1 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
26 November 2019, I_Pedalangan mempertunjukkan cerita yang bisa dinikmati banyak orang dalam Parade Teater Canasta 2019

26 November 2019, I_Pedalangan mempertunjukkan cerita yang bisa dinikmati banyak orang dalam Parade Teater Canasta 2019

I_Pedalangan dan Wayang Karikatur: Dongeng di Ruang-ruang Kecil

Agus Wiratama by Agus Wiratama
November 29, 2019
in Ulasan
17
SHARES

Sebuah pertunjukkan wayang digelar pada saat upacara berlangsung di suatu Pura. Tak banyak orang yang memperhatikannya. Hanya beberapa anak yang barangkali masih berumur di bawah lima tahun. Dalang sibuk memainkan wayang lemah, upacara masih berlangsung sementara penonton hanya satu dua orang dari banyak warga yang terlibat dalam upacara.

Barangkali, pertunjukan ini memang tidak perlu banyak penonton bahkan tidak perlu penonton sama sekali. Sebab, tujuannya sebagai sebuah elemen upacara. Tapi, ketertarikan anak-anak yang kira-kira di bawah lima tahun itu saya pikir perlu dijaga. Yang kemudian menjadi pertanyaan saya, mengapa ketertarikan dengan wayang menjadi kabur semakin bertambah remaja seseorang?

Saya tak mendapat jawaban pasti atas pertanyaan tersebut. Hanya perkiraan-perkiraan yang simpang siur entah benar atau tidak. Yang terjadi pada diri saya barangkali salah satu dari perkiraan tersebut.

Karena ceritanya yang kala itu susah saya pahami di samping yang menonton hanya anak-anak dan orang tua. Ketika itu saya beranggapan bahwa anak Smp atau anak muda seumuran saya yang ketika itu kira-kira berumur empat belas tahun tidak cocok dengan tontonan seperti itu, teterlalu tua.

Anggapan itu rupanya dijungkirkan oleh I_Pedalangan. Kelompok yang pentas saat Parade Teater Canasta 2019, ini membangun cerita baru yang mudah dipahami. Serupa dongeng berjudul “Negeri Antah Berantah”. Menonton pertunjukkan itu mengingatkan saya pada keluhan yang sering saya dengar bahwa dongeng sudah mati karena sudah tidak relevan hari ini.

Rupanya, di ruang yang sunyi kelompok anak muda ini telah melakukan eksperimen, mendekatkan bentuk wayang pada visual yang akrab dengan mata hari ini sekaligus dengan cerita yang ringan.


I_Pedalangan. dalam Parade Teater Canasta 2019

26 November 2019, I_Pedalangan mempertunjukkan cerita yang bisa dinikmati banyak orang. Meskipun memilih pendekatan wayang, mereka tidak berhenti pada kemapanan bentuk wayang. Meskipun teknik wayang tradisi pada umumnya masih melekat pada pertunjukkan ini.

Bentuk wayang yang dipilih justru bentuk karikatur dengan latar pop art. Artistik yang disiapkan dengan matang tersebut bagi saya telah membuat mereka hanya perlu fokus pada teknis saat pertunjukkan berlangsung dan pemilihan topik cerita.

Cerita “Negeri Antah Berantah” adalah sebuah cerita yang berkisah tentang anak muda yang bernama Purnomo. Ia hidup tidak jelas di sebuah kampung yang bernama Antah Berantah. Suatu ketika Purnomo disarankan oleh sebuah Pohon Kemuning yang awalnya cukup mengagetkannya.

 Ia mengikuti saran Kemuning, merantau ke kota yang bernama Metro Politan. Cerita disingkat, Purnomo ditampilkan telah menjadi seorang yang kaya. Sampai suatu ketika ia ingin mengembangkan usahanya.

Rencana pembangunan Gedung tinggi memerlukan lahan baru. Anak buahnya yang bernama Alex memberi pilihan untuk membuka lahan baru di Desa Antah Berantah yang masih banyak dihidupi petani dan pohon perindang di banyak tempat. Purnomo sempat menolak karena itu desanya, tapi Alex berhasil membujuk Purnomo dan menyetujui mimilih tempat itu.

Pembangunan akhirnya berlangsung. Desa telah terbeli dan alat berat yang beberapa berbentuk robot mulai masuk dan menghancurkan keasrian desa. Beberapa warga yang ketakutan memilih lari ke gunung untuk meminta bantuan pada seekor naga agar dilindungi. Naga mengabulkan.

Alat-alat berat yang berbentuk robot dikalahkan oleh naga untuk membantu orang-orang desa. Setelah semua berhasil dikalahkan naga namun Purnomo yang sempat diserang berhasil kabur dari serangan naga. Ketika kabur, Purnomo bertemu dengan Kemuning yang telah mati. Ia menangis dan menyesali perbuatannya terhadap desa sendiri. Ia tiba-tiba ingat sebuah janji yang belum ditepatinya, yaitu tidak lupa dan melakukan yang terbaik terhadap desanya.

