11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merayakan Bahasa Bali di Bulan Maret

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
March 5, 2020
inEsai
Festival Penonton, Penonton Festival

Setelah hampir sebulan penuh pada Februari lalu Bali marak menggelar aneka macam kegiatan dalam rangka Perayaan Bulan Bahasa Bali, tibalah kita pada bulan Maret. Bulan usai perayaan. Bulan yang barangkali akan kita lewati dengan biasa-biasa saja. Seperti melewati ulang tahun, esoknya kita jalani dengan rutinitas biasanya. Seperti perayaan pada hari ibu yang kita siapkan sungguh-sungguh, atau upacara kemerdekaan RI yang kita jalani penuh seluruh lalunsetelahnya, kembali kita lewati hari dengan perasaan yang pula bisa-biasa saja. Maka apalagikah yang harus diluarbiasakan di bulan Maret ini, apabila hal-hal di luar kebiasaan kita, semacam Perayaan Bulan Bahasa Bali misalnya, telah purna, usai kita lakukan?

Mungkin karena hakikat perayaan, pesta, festival dan sebangsanya, biasa digelar hanya untuk kepentingan euphoria dalam rangka. Hal-hal yang sebenarnya biasa dilakukan sehari-hari menjadi tampak luar biasa. Yang biasa menggunakan bahasa Bali, menjadi luar biasa memakainya saat perayaan. Yang biasa bekerja pada bidang keaksaraan Bali jadi merasa berdaya guna. Kebiasaan yang diluarbiasakan ini, hadir juga dalam seni teater, contohnya pada proses membangun pemeranan. Sederet watak manusia yang biasa hadir dalam realitas sehari-hari, diobservasi, disadari, lalu direspon oleh para aktor sebagai sesuatu yang luar biasa untuk kemudian dihayati dalam latihan menuju pentas. Sampai titik ini, penyelenggaraan perayaan dan penyelenggarakan teater memiliki kualitas yang sama.Yakni sama-sama membuat hal-hal yang biasa jadi luar biasa. Mewujudkan realitas sehari-hari biasanya, jadi luar biasa di atas panggung pertunjukan dan panggung perayaan.

Menjadi berbeda ketika permainan peran watak manusia yang luar biasa ini mampu hadir sebagai ruang refleksi dalam kehidupan biasa sehari-hari para penontonnya. Dalam teater, ada daya gugah yang terbangun untuk membandingkan watak manusia di atas pentas dengan watak diri sendiri. Ada pertanyaan yang berkecamuk atas situasi yang diperlihatkan dalam panggung pertunjukan dengan situasi nyata sehari-hari. Refleksi menjadi penting kehadirannya karena mampu membuka ruang renung penonton akan realitas hidup yang tengah mereka hadapi. Lalu bagaimana dengan penyelenggaraan Perayaan Bulan Bahasa Bali? Sudahkah segala kegiatan, segala kerja yang dilakukan mampu berperan menjadi ruang refleksi atas realitas yang tengah dihadapi masyarakat dalam konteks bahasa Bali? Sebagai bahasa lokal yang tiap tahun kian berjarak dipakai oleh penggunanya. Hal-hal apa saja yang sudah tercapai? Hal-hal apa yang mesti diperbaiki?

Beberapa pertunjukan teater yang telah digelar sepanjang Februari di Ksirarnawa, Art Centre lalu, boleh jadi merupakan bahan refleksi penting untuk mengidentifikasi kemungkinan potensi, masalah, kelebihan dan kelemahanatas kerja Perayaan Bulan Bahasa Bali tahun ini. Pada pentas kelompok teater SMA misalnya, kita cukup dikejutkan dengan usaha kawan-kawan pelajar menghadirkan teater di luar kebiasaan mereka dengan menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa utama pertunjukan. Beberapa kelompok yang tampil diantaranya adalah Teater Angin SMA N 1 Denpasar yang membawakan naskah Ketemu ring Tampak Siring, Teater Topenk SMA N 2 Denpasar yang membawakan naskah Togog, Teater Tiga SMA N 3 Denpasar dengan naskah Kilang, dan Teater Antariksa SMA N 7 Denpasar memainkan naskah Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang.

Dilihat dari lakon yang dimainkan, bagi para pembaca Sastra Bali Modern tentu sudah tak asing lagi kedengaran. Sebab lakon-lakon ini adalah hasil adaptasi dari karya sastra para penulis Sastra Bali Modern. Naskah Ketemu ring Tampak Siring adalah cerpen karya Made Sanggra, Togog adalah cerpen karya Nyoman Manda, Kilang adalah adaptasi novel Malancaran ka Sasak karya Gde Srawana dan Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang adalah novel karya Djelantik Santha. Pada pentas yang terselenggara, penonton dapat menyaksikan beragam hasil adapatasi yang dipentaskan, mulai dari teater dengan bentuk realis, surealis dan operet.

Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang menyertai, pentas kawan-kawan teater SMA ini menjadi hal yang luar biasa untuk diapresiasi, karena mampu merespon Sastra Bali Modern menjadi pertunjukan teater berbahasa Bali. Cara kerja adaptasi semacam ini, selain mampu meningkatkan minat baca anak-anak terhadap karya Sastra Bali Modern, juga memungkinkan terjadinya praktik belajar bahasa Bali secara langsung. Bahasa Bali tak hanya dihayati sebagai bagian mata pelajaran yang hadir dalam pembelajaran di kelas, yang cenderung kaku dan membosankan, melainkan menjelma menjadi kebutuhan menggunakan bahasa Bali sebagai media komunikasi antarpemainnya. Pun demikian dengan para penonton yang mau tidak mau mesti terbiasa atau sedikit tidaknya belajar bahasa Bali jika ingin mengerti tentang cerita pentas yang disajikan.

Sayangnya, format pentas yang begitu apik ini tak disertai dengan kerja diskusi karya sastra lebih lanjut. Pentas hanya usai sebagai pentas. Padahal jika ingin dikembangkan, acara bisa dilengkapi dengan diskusi sastra. Mengkaji karya sastra yang telah dimainkan oleh kawan-kawan teater, sembari menghubungkannya dalam konteks pertunjukan. Apalagi beberapa pengembangan naskah dari kelompok teater SMA ini mengalami penyesuaian di sana-sini atas cerita karya sastra yang dimainkan. Hal ini bisa jadi bahan pemantik diskusi. Dalam diskusi ini pula, terbuka pontensi lahirnya kritikus-kritikus Sastra Bali Modern untuk diperkenalkan dan dipersilakan hadir sebagai narasumber di hadapan publik.

Keluarbiasaan pentas dari kawan-kawan teater SMA juga tak diimbangi dengan pentas kawan-kawan teater kampus yang justru hanya pentas sekadarnya alias biasa-biasa saja. Kampus yang seharusnya memiliki penalaran dan pemahaman lebih kritis dan matang daripada kelompok teater SMA, malah terjebak pada bentuk-bentuk pentas improvisasi semacam bondres, arja, sendratari, dan lain sebagainya. Pilihan bentuk semacam ini sah-sah saja jika ingin digunakan apabila diimbangi dengan adanya upaya merespon karya sastra. Alih-alih mengadaptasi karya sastra, kebanyakan dari teater kampus ini justru memainkan cerita-cerita semacam Jaratkaru, Swarga Rohana Parwa, dan Atma Prasangsa.

Yang tak kalah lucu, saat menautkan cerita-cerita yang dimainkan oleh kawan-kawan teater kampus pada halaman google. Muncul berita Bali Post (http://www.balipost.com/news/2019/07/11/80576/Atma-Kertih-Penyucian-Jiwa-Paripurna,…html) yang mengatakan bahwa cerita Jaratkaru, Swarga Rohana Parwa, dan Atma Prasangsa adalah contoh-contoh cerita yang berpotensi untuk digarap dalam acara PKB tahun ini yang notabene mengusung tema Atma Kertih. Apakah pentas memang dimaksudkan untuk acara PKB mendatang? Atau hanya kebetulan belaka? Saya pribadi berharap bahwa semoga saja hanya kebetulan. Alangkah tak eloknya, menjadikan Perayaan Bulan Bahasa Bali hanya sebagai batu loncatan untuk pentas di PKB. Sudah sama-sama acara disbud provinsi, membawakan pentas bondres, sendratari, dan sebangsanya dengan judul cerita yang sama pula. Betapa biasa. Betapa tak punya visi meluarbiasakan pentas.

Kemandulan kreativitas ini adalah salah satu indikator penting yang semestinya dijadikan bahan evaluasi lebih lanjut. Mengingat acara Perayaan Bulan Bahasa Bali baru menginjak tahun kedua penyelenggaraan. Begitu jomplangnya jika mau dibandingkan dengan Festival Bahasa Sunda se-Jawa Barat yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1990 oleh kawan-kawan Teater Sunda Kiwari. Festival yang diniatkan dalam rangka memelihara rasa memiliki masyarakat terhadap Bahasa Sunda ini mampu bertahan setiap tahun lantaran konsep dan format kerja yang terus menerus berusaha untuk dievaluasi, diperbakai dan dikembangkan lebih lanjut.

