10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Terbakarnya Pura Dalem Banjar dengan Ukiran dan Patung Langka: Direstorasi atau Dipralina?

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
January 22, 2020
inKhas
Terbakarnya Pura Dalem Banjar dengan Ukiran dan Patung Langka: Direstorasi atau Dipralina?

Salah satu pelinggih di Pura Dalem Banjar yang terbakar [Foto-foto: Ole]

1.5k
SHARES

Sejumlah bangunan pelinggih di Pura Dalem Desa Adat Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng, terbakar, Minggu, 24 November 2019 sekira pukul 13.30 siang. Ketika video terbakarnya pelinggih itu tersebar secara langsung di facebook, banyak orang prihatin sekaligus terkagum-kagum.

Prihatin, tentu karena bangunan suci itu dilalap api dengan ganas, dengan asap yang membubung di atas pelinggih. Terkagum-kagum, karena melihat betapa unik ukiran dan patung yang menghiasi pelinggih itu, terutama pelinggih gedong yang mengalami kerusakan paling parah; seluruh tiang dan atap bangunan lunas jadi puing. Bahkan, ada teman yang berujar, jika pelinggih itu tak terbakar, mungkin tak banyak yang tahu jika pura itu menyimpan nilai cagar budaya yang tua, unik, langka dan tentu amat mengagumkan.

Saya datang ke Pura Dalem Desa Adat Banjar, hampir dua bulan setelah terbakar, Minggu, 20 Januari 2020. Itu pun karena saya diajak oleh perupa Dewa Purwita Sukahet dan pemerhati sastra Bali, Gede Gita Purnama alias Bayu. Dewa Purwita memang memiliki perhatian besar terhadap seni ukir dan seni patung Bali Utara dan Bayu adalah dosen di Unud yang selalu giat meneliti sastra, termasuk nilai sastra yang dikandung benda-benda cagar budaya. Istri saya, Kadek Sonia Piscayanti, juga turut serta, dengan alasan ingin tahu tentang ornament unik yang kerap saya obrolkan dengan amat provokatif di waktu senggang.


Bendesa Adat Banjar Ida Bagus Kosala

Sehari-hari Pura Dalem Desa Adat Banjar itu terkunci. Namun atas lobi-lobi seorang teman wartawan, Ida Bagus Wisnaya, datanglah Bendesa Adat Banjar Ida Bagus Kosala membawakan kami kunci setelah beberapa saat menunggu di jaba pura. Saya mengenal Ida Bagus Kosala saat ia menjadi Perbekel Desa Banjar beberapa tahun lalu ketika saya menjadi wartawan aktif yang kerap meliput sejumlah acara dan kasus-kasus politik serta hukum di wilayah Desa Banjar. Ida Bagus Kosala seorang yang ramah, penuh humor, dan memiliki cakrawala pengetahuan yang luas. Setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kami, Ida mempersilakan kami masuk.

Di areal jeroan pura, di areal pelinggih yang terbakar, kami sibuk mengambil gambar sembari geleng-geleng melihat puing bekas kebakaran dan tanpa henti berdecak-decak kagum melihat ornament berupa patung dan ukiran di hampir semua dinding pelinggih. Di sejumlah pelinggih yang terbakar, antara lain Pelinggih Gedong (Linggih Bhatara Siwa), Pelingih Pesaren, Menjangan Siliwang, Pelinggih Prajapati dan Pelinggih Argi Manik, hampir semuanya dihias ukiran yang mengundang decak.

Restorasi atau Pralina?

Saya sendiri, meski awalnya ikut-ikutan, sesungguhnya punya misi terselubung. Saya ingin tahu apakah bangunan pura yang terbakar itu akan direstorasi atau dipralina. Restorasi artinya pura itu dibangun kembali dengan tetap memasang materi bangunan, terutama materi yang berisi ukiran dan patung langka. Jika dipralina, artinya bangunan bekas terbakar itu dienyahkan dan warga adat membangun pura itu kembali dengan seluruh materi dan bahan-bahan yang baru.

Pertanyaan ini muncul sebab saya sempat mendengar sejumlah orang wikan berujar bahwa bekas-bekas bangunan pura yang sudah terbakar tak boleh digunakan lagi untuk membangun karena dianggap sudah leteh atau cemar. Bangunan bekas kebakaran itu dipralina, dan pura dibangun ulang dengan menggunakan bahan yang semuanya baru. Saya berpikir kemudian, jika bangunan di Pura Dalem Banjar itu benar-benar dipralina, alangkah sayang sekali, karena ukiran dan patung itu akan lenyap tanpa bekas. Alangkah sedihnya.

Ketika bertemu Ida Bagus Kosala, tentang itulah yang pertama kali saya tanyakan. Apakah bangunan bekas terbakar itu akan dipralina atau direstorasi? Jawabannya sungguh melegakan saya. Restorasi.


