3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

I_Pedalangan dan Wayang Karikatur: Dongeng di Ruang-ruang Kecil

Agus WiratamabyAgus Wiratama
November 29, 2019
inUlasan
I_Pedalangan dan Wayang Karikatur: Dongeng di Ruang-ruang Kecil

26 November 2019, I_Pedalangan mempertunjukkan cerita yang bisa dinikmati banyak orang dalam Parade Teater Canasta 2019

17
SHARES

Sebuah pertunjukkan wayang digelar pada saat upacara berlangsung di suatu Pura. Tak banyak orang yang memperhatikannya. Hanya beberapa anak yang barangkali masih berumur di bawah lima tahun. Dalang sibuk memainkan wayang lemah, upacara masih berlangsung sementara penonton hanya satu dua orang dari banyak warga yang terlibat dalam upacara.

Barangkali, pertunjukan ini memang tidak perlu banyak penonton bahkan tidak perlu penonton sama sekali. Sebab, tujuannya sebagai sebuah elemen upacara. Tapi, ketertarikan anak-anak yang kira-kira di bawah lima tahun itu saya pikir perlu dijaga. Yang kemudian menjadi pertanyaan saya, mengapa ketertarikan dengan wayang menjadi kabur semakin bertambah remaja seseorang?

Saya tak mendapat jawaban pasti atas pertanyaan tersebut. Hanya perkiraan-perkiraan yang simpang siur entah benar atau tidak. Yang terjadi pada diri saya barangkali salah satu dari perkiraan tersebut.

Karena ceritanya yang kala itu susah saya pahami di samping yang menonton hanya anak-anak dan orang tua. Ketika itu saya beranggapan bahwa anak Smp atau anak muda seumuran saya yang ketika itu kira-kira berumur empat belas tahun tidak cocok dengan tontonan seperti itu, teterlalu tua.

Anggapan itu rupanya dijungkirkan oleh I_Pedalangan. Kelompok yang pentas saat Parade Teater Canasta 2019, ini membangun cerita baru yang mudah dipahami. Serupa dongeng berjudul “Negeri Antah Berantah”. Menonton pertunjukkan itu mengingatkan saya pada keluhan yang sering saya dengar bahwa dongeng sudah mati karena sudah tidak relevan hari ini.

Rupanya, di ruang yang sunyi kelompok anak muda ini telah melakukan eksperimen, mendekatkan bentuk wayang pada visual yang akrab dengan mata hari ini sekaligus dengan cerita yang ringan.


I_Pedalangan. dalam Parade Teater Canasta 2019

26 November 2019, I_Pedalangan mempertunjukkan cerita yang bisa dinikmati banyak orang. Meskipun memilih pendekatan wayang, mereka tidak berhenti pada kemapanan bentuk wayang. Meskipun teknik wayang tradisi pada umumnya masih melekat pada pertunjukkan ini.

Bentuk wayang yang dipilih justru bentuk karikatur dengan latar pop art. Artistik yang disiapkan dengan matang tersebut bagi saya telah membuat mereka hanya perlu fokus pada teknis saat pertunjukkan berlangsung dan pemilihan topik cerita.

Cerita “Negeri Antah Berantah” adalah sebuah cerita yang berkisah tentang anak muda yang bernama Purnomo. Ia hidup tidak jelas di sebuah kampung yang bernama Antah Berantah. Suatu ketika Purnomo disarankan oleh sebuah Pohon Kemuning yang awalnya cukup mengagetkannya.

 Ia mengikuti saran Kemuning, merantau ke kota yang bernama Metro Politan. Cerita disingkat, Purnomo ditampilkan telah menjadi seorang yang kaya. Sampai suatu ketika ia ingin mengembangkan usahanya.

Rencana pembangunan Gedung tinggi memerlukan lahan baru. Anak buahnya yang bernama Alex memberi pilihan untuk membuka lahan baru di Desa Antah Berantah yang masih banyak dihidupi petani dan pohon perindang di banyak tempat. Purnomo sempat menolak karena itu desanya, tapi Alex berhasil membujuk Purnomo dan menyetujui mimilih tempat itu.

