Di bulan Juni 2019, saya menghapus facebook karena telah bosan dengan isinya, berita-berita, artikel copy-paste, dan keluhan-keluhan pemuda galau, serta foto-foto yang sengaja dipamerkan lewat beranda.
Beberap bulan lalu, saya menerima email dari googlemaps yang merekam perjalanan saya mengunjungi kota-kota di Jawa. Lengkap dengan tempat yang saya kunjungi, lama waktu perjalanan, dan lain-lain. Googlemap merekam perjalanan saya selama 2 bulan, Agustus dan September 2019. Saat itu saya merasa bangga akan capaian itu. Gogglemap ternyata peduli dengan hidup dan perjalanan saya dengan arsip rekam jejak digital.
Tapi di saat yang sama, saya merasa dunia digital memberikan tawaran alternatif atas banyak hal. Di facebook, saya merasa bebas namun diawasi. Jejak-jejak digital menjadi bukti dan cerminan diri saya juga orang lain. Begitupun dengan googlemaps yang merekam jejak perjalanan saya. Saya berpikir ulang tentang perjalanan saya beberapa bulan lalu, perjalanan bulan depan, dan apa maksud google repot-repot membuat rekam jejak perjalanan saya, lalu akan kemanakah jejak-jejak perjalanan itu?
Di bulan Oktober, saya kehilangan ponsel pintar yang telah menemani kemudahan perjalanan. Saya terbantu dengan aplikasi media sosial, pesan instan, belanja online, berselancar, google maps, dan lain-lain. Dengan media sosial saya bisa mengunggah foto perjalanan dan atau menulis cerita perjalanan. Pesan instan, saya bisa dengan mudah berkabar pada teman dan bertemu. Google maps memberi kemudahan untuk tahu lokasi suatu tempat lengkap dengan jarak tempuh.
Walhasil, saya harus puas dengan itu. Dan memang begitulah takdir. Saya harus terbiasa tanpa fasilitas digital itu.
Sampai saat ini, Maret 2020 saya merasa nyaman dan tidak terbebani. Saya mulai biasa kemana-mana tanpa ponsel pintar dan segala kemudahan yang ada di dalamnya. Saya tidak harus memikirkan pembelian paket bulanan, saya tidak repot dengan notifikasi yang masuk. Tidak dihubungi teman-teman kurasa lebih nyaman dan tenang. Saya bisa melakukan kerja-kerja soliter seperti membaca buku dan menulis tanpa ada yang menggu seperi di atas.
Saya urungkan niat membeli ponsel baru. Ada banyak kebutuhan yang harusnya lebih diutamakan. Meski harus berhadapan pada resiko-resiko.
Sebab di permulaan abad 21 ini, di jaman yang serba digital, segala arus informasi ada di sana. Baik berita maupun hiburan sudah menjadi konsumsi masyarakat, dan itu kebanyakan tersebar lewat internet. Komunikasi berbasis pesan instan menjadi pilihan banyak generasi.
Saya tidak merasa resah meskipun tidak memiliki ponsel pintar. Selalu ada akses untuk mencapai semua itu.
Dan saya telah merangkum sebuah “panduan hidup praktis tanpa ponsel pintar” yang berlandaskan atas pengalaman dan prinsip-prinsip sosial.
Secara alamiah, manusia bersifat sosial
Jangan merasa sendiri. Kamu juga bagian dari masyarakat. Dan secara alamiah membutuhkan manusia-manusia lain untuk saling bekerja sama secara sukarela. Maka, usaha meminjam ponser pintar teman juga bagian dari kerjasama yang didasarkan pada kesepakatan secara sukarela. Kamu bisa meminjam untuk buka media sosial atau jika diperbolehkan temanmu, kau bisa nitip akun aplikasi pesan instan. Asal sama-sama setuju, masalah teratasi. Kamu bisa meminjam ponsel pintar temanmu saat ia tidak memakainya.
Jangan sekali-kali mengusik ranah privat
Setiap orang punya hak untuk menyembunyikan hal-hal privat. Privasi yang tidak ditunjukkan pada orang lain. Maka, jika kamu kebetulan meminjam ponsel temanmu, jangan sekali-kali mengusik atau membuka apa-apa kecuali atas izin pemilik.
Membuka situs-situs yang berguna
Jika kamu meras tertinggal, tidak punya ponsel pintar, tidak memiliki akses internet untuk membuka dan ikut perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan ancamn mematikan dari virus di negeri tetangga hari ini, jangan khawatir. Kamu tidak sedang terlambat. Kamu bisa meminjam ponsel temanmu untuk mengakses situs-situs yang secara kredibel menyediakan berita dan artikel secara in-depth.
Internet sudah menjadi medium pilihan banyak orang untuk tahu perkembangan akan situasi dunia hari ini. Mulai dari kejahatan kecil sampai kejahatan besar dan terstruktur yang dilakukan korporasi, mulai dari ekspoitasi sumber daya manusia sampai eksploitasi sumber daya alam. Internet menyediakan banyak pilihan untuk menjadi tahu.
Bertanya dan ajak temanmu berdiskusi
Mulai dengan bertanya, “ada berita apa hari ini?”
Aneka macam suguhan berita dan hiburan tersaji di media sosial. Musthil temanmu yang punya ponsel pintar tidak mengetahuinya.
Biasanya, apa-apa yang ada di dunia digital (katakanlah di media sosial), biasanya dibicarakan kembali di kehidupan sosial ketika dua orang atau lebih bertemu.
Jangan merasa jadi orang penting
Tidak punya ponsel pintar bukan berarti kamu lantas kesusahan menghubungi dan atau dihubungi temanmu. Bila memang kamu punya kepentingan pada temanmu, kamu bisa menghubungi lewat media sosial lainnya lalu membuat janji untuk bertemu.
Temui langsung
Media sosial kadang malah menjauhkan hubungan sosial. Membuat pertemanan hanya akrab di dunia maya.
Kamu bisa menemui temanmu secara langsung, dating ke tempat tinggalnya, ke tempat kerjanya atau ke tempat biasa nongkrong jika memang kau membutuhkan teman.
Mungkin cukup sekian panduan hidup hari ini. Semoga kita tidak saling berjauhan karena kenyamanan dengan hal-hal digital dan instan. [T]