himpunan ini berpotensi mendirikan penginapan bagi yang ingin bermalam.

Dari produksi untuk mengolah bahan mentah dan penggunaan akomodasi oleh wisatawan semua ini membutuhkan energi.

Oleh karena itu pemerintah meminjamkan masyarakat peralatan untuk mengolah jerami padi jadi briket bahan bakar serta panel surya untuk listrik. Ini dapat menghemat energi jangka panjang. Pendapatan dari pariwisata ini akan dinikmati sepenuhnya oleh himpunan petani. Upaya-upaya ini akan menahan laju peralihan sawah dan memulihkan lingkungan hidup. [T]

Tags: baliPulau DewataSeni Rupasubak
Previous Post

Kolaborasi DNetwork dan Lokajaya Group: Mengajak Tunanetra Dalami “Public Speaking”

Next Post

Bahasa Menunjukkan Bangsa – Peran Pemuda dan Pergulatan Identitas Nasional di Tengah Arus Global

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

Next Post
Bahasa Menunjukkan Bangsa – Peran Pemuda dan Pergulatan Identitas Nasional di Tengah Arus Global

Bahasa Menunjukkan Bangsa - Peran Pemuda dan Pergulatan Identitas Nasional di Tengah Arus Global

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co