Relief di bagian bawah sebuah pelinggih yang terbakar di Pura Dalem Desa Banjar Kecamatan Banjar Buleleng

Saya tak tahu soal sastra agama, misalnya sastra mengenai petunjuk-petunjuk tentang apa yang boleh dilakukan, apa yang tak boleh dilakukan, apa yang harus diikuti 100 persen, dan apa yang boleh ditawar-tawar. Yang jelas, jauh dalam lubuk hati, saya senang jika pura itu direstorasi, tentu dengan berbagai upacara-upacara agama yang harus diikuti sesuai sastra dan agama.

Awalnya, kata Ida Bagus Kosala, dalam rapat desa adat, terdapat dua pendapat yang berbeda terkait pembangunan ulang Pura Dalem di Desa Adat Banjar yang terbakar itu. Ada yang mengatakan pura dibangun kembali dengan bahan-bahan yang baru, ada juga yang ingin mempertahankan bangunan-bangunan lama, terutama yang berisi ukiran dan patung yang dibuat penglingsir-penglingsir mereka di masa lalu.

Dengan sejumlah pertimbangan, salah satunya pertimbangan bahwa bangunan itu punya nilai cagar budaya, akhirnya diputuskan pura itu dibangun kembali dengan tetap memasang bahan-bahan lama seperti semula.

“Kami masih menunggu petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya untuk mengecek kembali bahan-bahan yang akan dipasang kembali. Nanti pihak Balai yang akan membantu membuka bata dan paras itu, lalu diisi kode-kode, agar bisa dipasang lagi sesuai urutannya,” kata Ida Bagus Kosala.

Setelah dibongkar, kata Ida Bagus Kosala, bahan-bahan itu nanti diupacarai dengan upacara prayascita agar bisa digunakan selayaknya bahan yang masih baru. Untuk bahan lain yang hangus terbakar, seperti kayu, ijuk dan lain-lain kini sedang diupayakan untuk mencarinya ke sejumlah tempat agar mendapatkan kayu berkualitas dan memang layak untuk bangunan pura. “Dulu kami menggunakan kayu majegau, tapi kini agak susah mencarinya,” kata dia.

Berapa Usia Bangunan?

Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah Kerja Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur atau biasa disebut BPCB Bali sebelumnya sudah sempat meninjau bangunan pura yang terbakar itu. Para petugas memeriksa lebih detail ukiran dan patung yang ada di Pura Dalem itu. Kendati sejumlah pelinggih hangus terbakar, namun kondisi ukiran masih terlihat jelas. Untuk itu pihak BPCB menyarankan agar materi yang punya nilai besar itu dilestarikan dengan cara memasang kembali saat pura itu dibangun kembali. 

Dewa Purwita Sukahet, teman saya yang sebelumnya asyik memotret dengan kamera DSLR, turut menjelaskan bahwa peninggalan benda yang usianya lebih dari 50 tahun, memiliki keunikan dan mencerminkan keistimewaan sebuah daerah, apalagi tidak ditemukan di tempat lain, dan bisa dijadikan media pendidikan, memang wajib dilestarikan.


Relief di satu sisi pelinggih yang terbakar di Pura Dalem Desa Banjar


Ida Bagus Kosala tak bisa memastikan kapan pelinggih di Pura Dalem itu dibangun. Namun, jika melihat bahwa di areal pura tak ditemukan pelinggih padmasana, ia memperkirakan bangunan yang berisi ukiran dan patung di Pura Dalem usianya diperkirakan lebih dari 300 tahun. “Jika dilihat di areal pura tak ada bangunan padmasana, diperkirakan pura itu berusia lebih dari 300 tahun,” kata Ida Bagus Kosala.

Ketiadaan padmasana digunakan sebagai patokan tentu merujuk pada kedatangan Dang Hyang Dwijendra yang memperkenalkan konsep pembangunan padmasana sebagai linggih atau sthana Ida Sang Hyang Widhi. Artinya, secara logika sederhana, Pura Dalem itu sudah dibangun sebelum kedatangan Dang Hyang Dwijendra. Logika ini tentu masih bisa diperdebatkan. Namun yang jelas, bangunan itu adalah bangunan kuno, dengan konsep ukiran yang unik, langka, dan memang layak untuk diteliti sekaligus dilestarikan.

Apanya yang Beda?

Sepulang dari Pura Dalem Banjar, saya bersama Dewa Purwita Sukahet dan Bayu Gita Purnama melihat-lihat kembali hasil jepretan sejumlah pelinggih, tentu melihat dengan cukup teliti ukiran atau patung yang menempel di dinding bangunan.

Dewa Purwita Sukahet menyebutkan, ukiran dengan bun-bunan yang tebal dan mencolok serta patung besar dengan wajah-wajah besar, seram, dan begitu menonjol  memang merupakan karakter ukiran atau pahatan khas Buleleng. Namun ada yang berbeda dari stil ukiran di Pura Dalem Banjar itu dengan sejumlah relief atau ukiran di dinding pura di wilayah Buleleng bagian timur seperti di wilayah Sawan dan sekitarnya. Di Buleleng bagian timur wajah-wajah seram pada patung raksasa dibuat dengan eksplorasi yang sungguh aeng, seramnya sungguh-sungguh seram dan mungkin menakutkan. “Wajah-wajah patung raksasa di Pura Dalem Banjar itu sebenarnya juga seram, namun tampak agung,” katanya.