Salah satu caranya, yakni menyajikan naskah yang berbeda setiap tahunnya. Penyajian naskah bisa berangkat dari hasil adaptasi karya sastra Sunda, karya sastra Indonesia bahkan karya sastra dunia yang diterjemahkan dalam bahasa Sunda. Strategi semacam ini secara tidak langsung mampu membuka ruang ulang alik kerja penerjemahan antarbahasa ke dalam bahasa lokal yang dalam konteks ini jarang dilakukan oleh kebanyakan pegiat bahasa Bali. Lebih jauh, pentas juga memproduksi naskah-naskah teater yang dibuat khusus berbahasa Sunda. Ditambah dengan menggunakan pendekatan modern dalam pertunjukannya, walhasil pentas dalam festival menyajikan bentuk dan konteks yang lebih cair dengan masyarakat dan zamannya. Luar daripada itu, Festival Bahasa Sunda juga membuka kemungkinan bagi kelompok teater Jawa Barat yang di daerahnya tak memakai bahasa Sunda untuk mementaskan pertunjukan dengan ragam bahasa asalnya masing-masing, bahasa Indramayu, misalnya. Yang meski sama-sama dari Jawa Barat, namun punya varian bahasa yang berbeda.

Hal ini jadi penting jika dikaitkan dengan tulisan Eriadi (jro Penyarikan Duuran Batur) dalam http://www.tatkala.co/2020/02/01/bahasa-bali-berkibar-oke-bee-dapatkah-bertahan-catatan-bulan-bahasa-bali/yang mempersoalkan tentang terhimpitnya kosakata bahasa Bali Aga karena lebih berkembangnya anggah-ungguhing bahasa Bali dalam masyarakat. Bagaimanakah pihak panitia dan tim kreatif merespon fenomena ini? Sementara jika diperhatikan seksama, teater-teater yang pentas dalam Perayaan Bulan Bahasa hampir semua berasal dari wilayah Denpasar. Jika pun ada pentas yang memakai dialek Buleleng, Negara, dan sebagainya, kebanyakan hanya disikapi sebagai bahan banyolan semata. Alih-alih membuka peluang jelajah bahasa, strategi semacam ini justru jadi bumerang tersendiri meneguhkan varian bahasa satu, mengesampingkan varian bahasa lainnya.

Kehadiran teater dalam Perayaan Bulan Bahasa Bali semestinya bukan hanya disikapi sebagai pengisi acara saja. Melainkan diniatkan sebagai gerakan membangun politik bahasa agar segala varian bahasa Bali, dari bahasa Bali Aga sampai Majapahitan, dari bahasa gunung sampai pesisir, dari bahasa asli sampai pendatang, dari segala lini di Bali, mampu tampil percaya diri di hadapan publik. Visi dan gagasan pertunjukannya jelas, yaitu mengeksplorasi bahasa Bali dengan segala macam varian yang hadir dalam realitas sehari-hari masyarakatnya.

Alhasil, pentas teater bahasa Bali tak hanya diwarnai dengan ragam bahasa sor singgih, kidung atau kekawin yang sudah biasa dihadirkan di pura-pura. Apalagi menghubungkannya dengan cerita Prabu Aji Saka, hanya gara-gara ceritanya berkaitan dengan aksara Bali. Kalau gagasan dan interpretasinya sebatas itu, baca komik anak dancow saja sebenarnya sudah cukup. Tak perlulah susah-susah menampilkan teater, apalagi menyajikan slide aksara hanacaraka sebagai artistik pertunjukan. Sajian yang mengingatkan kita pada rupa aksara Bali yang ditulis di papan kelas. Di bulan Maret ini, usai Perayaan Bulan Bahasa Bali, anak-anak SD di kelas-kelas mungkin tengah kembali pada rutinitas belajar bahasa Bali biasanya. Mengantuk menyaksikan guru bahasa Balinya menerangkan aksara Bali. Ala kadarnya, dengan pola biasa, dengan semangat yang biasa-biasa saja. [T]

Denpasar, 2020

Tags: BahasaBahasa BaliBulan Bahasa BaliTeater
Previous Post

Dunia Alam yang Hanya Terlihat di Layar Kaca

Next Post

Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia [4] – Pentas Terakhir Sebelum Pulang

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post
Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia [4] – Pentas Terakhir Sebelum Pulang

Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia [4] – Pentas Terakhir Sebelum Pulang

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co