10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Masatua”, Dulu di Tempat Tidur, Kini di Balai Banjar – [Bulan Bahasa Bali di Desa Adat Kelaci]

Wayan JunaedybyWayan Junaedy
February 29, 2020
inKhas
“Masatua”, Dulu di Tempat Tidur, Kini di Balai Banjar – [Bulan Bahasa Bali di Desa Adat Kelaci]

Bu Revand, juara 1 Lomba Masatua Bali di Desa Adat Kelaci, Marga Dauh puri, Tabanan

109
SHARES

Dulu, tradisi bercerita pernah dilakoni nenek. Masih segar dalam ingatan saya bau khas kamar nenek, ketika kami, cucu-cucunya, dengan setia mendengarkan beliau bercerita menjelang tidur. Kami biasanya langsung menginap di kamar nenek. Kami betah mendengar dari awal sampai akhir, meski ceritanya sering diulang-ulang. Nenek biasanya tidur di tengah-tengah, tubuh kami yang kecil mengapit beliau di kanan-kiri. Kadang-kadang kami berebutan agar bisa lebih dekat dengan bibir nenek. Nenek, ibu dari ibu saya itu, memang sangat pintar mesatua(bercerita). Beliau berbakat sebagai dalang.

Itulah ingatan saya di masa kecil tentang mendiang nenek. Sosok wanita yang tak pernah lelah menanamkan nilai budi pekerti kepada kami lewat mesatua. Di jaman moderen ini, tradisi mesatua telah lama ditinggalkan. Anak-anak lebih tertarik berinteraksi dengan mesin pencari di internet daripada ngobrol sama ibu-ibu mereka, karena ibu-ibu mereka juga sibuk dengan google. Tradisi mesatua hanya diam di kepala kami sebagai kenangan lapuk masa kanak-kanak.

Kegiatan mesatua Bali telah ditinggalkan, seiring dengan Bahasa Bali yang mulai ditinggalkan. Generasi muda sekarang banyak yang tidak tahu dan mengerti aksara Bali, termasuk saya…hehehe. Itulah kenapa banyak pemerhati budaya yang kawatir kalau Bahasa dan Aksara Bali bisa punah, seperti fosil-fosil manusia purba yang terkubur bertahun-tahun.

Desa Adat, sebagai garda terdepan untuk melestarikan budaya dan bahasa Bali, diberi mandat. Dalam uraian petunjuk teknis Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Adat yang bersumber dari alokasi APBD Semesta Berencana, ada program Bulan Bahasa Bali yang wajib diadakan setiap bulan Februari. Tiap desa adat diberi kewenangan mengalokasikan berapa dana untuk kegiatan ini. Tergantung kebutuhan. Dan tiap desa adat juga bebas memilih jenis kegiatan, yang penting masih berhubungan dengan bahasa Bali. Boleh lomba pidato, debat, mendongeng, menulis, yang semuanya dilakukan dalam bahasa Bali.


Anak-anak Lomba Nyurat Aksara Bali di Desa Adat Kelaci, Marga Dauh Puri, Tabanan

Kebetulan kami memilih festival Nyurat Aksara Bali dan Lomba Mesatua Bali sebagai tema kegiatan. Festival Nyurat Aksara Bali diikuti anak-anak dari kelas 4 sampai 6 sekolah dasar, dan Lomba Mesatua Bali diikuti 5 orang dari Ibu PKK di lingkungan Desa Adat Kelaci. Tidak terlalu sulit mencari pamilet, peserta festival dan lomba. Tidak kurang dari 24 jam, nama-nama peserta lomba mesatua sudah tercapai 5 orang, jumlah ideal yang sesuai dengan target kami. Dan pamilet festival Nyurat Aksara Bali sudah disanggupi oleh anak-anak secara serempak, yang kami umumkan saat mereka sedang latihan gong di wantilan.

Dengan anggaran 6 juta rupiah, dibantu Pak Putu Oka sebagai penyuluh Bahasa Bali di Desa Marga Dauh Puri, saya belajar menyusun anggaran. Ada hadiah-hadiah menarik dan tentunya berguna untuk Ibu-ibu peserta lomba seperti: dulang tumpuk fiber, bokoran fiber, sokasi dan tempat kwangen. Walaupun harga hadiah-hadiah itu tidak terlalu mahal, yang penting bermanfaat bagi ibu-ibu yang tiap hari berurusan dengan sarana upacara.

Tanggal 23 Februari disepakati untuk mengadakan kegiatan itu. Saat itu hari minggu, sehingga semua panitia dan peserta lomba bisa libur kerja. Tapi kebetulan tanggal itu pas hari ulihan Galungan, sehingga kami harus menggeser waktu kegiatan jadi sore hari, agar-agar ibu-ibu dapat kesempatan menghaturkan banten ulihan dulu di pagi hari.

Undangan-undangan sudah disebar dengan resmi. Kami mendatangkan tiga orang juri, untuk menilai lomba mesatua Bali. Untuk mempercantik panggung, kami tugaskan Pak Bintang. Dengan kepiawaiannya, panggung itu menjadi begitu cantik walaupun dengan biaya yang murah. Suksma Pak Bintang! Sound system kami pinjam dari sekaa teruna. Penampilan panggung menjadi wah. Pak Putu Oka, penyuluh Bahasa Bali yang mengawal acara, pun sempat berdecak kagum.