Kami tak henti-henti kagum menyaksikan foto-foto raksasa dan karakter manusia, dewa, atau kala, di hampir seluruh dinding pelinggih, terutama di pelinggih gedong. Pada setiap dinding, di bagian kanan, kiri, dan belakang, terdapat tiga bagian wajah. Paling bawah, pada bidang yang biasa dianggap sebagai kaki bangunan, atau dupak atau kedapa, terdapat deretan relief wajah seram dengan berbagai bentuk dan atraksi tubuh. Diduga bagian itu adalah deretan dari simbol-simbol kala, sebab di bagian belakang tampak jelas terdapat karakter Kala Sungsang dengan posisi kepala terbalik yang mudah ditebak.

Di bagian atas terdapat tiga patung raksasa yang masing-masing menyunggi sosok tubuh dengan anatomi yang berbeda-beda. Lama kami memperhatikan sosok-sosok yang disunggi di bagian atas, sampai akhirnya kami menduga bahwa deretan relief pada sisi-sisi bangunan itu melukiskan sosok-sosok penting dalam kisah Ramayana.


Relief di satu sisi pelinggih yang terbakar di Pura Dalem Desa Banjar

Di satu sisi bangunan terdapat tiga sosok kakak-adik; Rahwana, Kumbakarna dan Wibisana.  Penemuan itu berawal ketika Dewa Purwita melihat satu sosok raksasa memiliki caling yang hanya menjulur ke bawah. Caling ke bawah adalah ciri Rahwana. Satu sosok raksasa lagi memiliki caling ke atas dan ke bawah, dan itu diduga karakter dari Kumbakarna. Dan satu sosok lagi berwajah manusia. Itu diduga Wibisana.

Belakangan, setelah diperhatikan dengan seksama, terdapat temuan menarik yang makin menguatkan dugaan kami bahwa deretan relief patung-patung besar di dinding pelinggih itu adalah tokoh-tokoh penting dalam kisah Ramayana. Yakni ditemukannya ekor di satu sosok. Kami langsung menduga itu adalah tokoh Hanoman. Dugaan dikuatkan dengan kalung pada leher berupa kalung ular. Hanya, yang sangat menarik, wajah yang kami duga tokoh Hanoman itu berwujud raksasa, atau setidaknya dibuat dengan wajah yang cukup seram. Dua sosok lagi di satu sisi bangun itu juga adalah sosok kera, mungkin Subali, mungkin Sugriwa, mungkin Anggada, atau tokoh kera lain dalam kisah Ramayana.

Dengan temuan itu, kami langsung menduga bahwa di sisi bangunan yang lain adalah deretan patung Rama dan keluarganya, mungkin Laksamana, mungkin Dasarata, mungkin juga Kosalya atau Sita. Hampir seluruh karakter dalam relief itu tak memberikan petunjuk tunggal. Wajah-wajah itu diduga dibuat dengan daya kreatif yang tinggi, apalagi bentuk-bentuk wajah dengan segala ekspresinya bukanlah bentuk dan ekspresi yang dikenal dalam dunia pewayangan di zaman kini. Dulu, mungkin tokoh-tokoh memang dibuat lebih bebas, lebih liar, tanpa pakem yang ajeg.  

Sungguh ukiran dan bentuk-bentuk itu sepertinya mengajak kami bermain-main dengan imajinasi sekaligus membuktikan bahwa pengetahuan tentang seni dan rupa, atau seni rupa, juga kehidupan, mungkin agama dan kreatifitas di dalamnya tidaklah ajeg. Dugaan kami mungkin salah bahwa tokoh yang dilukiskan di dinding pelinggih itu adalah tokoh-tokoh penting dalam epos Ramayana. Tapi bukankah dugaan adalah awal dari berkembangnya ilmu pengetahuan?

Masa lalu meninggalkan pengetahuan, dan kita membedahnya untuk menambah pengetahuan. Karena itulah, mungkin keputusan untuk merestorasi bangunan pelinggih di Pura Dalem Banjar itu adalah keputusan yang tepat. Karena benda-benda kuno itu memberi pelajaran sekaligus nilai-nilai. [T]



Tags: bulelengcagar budayalukisanPura Dalem Desa BanjarreligiusSeni Rupa
Previous Post

Ari Anggara, Dari Ketua OSIS, Ketua BEM, ke Kepala Desa

Next Post

Teater Kalangan, Pertemuan Cerita, Kata Dan Tubuh

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Teater Kalangan, Pertemuan Cerita, Kata Dan Tubuh

Teater Kalangan, Pertemuan Cerita, Kata Dan Tubuh

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co