Mengawali selalu menjadi bagian tersulit dalam melakukan hal apapun. Termasuk dalam menulis catatan ini. Catatan awal tahun, yang harusnya menjadi evaluasi tahun ke belakang dan harapan untuk tahun mendatang. Begitu banyak potongan-potongan gambar yang berlarian di dalam kepala. Mencoba mengendap menjadi kata dan kalimat. Tentunya tentang proses-proses yang kulalui bersama Teater Kalangan. Ya, kerena ini adalah catatan awal tahun Teater Kalangan dari seorang Devy Gita. Tulisan ini tidak akan seberat dan seberisi tulisan teman-teman angota Teater Kalangan yang lain. Ini adalah semacam curhatan yang dituliskan untuk pengingat diri sendiri. Tolong dimaklumi saja.
Well, awalnya aku hanya bertindak sebagai tim hore dan penonton setia dalam pentas-pentas Teater Kalangan. Sampai kemudian, mulai berproses sebagai pelengkap di beberapa pementasan. Hingga akhirnya dirangkul dan bergabung menjadi anggota. Apa yang aku dapatkan? Banyak hal tentunya. Terutama pertemuan-pertemuan yang meninggalkan banyak cerita dengan orang-orang yang sama sekali tidak pernah terbayangkan akan aku temui.
Tidak mengira akan bisa terus berkarya bersama teman-teman di Teater Kalangan. Dengan aku yang baru saja belajar dan mencari-cari, mereka merangkul tanpa canggung. Tidak ada siapa yang lebih tahu, semua berjalan beriringan dan mengisi diri bersama. Jadi agak romantis, tapi seperti itulah. Semua dibicarakan bersama secara demokratis dan setiap anggota bebas bereksplorasi juga berkolaborasi dengan komunitas lain. Baik menggunakan nama Teater Kalangan ataupun perorangan tergantung kesepakatan.
Sebegitu menyenangkan berproses bersama Teater Kalangan? Bagi saya, iya. Sangat menyenangkan. Berkumpul bersama teman-teman dengan vibe yang positif dan membangun relasi yang saling menguatkan bukan menjatuhkan. Diskusi di dalam kelompok yang kritis dan terbuka juga terbawa keluar kelompok. Terbiasa dengan atmosfer diskusi seperti itu, aku menjadi lebih termotivasi untuk berpendapat atau bertanya saat sedang mengikuti forum. Bahkan di luar Teater Kalangan. Bagiku, itu hal yang sangat mencengangkan. Karena biasanya aku hanya diam saja tidak mau tahu bahkan tidak ingin terlihat jika sedang mengikuti diskusi. Pemalu? Bukan. Hanya malas saja.
Kemalasan otak dan tubuh yang dibabat sukarela. Bagaimana tidak, di Teater Kalangan seringnya pementasan digarap dalam waktu singkat. Mewajibkan anggotanya memiliki tanggung jawab moral untuk menghapal naskah dalam waktu relatif mepet, juga membiasakan tubuh bergerak di luar rutinitasnya sehari-hari. Penyelarasan kata dan tubuh dengan tetap menjaga kesadaran. Namun, tidak menyepelekan wacana dan bentuk.
Melangkah sedikit ke belakang, banyak pertemuan berkesan yang kulalui karena membawa nama Teater Kalngan. Berproses bersama Wanggi Hoed, seorang seniman pantomime Indonesia yang sudah dikenal baik di dalam maupun di luar negeri dan tampil di acara bergengsi sekelas Ubud Writers and Readers Festival salah satunya. Hal tersebut tidak pernah terlintas di pikiran. Sampai sekarang masih menjadi salah satu pertemuan manis yang mengendap dalam ingatan. Kemudian, mengikuti proses alih suara dan bahasa (dubbing) film bersama Minikino. Bekerja sama dengan Minikino juga mempertemukanku dengan anak-anak tangguh dari Desa Guwang, Gianyar dan sampai saat ini masih merajut kisah kolaborasi. Juga proses yang luar biasa bersama Iin Valentine, yang juga salah satu anggota Teater Kalangan dengan Sutradara Kalanari Theater Movement Jogjakarta, Ibed Surgana Yuga.
Itu hanya salah tiga dari banyak tatap muka, kata dan tubuh yang kulalui bersama Teater Kalangan beberapa tahun ke belakang dan sekarang sudah tahun 2020. Awal Januari sudah disuguhi dengan ajakan kolaborasi dengan teman seniman lintas bidang dalam acara Rave Pasar. Pertemuan kata dan tubuh yang berbeda lagi dari sebelumnya. Pastinya akan menjadi sesuatu yang menarik untuk dimaknai sebagai awal baru di tahun baru untuk saya sebagai individu maupun anggota Teater Kalangan. Tentu saja, hari ini, tahun baru saja bergerak beberapa hari, masih sangat prematur untuk menyimpulkan apa yang akan terjadi ke depannya. Akan ada banyak kejutan, kolaborasi, integrasi, toleransi dan banyak lagi. Oh ya, yang tidak boleh terlewatkan, Mulang Muruk Kalangan, perhelatan akbar Teater Kalangan di bulan Februari dan juga tenggat waktu proposal-proposal hibah demi eksistensi di dunia seni.
Pertemuan hanya akan tinggal pertemuan jika tidak di ikuti dengan silaturahmi berkelanjutan. Saya tidak pandai mengutip kata-kata bijak para cendikiawan karena saya jarang membaca, tidak seperti kebanyakan teman sesame anggota kelompok yang berwawasan seluas samudera. Jadi saya akan akhiri tulisan ini dengan kutipan ala kadarnya yang saya buat sendiri.
“Ada alasan dalam setiap pertemuan. Sebab yang mengikat akibat menjadi ada, berilah makna.”
Maju terus pantang tidur, Teater Kalangan!!! [T]