Purnomo dan wayang lainnya dibuat seolah benar-benar hidup seperti tiga dimensi. Barangkali ini adalah efek dari pembuatan wayang yang dilukis. Gelap terang pada warna wayang nampaknya diperhatikan betul. Di samping cara memainkannya yang saya pikir sudah berhasil.

Seandainya anak-anak mendapat kesempatan untuk bertemu kelompok ini, saya membayangkan betapa mereka akan mengenal wayang dalam bentuk yang begitu akrabnya dengan hari ini. Mungkin hal seperti ini sudah pernah dilakukan, semisal pada Si Unyil, Susan, atau boneka-boneka lain yang dimainkan seperti wayang.

Namun, wayang ini memiliki perbedaan yang cukup kentara, yaitu latar belakang dalang dari I_Pedalangan adalah dalang wayang tradisi yang mempelajarinya secara akademis. Usaha untuk masuk ke bentuk yang berbeda barangkali adalah pilihan yang menarik dengan latar belakang yang sudah begitu mapan.

Saya beranggapan bahwa wayang, umumnya memerlukan panggung-panggung yang besar. Bertemu pertunjukkan wayang yang berjudul “Negeri Antah Berantah” membelokkan keyakinan itu. Pentas intim seperti mendengar sebuah dongeng dari orang tua atau kakek dan nenek.

Hal penting yang saya pikir perlu diperhatikan oleh kelompok ini adalah pembangunan cerita dan pemilihan segmen. Bila penonton yang ingin disasar adalah anak-anak, mungkin menjadi hal penting membangun cerita dengan pola yang baru.

Pola umum yang terjadi adalah pandangan terhadap kota dan orang-orangnya yang jahat. Sementara desa sebaliknya, meskipun pada pertunjukkan tersebut sudah ditampilkan pula orang desa yang bisa disuap yaitu Pak Made, kepala desa antah berantah yang setuju menjual desa tanpa kesepakatan penduduknya, tetapi tetap ditampilkan sebagi tokoh lugu.

Mungkin menjadi hal yang penting pula dalam pemilihan nama misalnya. Pemilihan nama Purnomo dan Pak Made yang besaral dari desa yang sama membuat orang bertanya-tanya. Bagi saya meskipun sebuah nama desa adalah fiktif, namun perlu pula representatif. pemilihan nama yang dekat dengan nama-nama orang bali misalnya atau sebaliknya. Saya kira hal itu menjadi satu hal penting.

Meskipun penonton didominasi orang dewasa, namun ketika pertunjukkan usai respon penonton cukup baik. Dan penonton cukup dikejutkan oleh penjelasan salah satu dalang yang meminta maaf sebab tidak sempat latihan sebelum pertunjukkan digelar.

Tags: DalangParade Teater Canastawayang
Agus Wiratama

Agus Wiratama

Bernama lengkap I Wayan Agus Wiratama. Lahir di Pejeng Kangin Pengembungan, Gianyar. Kini kuliah di Undiksha jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobinya tak karuan, tapi kini mulai senang menulis, terutama menulis status di facebook

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Gamelan kontemporer yang dibawakan oleh rOrAs Ensemble Kota Denpasar dalam ajang Festival Seni Bali Jani 2019 di Wantilan Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (31/10) sore.
Kilas

Yudane Ajak Penonton Berpikir Sains dalam Gamelan Kontemporer rOrAs Ensemble

Seni kontemporer tidak dimaknai dengan bagaimana cara memadukan seni tradisioal seperti gamelan kemudian ditambah beberapa alat musik modern seperti gitar, ...

October 31, 2019
Opini

Pakaian Serba Putih, Laku “Ngiring”, dan Pemberontakan Kultural

  SEKARANG ini sering kita jumpai orang Bali yang mengenakan pakaian putih-putih dengan senteng  atau kain yang dililitkan di pinggang ...

February 2, 2018
Foto: Putik
Esai

Gie dan Dinamisnya Gerakan Mahasiswa Angkatan ‘66

Lagi-lagi Soe Hok Gie. Ya, saya tidak akan pernah merasa bosan untuk terus menuliskan tentang Gie. Sebab, bagi saya, riwayat ...

December 22, 2018
Wayan Sumahardika [ilustrasi tatkala.co | Nana Partha]
Esai

Ruang Virtual Bali Jani

Mari kita sepakati terlebih dahulu, bahwa keberadaan festival di masa pandemi begitu penting artinya, terutama dalam rangka menjaga kewarasan kita ...

October 31, 2020
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

Engkau yang cantik Engkau yang manis Engkau yang manja Penggalan lirik lagu jadul itu membuat rindu masa lalu tumbuh kembali. ...

February 25, 2021

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ilustrasi tatkala.co | Nuriarta
Khas

Nostalgia | Jalan-jalan Bawa Gelatik Pernah Ngetrend di Singaraja Tahun 1950-an

by tatkala
February 28, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Agus Phebi || Gambar: Nana Partha
Esai

Makepung, Penguasa dan Semangat Kegembiraan

by I Putu Agus Phebi Rosadi
February 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1415) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (341) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In