Ada yang tahu nama Ketut Sedana? ada yang tahu ia itu kerjaannya apa? kalau tidak, saya akan jelaskan, dapat pahala lho jika mempromosikan teman. Apa pentingnya sih Ketut saya kenalkan? ya tidak penting-penting amat sih, tapi gimana yah, ia mau pameran eee, tugas temankan saling mendukung, saya dukungnya lewat tulisan ini. Gembar-gembor kalau ia mau pameran instalasi, (kalau saya lebih suka menyebutnya kolase benda-benda). Kali aja kan, banyak teman yang datang, lalu meramaikan acara dan membicarakannya. Jadi bagus lah persemetonan skena kita.
Saya secara pribadi mengenal Ketut sudah hampir setahun, tidak lama memang. Kalau secara fisik, Ketut itu memiliki rambut panjang-sebahu, wajahnya oval, tingginya tidak mencapai 1,5 meter, kalau jalan pantatnya agak naik sedikit, kerena ia terbiasa berjalan dengan tumit depannya. Lalu selanjutnya ia suka dengan benda-benda berbau tua, seperti kaset pita, piringan hitam, lagu-lagu lama, mesin ketik, kotak pensil tua, ah pokoknya begitulah semacam kolektor barang antik pokoknya, ape je ane amah barak, demen be ye. Mungkin hal ini yang menyebabkan wajahnya agak terlihat tua, berbanding terbalik dengan umurnya yang baru menginjak angka 23 tahun.
Selain menyukai barang-barang berbau lama, ia juga tertarik dengan hal-hal berbau spiritual. Kebiasannya, menghidupkan dupa harum jika sedang bekerja atau pada kesempatan tertentu. Saya suka kebiasaan ia ini, karena ternyata harum dupa itu mempengaruhi kinerja menjadi lebih cepat, karena rilex dan bisa berkonsentrasi. Maka dari itu di setiap event yang kami adakan, ia selalu mengisi divisi kerohanian, divisi yang hanya bisa dinobatkan kepada seseorang yang berhasil menunda hujan. Ituah Pak Tut, nama panjangnya Ketut Sedana, manusia langka karena anak ke empat, dan penuh berkat. Astungkara
Tanggal 9 Februari 2020 ia menggelar pameran kolase benda-benda bertajuk MEMENTO. Awalnya saya pribadi iseng-iseng berhadiah saja menawarkan ia untuk pameran di Warung Men Brayut, ternyata ide itu disambut baik, kira-kira kejadiannya bulan November 2019. Nah dari bulan November itu kami memulai diskusi-diskusi ringan, dari menceritakan kisah hidupnya hingga ia memilih jalur kesenian sebagai sebagian ruang hidupnya, hingga bercerita tentang keluarga dan kedekatan-kedekatannya. Dari sini saya bersama teman-teman lainnya mengarahkan arah pameran secara tidak langsung, menawarkan beberapa ide, wacana, literasi, hingga referensi-referensi pameran di luar Bali. Namun entah kenapa jika ia membicarakan keluarganya, ada kesan yang enggan, rindu, menerawang, namun berbinar. Mulailah saya menajamkan pemikirannya agar mengambil tema keluarga lewat benda-benda yang menyimpan kandungan kenangan terhadap subjek yang ia maksud.
Hadirlah 7 karya yang akan dipamerkan hingga 8 Maret 2020. Karya-karya tersebut adalah hasil perenungan dalam menggali lebih dalam makna keluarga terhadap dirinya. bentangan kenangan ini kemudian direkontruksi menjadi karya instalasi berukuran kecil yang berporos pada narasi-narasi pendukungnya. Misalnya begini ia begitu senang menyapu menggunakan sapu lidi, (ya Pak Tut memang senang bersih-bersih, saya saksi lo brai), dari sapu lidi ini ia mencoba menggali pengalaman hidupnya, apa alasan dibalik kebiasaannya tersebut. Akhirnya ia menemukan satu peristiwa yang selalu terniang jika melihat benda tersebut. Lengan tangannya pernah terluka karena alm ayahnya melempar sapu lidi ke arah Ketut. Sebab ia membandel tidak mau pulang dari rumah neneknya. Sapu, alm ayah, narasi luka, ketiga ini diramu lalu menghasilkan karya berjudul Sampat Lidi. Karya ini gabungan antara serok, rumah plastik sapu ijuk, dan lidi. Nawang lidi kan ? batang ne slepan, don nyuh.
Bagi Ketut setiap benda menyimpan kenangan, apapun jenis kenangannya, baik, buruk, haru, sakit, kecewa bahkan luka sekalipun. Kenangan akan selalu tersusun oleh permainan kucing-kucingan antara kita dan waktu. Kejar mengejar, silih berselisih, hingga kenangan lampau yang sangat tua, ringkih lalu ditinggalkan. Lebih jauh (yen agak seriusang bedik)Ketut tengah mengajak kita untuk bertanya, atas apa diri ini tumbuh, darimana kita terbentuk, apa saja faktor pertumbuhan itu, bentangkanlah secara diakronis waktu dan catat setiap perubahan di dalamnya, tentu teman-teman akan menemukan sebab-akibat yang secara tidak langsung jarang kita sadari.
Apakah Ketut sedang onani ditengah hiruk pikuk kejadian-kejadian sekitarnya ? yaiyalah onani, onani itu perlu dalam mengenali diri sendiri, ditengah belantara dan sandiwara dunia. Yen sing onani, nyen orin men ? masak dadong di solo. Onani adalah titik awal beranjak , ide-ide yang dekat dengan diri biasanya memiliki kekuatan yang lebih, sebab ruang lingkupnya sudah kita lakukan sedari dulu, namun belum dipahami dengan kesadaran yang awas.
Sube lantas keto….
Dari pada saya liu ngoceh, lan jalan ke Denpasar nyingakin pameranne Ketut, di acara pembukaan selain ngorte anu anu, akan ada penampilan Badiktilu dengan narasi-narasi diri yang setengah radikal-setengah kalem-kalem, ada juga komposer Falsafah Tinu Maha yang digawangi oleh Ramdan, ia membuat lagunya sendiri, menyusunnya dari pertanyaan atas dasar apa keberadaan manusia hari ini dan pertunjukan kecil oleh Teater Kalangan yang tengah membincangkan luka dalam tubuh. Selama pameran juga ada beberapa acara yaitu Minggu 16 Februari bincang-bincang bersama Ketut Sedana, Minggu 23 Februari, Lokakarya membuat boneka bersama Kacak Kicak Puppet Theater, Minggu 1 Maret penulisan Kritik karya seni rupa, dan Minggu, 8 Maret Masak-masak sekaligus penutupan acara.
Yen khe nggak bisa datang pas pembukaan, boleh kok khe datang pas acara-acara lokakarya selama pameran berlangsung. [T]
- Untuk mendownload katalog silahkan di klik http://bit.ly/MementoKetutsedana