Pukul 15.00 Wita. Juri dan undangan sudah mulai berdatangan. Bahkan belasan penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di seluruh kecamatan di Marga ikut meramaikan. Tapi sungguh di luar dugaan, sampai pukul 15.15 anak-anak putra belum datang ke wantilan. Beberapa anak putri sudah hadir, dan sudah duduk di meja masing-masing. Undangan dan juri sudah lengkap, duduk di meja yang sudah disiapkan. Pak Perbekel Dauh Puri sampai bertanya-tanya kenapa anak-anak cowok belum ada yang datang. Undangan dan juri datang tepat waktu, tapi peserta belum ada. Duh…. bikin malu saja ini.

Semua panitia jadi gelisah. Bendesa Adat langsung ngacir, kemudian datang beberapa menit kemudian dengan wajah merah padam, membawa kabar yang mengejutkan: ternyata anak-anak cowok siap-siap untuk ngelawang Barong Bangkung!

Duh, seperti dugaan, anak-anak jaman sekarang sudah tidak menyukai lagi Bahasa dan Aksara Bali. Padahal ini acara yang begitu resmi. Kami semakin gelisah dan menjadi begitu malu. Kenapa mereka tidak bisa libur ngelawang satu hari saja. Ngelawang itu bagus, tapi acara ini juga sangat penting. Padahal sebelumnya mereka sudah bilang bersedia hadir dengan kompak di wantilan, saat mereka selesai latihan megambel.

Pukul 15.45, satu per satu anak-anak cowok itu hadir. Ekspresi mereka sedikit kecewa karena batal ngelawang. Kemudian duduk di meja yang sudah disiapkan. Biarkanlah mereka sedikit kecewa. Mungkin ini sedikit memaksa mereka, yang penting dengan nyurat aksara Bali ini, ada sedikit yang melekat di bilik ingatan mereka. Walaupun aksara Bali mungkin tidak menarik lagi bagi mereka, setidaknya suatu ketika mereka akan menggunakannya.

Akhirnya pukul 16.00 Wita acara baru bisa dimulai, molor satu jam dari waktu yang sudah ditetapkan. Bersamaan dengan Festival Nyurat Aksara Bali, lomba Mesatue Bali dilangsungkan. Satu per satu pamilet (peserta) naik ke panggung, setelah proses pengundian nomer urut. Sebelumnya peserta yang mendaftar 5 orang, tapi kemudian salah satu mengundurkan diri karena pas datang bulan. Karena acara diadakan di wantilan Pura Puseh lan Desa yang merupakan areal tempat suci, yang kena cuntaka tentu tidak layak untuk masuk.

Dongeng Bali, yang pernah akrab di telinga kami saat masa kanak-kanak dulu, bisa kami dengar kembali di atas panggung, lewat sound system yang bagus yang menghasilkan suara keras dan jernih. Semua peserta betul-betul telah siap. Mungkin mereka telah berlatih berhari-hari dengan sangat serius. Ekspresi, mimik, intonasi suara mereka mirip seperti dalang-dalang yang pentas di Ardha Candra. Ada yang membawakan cerita I Tetani Satya teken Janji, I Sugih teken I Tiwas, I Lutung teken I Kakua dan Ni Tuwung Kuning. Semua cerita yang populer di jaman dulu.


Gembira berfoto bersama

Dengan kegiatan wajib Bulan Bahasa Bali ini, yang diadakan di 1.493 desa adat seluruh Bali, setidaknya bisa menstimulasi agar Bahasa dan Aksara Bali bisa lestari. Terus terang, saya suka sekali mendengar saat di paruman hadirin menggunakan bahasa Bali sor singgih, walau saya tidak mengerti artinya….hehehe. Sungguh, saat dibaca atau diperdengarkan, Bahasa Bali itu sungguh berwibawa dan menggetarkan. Di acara kemarin saya baru tahu arti kata pamilet dan jayanti (juara), kosa kata yang baru saya kenal. Sungguh, kata-kata Bahasa Bali enak didengar. Dan saya berjanji untuk mempelajari bahasa Bali lagi dari nol. Orang Bali yang baru belajar Bahasa Bali, bahasa ibunya…hehehe

Di puncak acara, pemenang lomba Mesatue Bali diumumkan oleh juri. Jayanti 1 diraih oleh Bu Revan. Anak-anak kemudian mengumpulkan hasil Nyurat Aksara. Sungguh, tulisan mereka rapi-rapi. Kalau saja mereka mau serius, belajar Bahasa Bali tidak sesusah belajar Bahasa Inggris atau Bahasa Jepang. Tapi kadung bahasa asing memang lebih tinggi gengsinya.

Yah, selesai sudah tugas kami. Saat wantilan itu sepi, peserta dan undangan sudah pulang, dan kami panitia masih membersihkan wantilan, sayup-sayup terdengar suara gambelan Barong Bangkung. Ternyata anak-anak itu berangkat juga ngelawang walaupun matahari sebentar lagi akan terbenam di langit barat. [T]

Tags: Bulan Bahasa Bali
Previous Post

Anugerah Bali Kerthi Nugraha Mahottama untuk Sastrawan Ida Bagus Sunu Pidada

Next Post

Terima Kasih, Saya Kuliah D3 Hingga S2 dengan Modal Pinjaman di LPD

Wayan Junaedy

Wayan Junaedy

Lahir dan tinggal di kawasan Taman Margarana, Marga, Tabanan. Suka gowes, suka menulis, suka berteman

Next Post
Terima Kasih, Saya Kuliah D3 Hingga S2 dengan Modal Pinjaman di LPD

Terima Kasih, Saya Kuliah D3 Hingga S2 dengan Modal Pinjaman di LPD

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co