Pembangunan akhirnya berlangsung. Desa telah terbeli dan alat berat yang beberapa berbentuk robot mulai masuk dan menghancurkan keasrian desa. Beberapa warga yang ketakutan memilih lari ke gunung untuk meminta bantuan pada seekor naga agar dilindungi. Naga mengabulkan.

Alat-alat berat yang berbentuk robot dikalahkan oleh naga untuk membantu orang-orang desa. Setelah semua berhasil dikalahkan naga namun Purnomo yang sempat diserang berhasil kabur dari serangan naga. Ketika kabur, Purnomo bertemu dengan Kemuning yang telah mati. Ia menangis dan menyesali perbuatannya terhadap desa sendiri. Ia tiba-tiba ingat sebuah janji yang belum ditepatinya, yaitu tidak lupa dan melakukan yang terbaik terhadap desanya.

Purnomo dan wayang lainnya dibuat seolah benar-benar hidup seperti tiga dimensi. Barangkali ini adalah efek dari pembuatan wayang yang dilukis. Gelap terang pada warna wayang nampaknya diperhatikan betul. Di samping cara memainkannya yang saya pikir sudah berhasil.

Seandainya anak-anak mendapat kesempatan untuk bertemu kelompok ini, saya membayangkan betapa mereka akan mengenal wayang dalam bentuk yang begitu akrabnya dengan hari ini. Mungkin hal seperti ini sudah pernah dilakukan, semisal pada Si Unyil, Susan, atau boneka-boneka lain yang dimainkan seperti wayang.

Namun, wayang ini memiliki perbedaan yang cukup kentara, yaitu latar belakang dalang dari I_Pedalangan adalah dalang wayang tradisi yang mempelajarinya secara akademis. Usaha untuk masuk ke bentuk yang berbeda barangkali adalah pilihan yang menarik dengan latar belakang yang sudah begitu mapan.

Saya beranggapan bahwa wayang, umumnya memerlukan panggung-panggung yang besar. Bertemu pertunjukkan wayang yang berjudul “Negeri Antah Berantah” membelokkan keyakinan itu. Pentas intim seperti mendengar sebuah dongeng dari orang tua atau kakek dan nenek.

Hal penting yang saya pikir perlu diperhatikan oleh kelompok ini adalah pembangunan cerita dan pemilihan segmen. Bila penonton yang ingin disasar adalah anak-anak, mungkin menjadi hal penting membangun cerita dengan pola yang baru.

Pola umum yang terjadi adalah pandangan terhadap kota dan orang-orangnya yang jahat. Sementara desa sebaliknya, meskipun pada pertunjukkan tersebut sudah ditampilkan pula orang desa yang bisa disuap yaitu Pak Made, kepala desa antah berantah yang setuju menjual desa tanpa kesepakatan penduduknya, tetapi tetap ditampilkan sebagi tokoh lugu.

Mungkin menjadi hal yang penting pula dalam pemilihan nama misalnya. Pemilihan nama Purnomo dan Pak Made yang besaral dari desa yang sama membuat orang bertanya-tanya. Bagi saya meskipun sebuah nama desa adalah fiktif, namun perlu pula representatif. pemilihan nama yang dekat dengan nama-nama orang bali misalnya atau sebaliknya. Saya kira hal itu menjadi satu hal penting.

Meskipun penonton didominasi orang dewasa, namun ketika pertunjukkan usai respon penonton cukup baik. Dan penonton cukup dikejutkan oleh penjelasan salah satu dalang yang meminta maaf sebab tidak sempat latihan sebelum pertunjukkan digelar.

Tags: DalangParade Teater Canastawayang
Previous Post

Teater Enter di Parade Teater Canasta dan Tindakan Lanjutannya

Next Post

Kacak Kicak dan Pembacaan Akan Sesuatu yang Setengah-Setengah

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Kacak Kicak dan Pembacaan Akan Sesuatu yang Setengah-Setengah

Kacak Kicak dan Pembacaan Akan Sesuatu yang Setengah-Setengah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co